Part 7

2.1K 56 19
                                    

Dan jika Allah ridho dan menghendaki, maka Dia akan mempertemukan kembali dua jiwa yang hilang yang sempat terpisah.
Disaat yang tepat, dengan alasan yang hebat.
Hingga semua itu datang terjadi, sabar adalah penawar sendu yang sempurna. Untuk mengobati jiwa yang mungkin merasa kesepian.
-aldilladharma-

🍃🍃🍃

Nadia mematut dirinya pada cermin yang terletak pada meja rias miliknya. Jilbab berwarna dongker dipadukan dengan khimar berwarna pink membalut tubuhnya.

Entah ada angin apa, hari ini sang ibu memintanya untuk memakai pakaian yang rapi dan harus tampil menarik. Katanya ada tamu.

Mungkinkah ada yang akan mengkhitbahku? Ah, Nadia, jangan mengkhayal terlalu jauh.

Ngomong-ngomong, sampai sekarang sudah satu tahun lebih Nadia menjaga jarak juga komunikasi dengan Zaki. Mereka seperti terpisahkan begitu saja sejak peristiwa saat itu.

Ketukan di pintu membuat Nadia berhenti memandang dirinya sendiri pada cermin tersebut. Ia kemudian memutar kunci dan membuka pintu kamarnya. Terpampanglah sosok wanita yang selama ini telah membesarkannya.

"Udah siap belum?" tanya ibu.

"Sudah bu. Memangnya tamunya udah pada datang?"

Ibu mengangguk, lalu meraih kedua pundak Nadia yang sedikit lebih tinggi darinya. "Kamu cantik sekali," pujinya.

Nadia tersipu mendengar pujian yang dilontarkan oleh ibunya sendiri. Ia kemudian memeluk ibundanya dari samping.

"Ibu juga cantik banget, apalagi kalo pake khimar warna pink samaan kayak Nad."

Ibunya terkekeh mendengar penuturan Nadia, lalu meraih kedua jemari anaknya tersebut. "Jangan gugup, ya. Hihi...."

"Ada apa sih bu? Emang tamu yang dateng siapa sih? Kok Nad disuruh dandan kayak begini, pake baju yang paling rapi dan bagus segala. Kan tabarruj, bu," oceh Nadia.

"Nggak ah menurut ibu. Ini masih terlihat sederhana. Yuk ke bawah, ayah sama tamunya udah pada nungguin kamu," ajak ibu sambil menggandeng Nadia.

Sementara Nadia mengerucutkan bibirnya kesal, karena sang ibu tidak menjawab salah satu pertanyaannya yang membuatnya sangat penasaran siapa tamu tersebut.

Saat memasuki ruang tamu, Nadia melihat sepasang orang tua sedang berbincang hangat dengan ayahnya. Dan satu lagi, terlihat seorang pemuda dengan gaya kasual sedang duduk membelakanginya. Semakin ge-er saja Nadia sekarang.

"Nah, Nadia sudah datang. Ayo duduk, nak," ucap ayah saat Nadia tiba di ruang tamu. Ia kemudian duduk di samping ibunya, namun ia menunduk, mencoba menjaga pandangannya dari pemuda yang kebetulan saat ini duduk pada kursi di hadapannya.

"Ayah bicara langsung saja ya, Nad. Laki-laki di hadapanmu ini, berencana untuk mengkhitbah kamu, dan ayah sudah menerimanya."

Deg.

Penjelasan sang ayah membuat Nadia terkejut. Kenapa ayahnya dengan mudah menerima khitbah seseorang tanpa memberitahunya terlebih dahulu?

Nadia menghela napas pelan, mencoba menenangkan dirinya dan menerima keputusan yang sudah dibuat sang ayah. Setelah sekilas menatap wajah ayahnya yang tersenyum kalem, Nadia mencoba untuk menatap siapa laki-laki di hadapannya yang sudah berani untuk mengkhitbahnya.

Oke, bismillah, satu... dua... tiga...

Deg lagi.

"Assalamualaikum, Nad."

"Zaki?"

🍃🍃🍃End🍃🍃🍃

Cinta Salah Tempat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang