SEBUAH DUNIA DI ALUN KIDUL YOGYAKARTA

18 1 3
                                    

Yang terasa waktu bergulir begitu lambat di sekeliling, rasa ingin cepat menghilang dan berlalu, seperti ingin pergi tanpa tau apa yang musti ditinggalkan, rasanya begitu sesak. berulang kali ku mengutuk dirinya dan bergelut dengan batin ku sendiri.
Aku datang dari kota metropolitan menyambangi kota yang kerap dijuluki kota pelajar dan kota seribu gudek. Dengan harapan menerima gelar S.E dengan waktu yang singkat dikota ini. Selain itu aku pun berharap segala mimpi terwujud disini dan jutaan pengalaman baru kudapat. Jantung ku berdebar debar, perasaan tak menentus menyeruak ke dada. Disini lah aku akan mendapatkan teman baru, kehidupan baru dan yang paling penting kisah baru untuk hapuskan luka yang sengaja kutinggal dijakarta.

Pagi itu adalah upacara gladi ospek. Aku berada disebuah barisan yang belum tersusun sesuai jurusan. Begitu bising tak sedikit ditengah barisan ada yang mengobrol sehingga suara pembicara hanya terdengar samar samar.
Sesekali kuseka air mataku dengan ujung jari.Mengingat kecurangan yang dilakuan oleh reno,  laki laki yang telah ku pacari selama 2 tahun . Tega berselingkuh dan memutuskan kan ku ditempat saat aku memergoki nya sedang makan berduaan dengan seorang wanita di sebuah kafe dijakarta.

Memori akan luka berputar terus dikepala ku hingga akhirnya aku tersentak saat ada seseorang menabrak ku dari belakang ditengah tengah barisan

"aduh" rintih ku seakan menyeimbangkan badan yang terhuyung kedepan

"maaf mba maaf" terdengar suara lelaki dari barisan tepat belakang ku.

"oh iya tak apa" balasku dengan refleks menengok kearah suara, yang kudapati adalah seorang pria dengan tubuh tinggi dan paras yang manis membalas senyum ketika mendengar ucapan ku.

Hari berganti dan hari ini adalah hari dimana aku secara resmi menjadi mahasiswi baru. Selain ospek sebagai ajang perkenalan kampus, aku pun mengenal seseorang di dalam barisan ketika aku gladi

"karinnn" aku menoleh saat mendengar seseorang memanggil nama ku.

Yang kudapati perempuan berkulit sawo matang dan tidak terlalu tinggi itu menghampiri ku, dia adalah nadia perempuan itulah yang kini menjadi teman dekat ku .

"dari tadi gue cariin, ngapain lo disini"

"ngga papa, pengen cari angin aja"

"rin kampus ini luas loh, mahasiswa nya juga banyak"

Aku menoleh ke arahnya seraya mengernyitkan dahi isyarat tak mengerti maksut ucapan nadia.

"yaa cowok nya banyak loh kenapa harus ngelamun mikirin mantan yang selingkuh sih sampe duduk dianak tangga sendirian, kaya orang ilang tau"

Itulah nadia, jika dilihat dari gestur wajahnya ku kira dia orang yang jutek, justru kebalikan nya. Dia sangatlah cerewet, banyak bicara dan lagi dia hobi bercerita. Aku sangatlah beruntung karna dia sering membangunkanku dari lamunan yang tidak tidak tentang reno.
Mungkin dia paham akan rasa kecewa yang ku rasa, setelah kami semakin dekat dan saling berbagi cerita. Aku yang menceritakan luka ku, dan dia pun dengan sejuta mulut rewelnya tak henti henti nya bercerita tentang dia dan kekasihnya yang membuat ku iri, orang itu bernama dion. Laki laki yang sudah menemani hari hari nya selama 1 tahun. Mereka yang sering hang out berdua, masak berdua dirumah nadia dan melakukan hal romantis lain.

"balik kuliah makan yuk di kfc sekalian nongkrong biar lo ngga jenuh" tanya nya

"nad kfc di jakarta juga banyak loh"
"lah terus? "

"gue laper, gue pengen nyoba gudek deh, itu makanan paling familiar kan disini?"

"yaelah jadul banget sih rin, iya memang kota jogja disebut sebut sebagai kota seribu gudek tapi masih banyak loh makanan lain yang jauh lebih enak dan khas"

"oh yaa? " aku menyimak dengan serius penjelasan yang dituturkan nadia

"iyadong,  kaya wedang ronde tuh, enak diminum pas lagi masuk angin, tapi kebetulan gue lagi ngga masuk angin"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEBUAH DUNIA DI ALUN KIDUL YOGYAKARTA
Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang