Anaknya Bapak

1.1K 159 42
                                    

Kata orang-orang, Bapak itu seram, tapi bagiku nggak.

Bapak memang seringkali menampakkan wajah galak jika berpapasan dengan tetangga, Bapak jarang berbicara, dan Bapak juga punya banyak tato di tubuhnya (di punggung, di lengan, dan di dadanya). Tapi Bapak nggak seram, apalagi jahat. Bapak orang baik.

Bapak suka musik, suka sekali musik. Setiap pagi aku selalu dibangunkan dengan sayup-sayup musik dari koleksi piringan hitam dan kaset-kaset tuanya. Sinatra, The Beatles, Aljearau, sampai Metallica dan Tupac pun sering bapak putar di rumah. Kata Bapak, musik itu bahasa paling universal. When words fail, music speaks.

Bapak juga suka film. Kebanyakan koleksinya adalah film-film klasik di era kejayaan Hollywood masa lampau. Dari Singing in The Rain hingga Casablanca, dari Marilyn Monroe hingga Alpacino; Bapak punya hampir semua koleksinya. Hasil hunting di pasar barang bekas waktu masih pacaran sama Ibu dulu, katanya.

Oh iya, Ibu. Bapak memang nggak punya banyak foto Ibu, katanya ini karena Ibu pemalu. Ibu nggak pernah mau difoto dan lebih memilih untuk berada di belakang kamera. Hasilnya? Berbuku-buku album foto berisi lembar usang foto pemandangan alam, kota, Aku, dan tentu saja candid Bapak yang diambil dengan Nikon tua milik Ibu.

Satu-satunya foto Ibu yang aku tahu dipajang di rumah ini adalah di atas meja kerja Bapak. Di foto itu Ibu yang sedang berada di tengah padang bunga matahari, tampak cantik dalam balutan jaket jeans dengan senyum yang mengarah ke kamera.

Aku ingat betapa Bapak bersikeras agar foto itu jadi foto yang dipajang di atas peti mati Ibu saat upacara kematiannya di gereja, belasan tahun silam.

Aku sudah bilang ya kalau Bapak itu jarang ngomong? Jarang sekali. Bahkan sebelum Ibu meninggal pun, rumah ini lebih sering diisi dengan derai tawa Ibu dan rengekan nakalku daripada suara berat Bapak. Bapak hanya akan ngomong seperlunya; ketika ditanya, ketika bertanya, dan ketika sedang bersama teman-temannya.

Teman-teman Bapak kebanyakan lebih tua darinya, meski yang lebih muda juga ada beberapa. Sebagian dari mereka sudah berkeluarga, sementara sebagian lain memilih untuk melajang seumur hidupnya. Meski begitu, mereka semua memiliki satu persamaan; tato. Apapun bentuknya, seberapa besar pun ukurannya, tatolah yang menjadi alat identifikasi atas diri mereka.

Mungkin itu juga yang menjadi alat pemersatu mereka.

Bapak senang berkumpul dengan teman-temannya di ruang tamu kami yang di-desain selayaknya ruangan di rumah-rumah Jepang—dengan meja panjang dan tanpa kursi. Kalau mereka sedang datang, rumah ini jadi ramai, riuh oleh suara tawa dan sahut menyahut argumen, juga padat aroma rokok dan alkohol.

Tapi Bapak tidak pernah minum. Setidaknya, tidak pernah hingga mabuk sempoyongan.

Oh iya, meski mereka bertato dan minum alkohol, teman-teman Bapak juga bukan orang jahat. Mereka orang baik. Mereka selalu ramah terhadapku, dan aku pun telah menganggap mereka seperti pamanku sendiri. Paman Gondrong (teman Bapak yang rambutnya paling panjang di antara yang lain, makanya aku memanggilnya Paman Gondrong) misalnya, ia suka membelikanku oleh-oleh dari setiap perjalanan melancongnya ke luar negeri; gantungan kunci Totoro dari Jepang, satu set boneka Matryoshka dari Rusia, pajangan kamar Turkish Blue Eyes dari Turki, dan seterusnya dan seterusnya.

Kemudian ada juga Paman Gembul. Tubuhnya yang gempal dan berisi membuat orang-orang (termasuk aku) memanggilnya Gembul. Paman Gembul ini tidak pernah absen mengirimiku hadiah tiap tahun di hari ulang tahunku. Paman Gembul juga suka membelikanku berbagai macam manisan setiap kali ia mampir ke rumah. Bapak sampai harus menegurnya karena kata Bapak, terlalu banyak manisan tidak baik untuk kesehatan tubuh dan gigiku. Aku hanya bisa merengut mendengarnya. Aku suka sekali manisan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anaknya BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang