4 Tahun telah berlalu.
Senyum dan tawa ceriamu masih terukir manis disini.
Pelukan serta nasehatmu meninggalkan rasa kehilangan.
Waktu itu, dengan mata terpejam. Tanganmu bergerak seolah mencari sesuatu.Tapi entah kenapa aku sudah merasa takut, saat seseorang berdiri disamping dan membimbing melafazkan kalimat 'Laillaha ilallah' ditelingamu.
Bahkan cucuran air mata sudah tak bisa kuhentikan lagi lajunya.
Hingga saat kulitku menyentuh kedua telapak kakimu, sudah kurasakan sangan dingin. Namun, engkau masih memberi tanda terbatuk dua kali.Setelah itu aku benar-benar tak mampu menopang tubuhku lagi.
Pandanganku gelap dan raga ini terasa ringan bersamaan sudah tak terdeteksi lagi denyutmu.
Aku menangis dalam kesakitanku,
Sakit yang tak mampu ku ucapkan lewat kata bagaimana?
Hanya kata 'Maaf dan Terimakasih'
Maaf belum bisa jadi yang terbaik untukmu.
Dan terima kasih telah jadi malaikat pelindungku selama ini.Hadirlah dalam mimpiku untuk mengurai rasa rindu yang telah membuncah.
Aku percaya engkau telah bahagia disana.
Bahkan aku berharap, suatu saat nanti kita bisa bertemu di tempat yang terindah NyaMenggi Rindu Simbah
Maafkan kecengenggan ini masih menangis untukmu.
Tenang saja Mbah, ak sudah ikhlas melepasmu, hanya rindu ini lagi mampir disini.Pacitan, 1 April 2018.
Curahan hati:
MenggyAlqibah
KAMU SEDANG MEMBACA
Curahan Hati Sang Penulis Amatir: Challenge 115
RandomSemua tulisan yang ada di dalam karya ini merupakan gabungan tulisan dari para member Komunitas Penulis Pemula (KPP). Tulisan ini dikumpulkan melalui CHALLENGE WRITING yang dilaksanakan pada setiap tanggal 1 dan 15. "......Karena yang aku tahu, mimp...