Berita Kehilangan

30 7 1
                                    

dia mengenalku tapi tak pernah seutuhnya,
dia melihatku tapi tak pernah rela melepas senyumnya.
apa yang di takutinya, tak hanya suatu hal yang dapat membuatnya berhenti bernafas.
tapi mengapa dia begitu kokoh dengan pendiriannya.
begitu kokoh untuk tidak membawaku dalam kehidupannya.

aku harus menunggu dan dalam sabar aku tak harus mati untuk membuatnya melihat bahwa aku ada.
ini waktu yang terlalu singkat untukku, tapi waktu yang terlalu lama untuk sebuah ragu.

ini hanya 2 bulan bukan 200 tahun.
tapi aku beranikan untuk memberi signal yang berharap akan ada cahaya yang kembali menyapaku.
"hai, apa kabar?" pesan terkirim dari ponsel ku.

detik, menit dan jam berlalu.
tak ada cahaya yang mendatangiku.
putus asa, harapan semua pudar.
sedetikpun tak ada warna warni cerita indah.
pagi akan menjadi buruk dalam penantian tak berujung.
seminggu berlalu,
sinar dari ponsel menyala, harapan masih pada seseorang yang sama.
aku membuka perlahan, dan warna itu kembali, kembali dalam seluruh ruangan, walau pesan itu tak dapat merubah banyak tentang sebuah harapan.

