Jenar meraba detak jantungnya yang masih terasa kencang. Jenar seakan tidak percaya bahwa dia baru saja menghabiskan malam minggunya kali ini dengan Arjuna. Overall, dia pria baik dan sopan. Bahkan dia baru memacu motornya setelah memastikan Jenar masuk dan menutup pintu kosannya.
"Beruntung banget kamu, Jen. Udah ganteng, baik terus mau sama kamu juga!" Disty, teman kos Jenar terkekeh setelah mendengar cerita Jenar.
Jenar merebut toples nastar miliknya dari pangkuan Disty. "Sialan! Emang aku segitunya sampe gak ada yang mau."
"Tapi masak sih Arjuna itu single? Dia kan punya tampang gak mengecewakan, terus mapan sama masa depan terjamin, kok bisa belum ada pasangan? Yakali, dia belok apa ya?"
Jenar mendengus tidak suka. "Aku mikir gitu juga, Dis. Tapi ya jangan sampe deh dia belok. Eman cuy! Jomblo tambah banyak kalo yang ganteng malah suka sama yang ganteng juga."
Disty mengangguk setuju. "Saranku sih ya Jen. Kamu kan tipe-tipe cewek baper yang love-able alias gampang jatuh cinta, kalo sama yang ini diliat dulu pribadinya, jangan langsung kesengsem gara-gara dia cakep. Aku gak mau jadi tempat nampung curhatan kamu yang selalu bilang salah jatuh cintalah, dibegoin lah dll. Apalagi kasusnya sama, kenal di JIK. Understand, Miss?"
Kali ini Jenar setuju dengan saran Disty. Bagaimanapun, Jenar tetap harus waspada tentang Arjuna. Terutama dia harus mewaspadai dirinya sendiri.
***
Kalau ada orang bilang cinta bisa datang darimana saja, Jenar ingin sekali menemukan orang yang pertama kali mengemukakannya. Baginya, cinta lahir dari penyesuaian dan waktu yang pas. Bukan asal cinta pada sembarang orang. Dan meskipun kemarin dirinya serasa istimewa karena berhasil jalan bareng dengan Arjuna yang ganteng banget itu, tetap saja Jenar tidak mau memutuskan untuk langsung menyukai pria tersebut.
Arjuna : Saya baru selesai meeting jen. Tapi rasanya ingin cepet balik ke Surabaya lagi.
Jenar menatap pesan dari Arjuna. Mereka sepakat bertukar nomor kemarin agar lebih mudah berkomunikasi.
Arjuna : Kamu bisa balas pesan saya selesai jam kerja Jen. Miss you..
Jenar mengernyit bingung. Arjuna benar-benar tipikal pria yang blak-blakan atau apa ya? Mudah sekali pria itu bilang kangen kepadanya yang baru ia temui kurang dari 24 jam! Sungguh aneh sekali.
"Elu kenapa Jen?" Suara Jaka mengagetkan Jenar. "Dari cowok ya?" Jaka melongok, berusaha melihat isi hape Jenar.
Jenar mematikan ponselnya, "Bukan, kok. Kamu mau pesen apa?"
"Punya elu udah gue pesenin. Ayam Lemes level iblis." Jaka hapal luar kepala menu kegemaran Jenar. Hampir setiap minggu mereka jalan keluar, Jenar pasti meminta mampir ke kedai ini.
Jaka adalah teman kuliah Jenar. Semasa kuliah, Jenar sering menyebut jaka itu sunbe alias sunda-betawi, karena logatnya memang gak sesuai dengan namanya. Tapi memang Jaka lahir dan besar di Jakarta, meski kedua orang tuanya asli Bandung. Dia lalu berkuliah di salah satu sekolah tinggi di Surabaya dan bertemu Jenar. Mereka berteman akrab sejak mendapatkan dosen bimbingan skripsi yang sama.
"Elu ada masalah ya?" Jaka kembali bertanya sambil menunggu pesanan mereka datang.
"Nggak ada."
Jaka kembali nyerocos "Lah, terus kenapa tadi pake nyembunyiin hape segala. Biasanya kan elu bodo amat kalo hape lu gue rusuhin."
"Tadi lagi ngeliatin jadwal film. Nonton yuk habis ini. Mumpung aku dapet jadwal libur." Jenar mengalihkan pembicaraan sambil tersenyum manis.
Jaka sedikit berdehem, "Boleh deh. Kita udah lama juga gak nonton."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Your Time
General FictionApa yang kamu pikirkan saat mendengar 'online dating'? Aneh? Biasa? Tertarik? Kalau aku malah kepo. Apa benar kita bisa menemukan jodoh melalui sebuah aplikasi maya?