⸭Peraya is Real⸭
Suasana rumah Krist dan Singto pada pagi hari itu tidak seperti biasanya. Sepi, tidak ada lagi umpatan keluar dari mulut Singto maupun Krist, Singto bangun tanpa melihat Krist disampingnya maupun di meja makan.
"Maa, Krist kemana?"
"Katanya dia buru-buru mau ke kampus, sudah berangkat 30 menit yang lalu. Sepedanya sudah diperbaiki Paa kemarin"
"Ah begitu"
Pikiran Singto campur aduk, entahlah dia juga tidak mengerti kenapa Krist bersikap seperti itu pada Singto, adiknya yang biasanya cerewet, membuat ulah setiap hari, hari ini tidak bicara dengannya, bahkan kemarin Krist lebih memilih pulang bersama Gun meninggalkan Singto yang berjam-jam menunggunya di perpustakan, jika saja Off tidak memberitahu bahwa Krist sudah lebih dulu pulang dengan Gun mungkin dia sudah menunggu Krist sampai tengah malam. Sampai di Rumah pun, Singto sudah mendapati Krist yang sudah tertidur sehingga sulit untuk dia menanyakan kepada adiknya itu kenapa sikapnya berubah.
"Kalian baik-baik saja kan?" seperti mengerti apa yang terjadi dengan Singto, Ibunya menatapnya khawatir.
"Bukankah ini baik maa melihat aku sama Krist tidak ribut?" Singto tertawa sedikit dipaksakan.
"Melihat kalian tidak ribut seperti biasa membuat maa aneh karena kalian sudah terbiasa ribut tiap hari"
"Kami tidak apa-apa maa" Singto berusaha meyakinkan.
"Mungkin cuma perasaan maa saja"
"Aku sama Krist hanya tidak mau membuat maa tercinta kami cepat tua karena harus memarahi kamu berdua tiap pagi" Ibu Singto hanya tertawa mendengar ucapan anak sulungnya itu, sedangkan Singto kembali memakan sarapannya.
⸭⸭⸭
Di Kampus, Singto mencari Krist kemana-mana, di jadwal yang dia liat, Krist sedang tidak ada kelas. Singto juga sudah bertanya kepada Gun yang hanya dijawab 'tidak tahu' oleh laki-laki berlesung pipi itu. Tidak biasanya Krist menghilang seperti ini, dia terus mencari adiknya itu untuk menanyakan perubahan sikap Krist yang tidak dia mengerti, sampai kedua bola matanya melihat orang yang dicari sedari tadi sedang duduk di bangku taman dengan Apple. Sakit, itu yang dia rasakan saat ini.
Singto pergi ke atap gedung, bukan, dia bukan mau bunuh diri. Dia hanya menenangkan pikirannya menenangkan hatinya dengan menangis. Ya, Singto Prachaya yang digandrungi banyak wanita dan mungkin lelaki manis juga di kampusnya sedang menangis sekarang.
"Sialan, Sadarlah Singto, dia itu adikmu" Dia mengutuk dirinya sendiri yang dengan bodohnya tidak bisa mencegah perasaan menyimpangnya.
"Krist, aku mencintaimu" Ya dia sudah sangat mencintai Krist, mencintai sebagai lelaki bukan sebagai kakak kepada adiknya.
"Krist, tidak bisakah kamu melihatku sebagaimana aku melihatmu?" Singto sangat tahu perasaannya sudah sangat gila, bagaimana bisa dia yang seorang laki-laki mencintai laki-laki juga terlebih orang yang dicintai adalah adiknya sendiri, Krist.
"Aku tahu ini salah, sangat salah. Kenapa kamu harus lahir dari rahim maa? Kenapa tuhan tidak adil? Apa aku dikutuk?"
"Krist" Entah dosa apa yang telah dilakukan dia pada kehidupan sebelumnya.
⸭⸭⸭
Malam itu seperti biasa Krist memilih untuk tidur lebih dulu atau lebih tepatnya pura-pura tidur, dia menghindari Singto. Sebenarnya Krist tidaklah membenci Singto, dia juga tidak habis pikir kenapa sikapnya seperti ini. Apa yang salah jika Singto juga menyukai Apple? Bukankah bagus jika Singto menyukainya? Itu berarti wanita yang dia sukai tidak salah, maksudnya ada orang lain menginginkan Apple dengan begitu menunjukkan bahwa wanita itu adalah wanita yang spesial. Seharusnya dia lebih berusaha mendapatkan wanita itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Undetermined
RomanceTumbuh dan berkembang dalam waktu yang hampir bersamaan. Tinggal di satu atap yang sama, tidur dalam kamar yang sama, bahkan kuliah di Universitas yang sama, terlebih lagi... lahir di rahim yang sama. Pantaskah kau menyimpan perasaan yang tak wajar...