"halo, siapa ya?" sebuah pertanyaan untuk memastikan bahwa aku bukan orang iseng yang hanya ingin mengerjainya.
terdiam, ya aku hanya terdiam.
bingung harus memulai darimana.
tak tahu harus membalas apa,
ingin dia tahu, tapi takut ini terakhir.
tapi keputusan harus ku ambil. apa yang terjadi harus aku relakan.
akhirnya huruf demi huruf terangkai di pesan handphone ku.
"salam kenal ya,
aku Agus yang selalu duduk di pojok dekat lukisan, yang selalu memperhatikan kamu, yang selalu berbaju merah saat masuk dan memesan kopi."
pesan terkirim, aku meletakkan handphone dan berharap ada pesan yang akan masuk lagi.
lampu menyala kembali.
berharap kembali dari dia, tapi tidak pesan untuk yang terakhir.
"ohw iya, aku bianca."
bravo, ini benar benar hebat.
Aku kembali murung ini pesan yang aku harapkan tapi singkat, padat dan jelas tanpa ingin ada sambungan lagi.
Aku kembali kesana memesan kopi dan berpura pura membaca semua buku yang tersedia.
kamu tidak bodoh, aku yang terlalu bodoh karena salah mengartikan pandangan itu, salah mengartikan senyuman indah itu.
aku terantai oleh mimpi bersamamu, setiap pagi terbangun dan terus mengarah ke tempatmu.
banyak cara yang aku lakukan untuk menyentuhmu.
tapi semua hanya semu, hanya membalas dengan cara yang sangat tajam.
hinggah hari ke 3 kau membalas dengan sesuatu yang membuatku tenang.
"Bianca, kalau di panggil harus melihat dan mendengarkan ya".
dan kau hanya mengatakan "ohw iya, maaf aku sibuk"
Suatu kemajuan besar bagiku, kau mau membalas apa yang aku tanyakan.
tentang peringatan dalam hidup, dan pertanyaan pertanyaan bodoh aku lemparkan. dan kau akhirnya terjebak dalam percakapan.
"kamu sudah makan?" aku menatap dan mengatakan hal hal sederhana yang ingin aku katakan.
"sudah, terima kasih sudah mengingatkan."
dan dia berlalu.
aku melepas senyum dan mengantar dia berlalu.
semakin hari kami semakin dekat. aku merasa sesuatu yang indah akan ku gapai.
aku menyebrang jalan itu, aku melihat sosok hilir mudik di depan cafe.
penuh dengan bimbang dan rasa ragu.
Dia melambaikan tanganya ke arahku.
Bianca seperti tergesa gesa.
"Gus, aku mau cerita sesuatu. tenang aja hari ini kopi gratis kok."
dia masuk dan aku mengikutinya, tak lama dia duduk dihadapanku dan menyodorkan satu gelas kopi.
"kamu tahukan manager cafe ini?" tatapan yang berbeda, penuh teka teki.
"ya, aku mengenalnya" aku bertanya tanya, apa yang dia inginkan.
"aku dekat dengannya, akhirnya aku bisa mendekatinya" senyum yang kuharapkan untukku tapi senyum itu keluar setelah dia mengatakan tentang temanku.
sedih, tapi itu kenyataan. keyakinan tetap bersamaku, aku masih bisa untuk berjuang untuknya.
kami tertawa, bercerita dan saling mengenal hinggah larut malam.
ternyata dia tak bekerja hari ini, hanya ingin menungguku dan bercerita tentang semua yang membuatnya bahagia.
aku mengantarnya pulang.
pagi aku terbangun, perempuan perempuan cantik mengelilingiku.
mereka tersenyum, senyum ketenangan yang mereka lempar ke padaku.
ternyata aku berada di rumah sakit, ini tidak pagi.
ini pukul 12.30, aku terlambat untuk ke cafe.
keluargaku menjelaskan apa yang terjadi. aku berharap semua baik baik saja.
aku mencari handphone ku.
tak ada pesan masuk.
aku kembali tertidur.
melewati hari hariku dengan membaca di atas kasur putih dengan gelang aneh yang ujungnya di tancapkan di lenganku.
gelang itu sahabat terbaikku saat ini.
beberapa hari kemudian pesan masuk, pesan yang tak lagi kutunggu.
"hai, kemana seh. kok gx ada kabar".
sedikit kesal dan perhatian.
aku tersenyum dan merangkai kata dalam sebuah hanphone.
"iya neh, aku lagi bertapa di rumah sakit neh." aku tersenyum mengirim pesan itu.
akhirnya dia tidak lagi jutek seperti yang dulu.
"kamu kenapa, kok gx bilang seh kalo sakit." penuh rasa perhatian.
"iy maaf, aku lupa."
aku ingin berlari menuju tempatnya dan memastikan aku baik baik saja.
besok adalah hari yang terberat dalam hidupku, hari dimana beberapa benda tajam akan masuk dan merobek kepalaku.
ingin aku bercerita bahwa aku akan melakukan operasi besok.
tapi,,,,
"gus, aku mau cerita neh.!!" pesan masuk.
"ya, bianca silahkan." aku tak jadi bercerita, aku tak ingin merusak apa yang dia rasakan hari ini dengan berita yang mungkin akan membuat dia sedih.
"aku sekarang sering jalan loh sama temanmu, manager cafe itu."
aku ingin melepas apa yang aku inginkan dan menutup lembaran tentangnya rapat rapat.
aku merasa ini akan berakhir, tapi aku harus mengatakan sebelum dia lebih jauh.
aku memotong ceritanya, aku mengatakan apa yang aku rasakan.
aku berharap dia tahu apa yang aku maksud.
"bianca, Aku kagum denganmu. aku berharap kita bisa bersama dan bisa membuatmu selalu tersenyum".
pesan terkirim.
balasan dari bianca sedikit lama.
mungkin dia berfikir, dan harapan aku dia mengatakan hal yang sama.
pesan masuk.
"Gus, maaf aku memilih temanmu. aku tak lebih menganggapmu sebagai temam. tapi kau teman terbaikku".
aku merasa malu dan tak ingin membalas pesan itu.
tapi mimpi ku sederhana, aku tak berharap memilikinya. hanya ingin dia tahu akan perasaanku.
aku beranikan diri untuk membalas pesannya.
"ya, aku hanya ingin kau tahu Bianca. itu pilihan yang tepat. aku yakin kau akan bahagia".
dengan tegar aku merangkai kata kata itu satu persatu dan mengirimnya.
pesan masuk
"Gus, aku ingin minta tolong. kamu bisa bantu aku gx".
pesan masuk,
"ya, kenapa. aku akan melakukan apa yang bisa aku lakukan."
"aku butuh uang, hari ini ulang tahun temanmu, aku butuh 500 ribu dan akan mengganti secepatnya".
aku bingung, bagaimana aku memberikannya.
ya, aku bisa menggunakan m.banking untuk mengirimnya.
"kirimkan aku no rekeningmu bianca."
dia mengirim dan aku mengirim uang itu.
"terima kasih ya gus, cepat sembuh.
rindu akan sosok seseorang yang duduk di sudut dan memperhatikanku".
aku ingin cepat kembali kesana.
aku tak sempat bercerita tentangku, tapi aku bahagia. setidaknya dia tahu apa yang ingin aku sampaikan.
pagi aku terbangun tanpa persiapan, aku harus siap menjalani semua.
detik menit berlalu, deteksi detak jantung semakin cepat dan dalam beberapa waktu melemah dan kemudian mati.
aku keluar, keluar dari sosok dimana aku selama ini berada.
aku melihat hiruk pikuk dari manusia manusia yang berbaju putih meyakinkan bahwa aku baik baik saja.
mereka tak memperhatikanku. aku kini berdiri dan berada di samping mereka.
beberapa menit berlalu, mereka menyerah dan menyelimuti ku hinga rambutku pun tak terlihat.
mereka mendorongku keluar.
suara tangis pun pecah dari beberapa keluargaku.
cahaya dari handphone ku terpancar.
keluargaku membuka pesan itu.
"gus, aku jadian sama temanmu, kamu apa kabar? kamu sehatkan?".
keluargaku hanya merangkai tempat dimana aku dirawat, alamat rumah sakit dan sebuah ruangan dimana aku terbaring sekarang.
aku menunggu dimana tubuhku berbaring. aku menunggu seseorang akan datang.
isak tangis masih terdengar jelas, keluargaku mengantar kepergianku dengan rasa kekecewaan.
tak lama terdengar lari lari kecil, dia menuju ke ruangan tempat ku berbaring.
dia melewatiku, dia tak bisa memperhatikanku, dia tak tahu aku sekarang berdiri dalam wujud yang berbeda.
"gus, gus. ayo baaangun, jawab gus... kamu kenapa tidak bercerita tentang keadaanmu gus".
"gus, ini aku gus, jawab aku gus!!!"
aku menyentuhnya agar dia tenang, tapi tak sedikitpun dia merasakan akan hadirku, dia mengguncang tubuhku dengan keras. dia berharap aku kembali dalam tubuhku.
tapi tuhan tak mengizinkan aku berada disana lagi.
"gus, kenapa kamu berbohong gus. aku memanggilmu gus, aku menyapamu, gus, banguuuuun aguuuuss."
air mata mulai membasahi kainku. tangis kecil dari bianca mulai terdengar.
"gus, kan kamu bilang kalo dipanggil harus menjawab gus, kamu harus melihat gus, gus.. buka matamu gus. guuus".
dia memelukku dengan erat.
bibirnya bergetar, dia berteriak dengan nada nada kecil.
tak ada lagi harapan, tak ada lagi cerita.
kata demi kata keluar dengan rintihan.
bianca pasrah. tapi tetap meminta.
"gus kenapa gus, aku memanggilmu. kamu harus mendengar gus"
"gus, agus."
"Aguuuuusss."
"Aguuuuus."
"gus."
"gus."
"jawab aku gus?"
"kamu harus menjawab gus!"

just for funTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang