1 / he said today's the our forth meeting

95 10 2
                                    

"Gol,  udah piketnya?" tanya Oli,  wakil ketua kelas yang punya karakter layaknya abang penyayang sekaligus pengarah yang sering kudengar kata-katanya.

Maksudku... Aku selalu mendengar nasihat orang-orang,  tapi hanya sebagian yang benar-benar aku dengar.

Hari rabu seperti minggu-minggu sebelumnya,  Oli mengawas anggota piket. Dan hari ini sejak dari tengah hari aku sudah izin keluar kelas buat merevisi proposal lomba nasional beserta timku yang kebetulan beda kelas. Alhasil,  aku yang kembali ke kelas pada 15.40 alias lima menit setelah bel,  jadi membuat Oli menunggu buat memastikan aku melaksanakan kewajiban piket.

"Udah Ol. Yuk." ajakku sambil menggunakan ransel, bersiap turun.  " Sori, Ol.  Gara-gara gue,  lo jadi nunggu ngawas lebih lama. Hari ini tuh deadline pengiriman pos buat lomba,  jadi mesti dikelarin hari ini.  Sori yah." kataku saat kami berdua berjalan menuju gerbang sekolah.

"Santai kali,  Gol.  Udah tugas gue tiap rabu make sure kelas ditinggal dalam keadaan bersih sebelum pulang. Lagiankan juga sekali-kali lah-" belum sempat Oli nyelesain kalimatnya, Eliana-temen kelasku-ngampirin kami dari arah gerbang.

"Goldie. Ada yang dari tadi nyariin elo tuh!" kata eli yang bikin aku bingung.

"Hah, Siapa?  Nyokap gue?" tanyaku. Tapi rasanya engga lah,  mama tau hari ini aku bakal pulang telat, berhubung juga mama lagi ada acara dan menyuruhku pulang dengan ojek.

"Engga. Cowok. Seumuran kita gitu.  Dari tadi nungguin. Beberapa kali nanya ke anak-anak kelas kita lo dimana." jelas Eli.

"Ih,  siapa sih?  Yang mana orangnya?" tanyaku mendadak punya perasaan gak enak.

"Di Depan. Sekarang di seberang sekolah, di toko Bu'de."

"Ah, yang bener lo?  Salah orang ga?"

"Engga...  Gak mungkin salah orang, dia jelas-jelas nyebut nama lengkap lo,  Goldie Middlum. Orangnya pake jaket item garis-garis gitu. Ganteng lah...  Eh,  gue kayaknya udah dijemput. Duluan ya, byeee." kemudian Eli terburu-buru ke arah adiknya yang sudah menunggu di dekat gapura sekolah.

Mataku mengikuti Eli dan adiknya,  dan tak sengaja menangkap sosok laki-laki diseberang jalan yang sedang melihat kearah sini.  Tapi,  bisa aja sih bukan benar-benar ke arahku.  Tapi... itu cowok ya pakek jaket item garis-garis. Yang itu ya?  Kok hawa-hawa gue gak enak gini??

"Ya udah,  samperin aja dulu,  Gol. Mana tau ada perlu penting." kata Oli yang tau akan kecemasanku.

"Ya iya sih.... Ya udah deh gue kesana. Lo.... doain gue ya. Firasat gue ga enak nih."

"Lah,  lu negatif thingking duluan. Elo ngga bakal kenapa-kenapa kok... atau lo mau gue temenin?"

Dih kan,  baik banget cowok satu ini,  abangable.

"Hm ga usah ko,  gue bisa sendiri. Ya udah, Ol. Gue duluan." kemudian gue berjalan ke seberang sekolah untuk menghampiri cowok yang dimaksud Eli.

"Iya, bismillah dulu. Tenang aja,  gue liatin kok dari sini."

Aku hanya melempar senyum terakhir dan satu jempol kepada Oli.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

three times in one dayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang