Pria berkulit kecokelatan dan berambut brunette itu duduk diam sambil merasakan dingin yang begitu menusuk tulang-tulangnya. Ia merasa bahwa hari ini adalah hari yang paling dingin, selama hidupnya. Lebih dingin dari hari-hari di musim dingin sebelumnya. Karena pada hari ini. Detik ini. Ia merasakan sebuah lubang di hatinya yang menganga begitu lebar, mendadak dingin. Sedingin hari ini. Sedingin butiran salju yang turun dari langit. Ia patah hati.
Ia kemudian merapatkan mantel tebal cokelatnya, meletakkan kedua tangan di saku mantelnya dan menghela napas berat. Ia mengedarkan pandangannya pada taman tempat ia berada saat ini. Tiba-tiba, pupilnya menangkap sesuatu yang mengingatkannya pada orang yang mengukir lubang dalam hatinya. Mawar? Mawar itu mampu hidup di cuaca sedingin ini? Kemudian pria berkulit kecokelatan itu teringat janjinya untuk melihat mawar itu tumbuh bersama gadis yang sangat dicintainya –yang juga telah mengukir lubang di hatinya—
Ia terus saja mengamati mawar musim dingin itu. Kemudian mencabutnya dan mendekatkannya pada dadanya yang sesak, lalu mematahkan kelopak-kelopaknya hingga menjadi bagian-bagian kecil. Seperti hatinya yang telah hancur. Ia menghela napas panjang. Mungkin sudah waktunya ia melupakan segala sesuatu yang telah terjadi. Lagi-lagi ia menghela napas berat dengan sedikit perasaan... Tak rela?
~Orang itu seperti angin musim dingin.
Meninggalkan warna kesedihan
&
Menghilang dalam sekejap~
(Miwako Sato - Detective Conan)
------------------------------------------------------------------------
Winter Rose
For You...
The one, who give me an endless and greatest love
Derap langkah pria berkulit kecokelatan itu mendadak melambat. Ia hendak melihat pertandingan basket antar-kelas yang diadakan di lapangan basket outdoor sekolah. Namun mata serupa musangnya seolah enggan berpaling dari sesosok gadis yang memilih duduk menyendiri di bawah pohon akasia yang sesekali tampak menggugurkan daun-daunnya.
Yunho –nama pria itu— mulai tak fokus memerhatikan pertandingan basket, ia malah tetap memerhatikan gadis yang sedari tadi menarik perhatiannya, hingga membuat dadanya berdesir kencang. Yunho mengenal gadis itu. Ia adalah Lee Jiyeon, kakak kelasnya –Yunho duduk di kelas 1 SMU, sedang Jiyeon di tingkat akhir—
Gadis berambut lurus sebahu dengan warna sedikit kemerahan itu duduk di bawah pohon akasia sambil mendengarkan music melalui ipodnya –yang disambungkan melalui headset— bibir kemerahannya tampak menirukan syair lagu yang didengarkannya, sambil sesekali menjentikkan jari-jarinya yang lentik mengikuti irama lagu.
Yunho hanya bisa diam, mengamati gadis yang notabene adalah kakak kelasnya itu. Di seantero sekolah, Jiyeon dikenal sebagai seorang senior yang dingin. Itulah mungkin sebabnya banyak junior yang memutuskan hengkang dari klub Bahasa Inggris yang diketuainya. Dari awal, Jung Yunho telah merasa penasaran pada kakak kelasnya yang satu itu, dan saat melihatnya secara langsung kali ini, rasa penasaran itu pun kian membuncah. Mungkin benar ungkapan seseorang, bahwa wanita misterius yang mampu membuat penasaran akan terlihat sangat menarik. Yunho tak pernah percaya pada omong kosong seperti itu. Namun setelah ia bertemu Jiyeon, segalanya menjadi mungkin baginya...
*****
"My name is Yunho Jung. Just call me Yunho. The most handsome boy in Shin Ki High School," Yunho memerkenalkan diri di depan para anggota klub Bahasa Inggris Shinki High School yang mayoritasnya adalah para gadis. Ekor matanya menatap Jiyeon yang duduk di kursi paling depan. Gadis itu tak memerhatikan Yunho, berbeda sekali dengan para siswi yang sesekali tersenyum padanya, seolah ingin menarik perhatian pemuda Jung satu ini. Mungkin inilah sebabnya ia tertarik pada Jiyeon. Ia ... berbeda dari gadis lainnya. Membuat seorang Jung Yunho semakin bertekad untuk menaklukkannya.
YOU ARE READING
Winter Rose
Fanfiction"Kau tahu, aku merindukanmu hingga bernapas-pun rasanya menyakitkan sekali.." pria itu berujar pelan sambil menjaga tembok pertahanannya agar tidak runtuh begitu saja. Bagaimanapun juga ia masih mencintai gadis itu. Sekalipun ia yang telah mengukir...