Through the Night

181 28 5
                                    

Tonight, I'll send the glow of a firefly to somewhere near your window
It's that I love you

Seorang lelaki memetik gitarnya pelan di balkon luar kamarnya, balkon itu menghadap jalanan perumahan yang sepi. Diseberang jalan sebuah balkon kamar lain tepat menghadap lurus balkon lelaki itu. Di kamar itu, seorang gadis tengah berusaha memejamkan matanya, tubuhnya lelah, tapi otaknya tak bisa kompromi.

Si lelaki, Jae,  memandang kamar itu tak biasa. Gadis di dalam kamar itu lebih muda setahun darinya, teman kecilnya, tetangga kesayangannya, tapi yang lebih penting gadis itu adalah mantan kekasihnya. Si gadis, bermarga sama dengan Jae, nama belakangnya Jiyeon. Gadis dengan rambut sebahu itu bewajah agak judes, wajahnya kaku, jarang tersenyum. Sebuah kombinasi wajah cantik yang mahal. Tapi dibalik itu semua, Jiyeon adalah gadis yang ceria saat bersama orang-orang yang membuatnya nyaman. Bahkan Jae jatuh cinta pada gadis itu setelah melihat senyum cantik yang tersembunyi dari wajah tegas gadis itu.

Setiap malam ketika Jiyeon menampakkan dirinya di balkon, Jae hanya akan mengawasi gadis itu dari balik gorden kamarnya. Sejak hubungan mereka berakhir, Jae tak pernah berani muncul di depan gadis itu. Tapi malam ini rasa rindunya tak terbendung lagi. Petikan gitar dan suara rendah Jae mengirim semua rindunya pada gadis itu.

I remember our first kiss
I close my eyes whenever I can and go to the farthest place

Jiyeon mendengarnya, sebuah lagu yang juga diam-diam mengingatkannya pada Jae. Lagu yang dipopulerkan oleh IU itu cukup membuatnya menonton film-film kenangannya bersama sang tetangga. Gadis itu sebenarnya masih menyimpan beberapa penyesalan sejak perpisahan mereka. Ciuman pertama Jae adalah miliknya, dan ciuman pertamanya adalah milik Jae. Bagi Jiyeon lelaki blasteran Argentina itu bukan saja sekedar pacar, lelaki itu cinta pertamanya.

Jiyeon mengingat jelas, setelah ciuman pertamanya itu, dia tak bisa tidur. Persis seperti malam ini, jantungnya berdegup kencang tiap kali mengingatnya. Ada kunang-kunang yang berterbangan di perutnya, meski gadis itu malu tapi rasa senangnya jauh lebih besar. Pipinya bersemu merah.
Gadis itu masih di atas kasurnya, meraih ponsel keluaran setahun lalu dari industri terbesar negaranya. Diusapnya layar ponsel itu, disana ada foto dua orang yang saling menatap sebagai wallpaper. Foto itu bahkan belum pernah diganti sejak ponsel baru itu dibelinya sekitar setahun yang lalu.

Just like letters on the sand
where waves were
I feel you'll disappear to a far off place
I always miss you miss you
All the words in my heart
I can't show them all to you
But, it's that I love you

