Chapter 2

101 8 19
                                    


Untuk beberapa saat, kita kembali ke masa saat Ookanehira masih duduk dibangku SMA di Hizen.

Hizen adalah sebuah desa pertanian, hampir 80% warganya adalah seorang petani dan pengusaha pertanian yang paling sukses di Hizen adalah milik Keluarga Aoe.

Ibu dan bapak Ookanehira adalah buruh petani yang bekerja di ladang milik Aoe, walaupun begitu Tuan Aoe pun tidak menganggap mereka sebagai bawahan yang harus disuruh-suruh dengan kasar, beliau selalu menganggap mereka sebagai kawan yang bekerja sama dengannya untuk menyuburkan tanaman. Karena itulah hampir seluruh warga desa Hizen sangat menghormati Tuan Aoe.

Sifat baik hati Tuan dan Nyonya Aoe tentu menurun kepada anak pertama mereka, Juzumaru Tsunetsugu, walaupun ia lulus sebagai sarjana ekonomi tidak membuatnya bekerja dibidang keuangan, ia memilih untuk meneruskan usaha kedua orang tuanya dan membuat banyak perubahan yang sangat memuaskan. Tuan Aoe pun melepaskan usahanya itu kepada sang anak, lagi pula beliau sudah sangat tua untuk bekerja.

Juzumaru yang indah memang sangat memikat hati banyak orang, baik lelaki maupun perempuan, termasuk Ookanehira yang sering membantu kedua orang tuanya bekerja di ladang Aoe.

Sepulang sekolah, selesai berlatih basket, ia langsung saja mengganti pakaiannya dan bekerja di ladang, lalu melihat Juzumaru yang sedang mengawasi anak buahnya di ladang sebelah utara. Melihat dari jauh saja sudah cukup membuat hati Ookanehira berdebar kencang tidak karuan.

"Oke, sabtu pukul 4 sore, Ookanehira-san kepergok memandang Juzumaru Tsunetsugu dengan pandangan mesum, tercatat," sebuah suara mengalihkan pandangan Ookanehira dari Juzumaru, manik abu-abunya memandang kesal seorang pemuda berjersey biru yang sedang membawa buku dan pulpen di kedua tangannya.

"Siapa yang memandangnya mesum dan-Hei! Kau benar-benar mencatatnya?!" Ookanehira memandang makhluk hijau di hadapannya tak percaya.

"Loh tentu saja dong, Juzu-nii memintaku untuk mengawasi pekerja di ladang ini dan mencatat tindakan aneh mereka yang mungkin merugikan pertanian kami dikemudian hari..." ujar Nikkari seraya tersenyum, senyum yang terasa menyebalkan bagi Ookanehira.

"A-aku memang memandangnya tetapi bukan pandangan mesum!" ujar Ookanehira seraya merebut catatan Nikkari lalu mencoret kalimat aneh yang Nikkari tuliskan di buku itu.

Nikkari Aoe, adik dari Juzumaru Tsunetsugu, sudah sangat tahu kalau kawannya ini menyukai kakaknya sejak mereka masih duduk dibangku SMP. Sudah berulang kali Nikkari menyuruh Ookanehira untuk menyatakan perasaannya dari pada bertingkah bodoh dengan memendamnya lebih dari 3 tahun lamanya, entah ditolak atau tidak itu kan urusan belakangan, tetapi Ookanehira sendiri yang menolak melakukannya.

"Nee... Kamu sudah memikirkan mau kemana setelah lulus nanti?" tanya Nikkari yang masih betah berdiri di dekat Ookanehira yang mulai melakukan pekerjaan kembali.

"Orang tuaku menyuruhku untuk melanjutkan kuliah, padahal kerja di sini saja sudah menyenangkan," jawab Ookanehira sekenanya.

Nikkari mengambil catatannya kembali lalu duduk di atas batu berukuran sedang, memilih untuk mendudukkan dirinya dan melihat kawannya itu bekerja. Biasanya ia juga ikut membantu melakukan pekerjaan di ladang, tetapi untuk kali ini ia merasa malas melakukannya.

"Tentu saja mereka ingin kau kuliah, coba bayangkan? Kakakmu saja sudah menjadi salah satu orang yang penting di perusahaannya sedangkan adiknya malah bercita-cita menjadi kuli? Kalau kau memang ingin menekuni pekerjaanmu ini kan kau bisa lanjut kuliah di pertanian," ujarnya kemudian.

"Aku bahkan tidak pernah belajar untuk masuk perguruan tinggi,"

"Kalian berdua bisa belajar bersama untuk ujian masuknya, jangan andalkan jalur undangan, kesempatannya kecil sekali,"

SALTEAWhere stories live. Discover now