Ri-Jin agak sedikit was-was ketika akan membuka buku tebal yang ia bawa sewaktu di kampus. Bibirnya menciut seakan kesal sekali akan kejadian yang ia alami di hari pertama nya ospek. Dengan menghela napas, ia mulai membuka perlahan bukunya, lembar demi lembar terlewati hingga akhirnya sampailah ia pada lembar ke 585. Lembar itu bukanlah lembar terakhir, melainkan dua halaman sebelum lembar terakhir buku tebalnya. Memang, melelahkan sekali membuka dan mencari isi tulisan yang entah mengandung arti atau tidak.
Secara cermat Ri-Jin membaca tulisan yang sangat tak rapi itu.Disitu tertulis :
"Buku tebal milik nona 'kamus berjalan' yang asyik. Bagaimana jika aku menjadi pencari kata dalam kamus berjalanmu? XD"
Seketika wajah Ri-Jin berubah memerah, ia sudah tak tahan lagi dengan pesan tertulis di bukunya. Pria itu benar-benar membuat suasana hatinya menjadi mendung dikelilingi petir. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, spontan Ri-Jin membanting buku tebalnya di lantai. DUGHH..! Suara buku itu sampai di telinga ibunya. Segera, pintu kamarnya terketuk. "Ri-Jin, buka pintunya. Ada apa, sayang?" tanya sang ibu. "Tidak papa, bu. Aku hanya tersandung saja. Ibu tunggu saja dibawah, aku akan makan siang sebentar lagi." balas Ri-Jin dari dalam kamarnya. "Baiklah, sayang. Cepatlah turun, nanti jika terlalu lama dibiarkan makananmu akan dingin." "Baik, bu."
Ri-Jin bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju pintu. Saat tinggal dua langkah lagi sampai pintu, ia menginjak buku tebalnya, spontan langsung ia tendang ke bawah laci meja belajarnya. Ia membuka pintu dan segera turun kebawah untuk makan. Lima menit berlalu, Ri-Jin menuntaskan makannya. Ia kembali menuju kamarnya. Gangguk alias tak ada kerjaan, ia meraih handphone di mejanya lalu merebahkan diri lagi diatas kasur sambil bermain handphone. Ia asyik bermain sosmed sampai akhirnya handphone nya berdering. Nada dering band Westlife terdengar begitu nyaring. Lagu berjudul "Uptown Girl" adalah salah satu lagu favorit Ri-Jin terhadap band Barat yang ia sukai sejak duduk di kelas 10 SMA. Tertera di layar handphone bahwa Kak Jefra menelponnya.
"Ya,ada apa?"
"Tidak ada apa-apa,kau masih kelelahan?"
"Sudahlah,lupakan saja. Anggap itu tak pernah terjadi."
"Sungguh,maafkan aku Ri-Jin.Besok dan seterusnya aku tidak akan begitu lagi padamu."
"Ya ya, eonnie."
(Tertawa kecil di seberang telepon)"Terimakasih adikku yang cantik.Oh ya,bagaimana dengan bukumu? Apa tak ada sesuatu di dalamnya?"
"Besok ku ceritakan padamu."
"Baiklah, sampai besok.Dah.."
Telpon terputus. Tanda telah berakhir percakapan. Ri-Jin meletakkan handphone nya dan menghela napas. Tiba-tiba ia bergumam dalam hati.. Aku benar-benar tak ingin lagi melihat wajahnya, bertemu, bahkan menyapa nya sekalipun! Orang seperti dia tak pantas untuk menjadi seorang teman! Hari pun larut, tibalah pukul 7 malam, biasanya ayah Ri-Jin pulang telat selalu pukul 7 malam. Ri-Jin keluar kamar dan turun kebawah untuk bersantai bersama ibunya. Bruum.. Terdengar suara dentuman mobil memasuki garasi rumah. Siapa lagi jika bukan ayah Ri-Jin yang sudah datang.
Tanpa disuruh ibunya, Ri-Jin segera membukakan pintu menyambut ayahnya yang baru pulang.
"Ayah, bagaimana hari ini? Menyenangkan bukan?" Ri-Jin mengambil tas kerja ayahnya lalu memeluknya. Ayahnya juga memberikan pelukan hangat. "Ya, nak. Hari ini memang melelahkan, tapi juga menyenangkan." sahut ayahnya sambil tersenyum. Ri-Jin dan ayahnya pun masuk ke dalam rumah. Ibu ikut menyambut dari dalam. Ri-Jin meletakkan tas kerja ayahnya di dalam kamar orangtua nya."Ri-Jin, ayah lupa sesuatu. Tadi ayah diberi bingkisan oleh rekan ayah. Tolong ambilkan untuk ayah di mobil, nak." panggil sang ayah. Ri-Jin mengangguk dan berjalan ke arah garasi lewat pintu belakang. Bingkisan itu diletakkan di jok bawah dekat kursi sopir. Sebuah kotak bergambar kota London dan Menara Big Ben dengan pita merah batik yang cantik. Ri-Jin mengambilnya dan kembali masuk ke dalam. Di dalam ayahnya sedang makan malam bersama ibunya. "Ini ayah, bingkisan ini sangat indah. Sepertinya teman ayah baik sekali pada ayah sampai-sampai memberikan bingkisan seindah ini." Ri-Jin tersenyum.
"Ya, nak. Orang yang memberikan bingkisan ini adalah sahabat kecil ayah. Dia sudah lama tidak bertemu dengan ayah selama 25 tahun yang lalu. Tadi di acara besar kantor ayah, dia datang menjadi delegasi dalam perhelatan akbar diplomat Internasional." "Wah, aku tak sabar mendengar lebih banyak lagi cerita tentang teman ayah." "Sudah, biarkan ayahmu menghabiskan makanannya dulu sayang. Nanti ayahmu akan bercerita lagi setelah selesai. Sekarang, pergilah belajar dan siapkan apa yang kamu butuhkan untuk ospek hari kedua besok." timpal ibu. Ayah melihat Ri-Jin, mengangguk dan menyuruh Ri-Jin masuk kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Love
FanfictionYe Ri-Jin, seorang mahasiswa kedokteran yang jenius dan cantik harus menghadapi kenyataan ketika bertemu dengan sosok misterius di sebuah konser besar yang akan mengubah hidupnya. Sosok itu mempunyai jalan hidup yang tidak diketahui banyak orang, na...