Jiyeon bangkit dari kasurnya, dibukanya sedikit gorden kamarnya yang menghadap balkon kamar Jae. Lelaki berkaca mata itu tampak sendu dengan petikan gitar pelannya. Gadis itu hanya mengintip sebelum kembali pada kasurnya. Jae masih mempesona, sama seperti saat dirinya jatuh cinta pada lelaki itu.
Jiyeon meraih kembali ponselnya, membuka sebuah folder rahasia, gadis itu bahkan memasang password pada foldernya. Ribuan foto ada dalam folder berjudul 'the first' itu, Jiyeon membuka foto itu satu persatu. Hati gadis itu tak bisa berbohong kali ini, dia amat merindukan Jae. Hari dimana hubungannya dengan Jae berakhir, gadis itu masih mengingat jelas saat dia sendiri meminta Jae berhenti menyukainya. Hari itu, saat Jiyeon memutuskan untuk fokus pada modelling, ia meminta Jae untuk menempuh jalan masing-masing. Jiyeon tahu bahwa Jae juga butuh fokus pada musiknya, oleh sebab itu gadis itu berpikir bahwa berpisah adalah keputusan yang tepat.
Sepertinya gadis itu salah, dia tak benar-benar menikmati hidupnya setelahnya, bahkan hal lebih buruk terjadi pada Jae, lelaki itu kehilangan muse-nya. Jae bahkan berhenti membuat lagu untuk 6 bulan sejak berakhirnya hubungan mereka. Jiyeon menyesalinya, ada banyak hal yang ingin dia lindungi, ada banyak hal yang ingin dikatakannya, tapi gadis itu tak bisa menyampaikannya. Hingga saat ini, sejujurnya gadis itu tak merubah perasaannya pada Jae, bahwa gadis itu mencintainya.

How can I be so lucky
to have met you, who is a Blessing
If we're together now
Ah how great it'd be

Jae tersenyum di sela-sela nyanyiannya, jika saja dirinya dan Jiyeon masih bersama, mereka akan jadi pasangan yang paling membuat orang lain menjadi iri. Jae tahu, mengenal Jiyeon adalah salah satu hal terbaik dalam hidupnya, tak akan ada musik tanpa Jiyeon.
Jiyeon membuat lelaki itu memulai musik, membuat lagu-lagu yang kesemuanya tentang gadis itu. Setelah enam bulan berhenti membuat musik, Jae merasa perpisahannya juga bisa menjadi musik. Bahkan lagu-lagu hit bandnya belakangan ini masih tentang gadis itu, tentang hatinya yang terluka dan tentang bagaimana hatinya sulit sembuh.

Just like letters on the sand
where waves were
I feel you'll disappear to a far off Place
I miss you again and miss you more
All the words in my diary
I can't show them all to you
It's that I love you

Jae mengingat kembali ketika Jiyeon memintanya berhenti menyukai gadis itu, seperti ada badai yang menyapu seluruh pikiran dan jiwanya. Badai itu menyapu seluruh inspirasinya, tidak bersisa. Lelaki itu mulai berkaca, suaranya terdengar lebih dalam. Dia semakin merindukan muse-nya.
Jae dulu bahkan tak bisa menolak, lelaki itu hanya diam, membiarkan Jiyeon bicara, melihat gadis itu menjauh, dan bahkan tak pernah berusaha meminta penjelasan pada gadis itu. Itulah salahnya, ia bersalah karena tak memperjuangkan dirinya sendiri. Bersalah karena tak meminta penjelasan lebih. Bersalah karena dia tak mengejar muse-nya. Bersalah karena sejak awal dia tak pandai mengekspresikan perasaanya, bahkan mengucapkan bahwa ia mencintai gadis itupun Jae sulit melakukannya. Jae hanya akan melakukannya dengan lagu, lagu-lagunya yang dulu ceria semua berkisah tentang betapa dia mengagumi gadis itu, dan Jae mencintai sang gadis, sangat dalam.

Tonight, I'll send the glow of a firefly
to somewhere near your window
I hope it's a good dream

Gadis itu masih mendengar dentingan halus gitar Jae, dengan setitik air mata di ujung pelupuknya gadis itu mulai terpejam. Ponsel gadis itu masih menampakkan foto-foto dirinya dan Jae. Jauh di dalam hatinya, Jiyeon ingin Jae berani memintanya kembali, jika memang benar lagu itu ditujukan padanya. Jiyeon ingin kembali pada laki-laki itu. Bila sulit menjadi nyata, gadis itu berharap mimpinya malam ini akan mewujudkannya.

Fin.

Through the NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang