ILY : 304th STUDY ROOM

874 57 10
                                    

"Desyca mana?"

Reihan bertanya saat menyadari ada seorang anggota tim yang tidak hadir. Cowok berambut pirang kemerahan itu melempar pandangan pada Yanjie dan Pak Zam.

"Desyca agak demam jadi Laoshi minta dia istirahat." Jawab Yanjie sekenanya. Reihan mengangguk maklum.

"Yah, wajar sih. Belakangan ini Desy jadi sering begadang gara-gara tesnya setiap hari." Ujar Reihan. Lebih tepatnya menyindir.

Yanjie memasang tampang misteriusnya. Menatap Reihan berbahaya. "Mau ngajak gelut Rei?"

"Eh-eh, nggak, Laoshi! Ampun!"

Pak Zam memijit kepalanya pening. Bejo tertawa hambar sementara Dirga hanya mendengus cuek. 

Namun, ada satu anggota tim yang belum bisa terbaca ekspresinya saat ini.

Dia adalah Arjuna Wira Atmaja.

🖤🖤🖤

Bejo merasakan gelagat aneh Juna. Sejak tadi cowok yang mengaku pencinta gadis loli tsundere berkuncir dua itu hanya molor di kasur bahkan menolak ajakan makan malam. Dan yang paling aneh, PSP yang selalu menempel di tangannya hampir setiap saat kini tergeletak di atas nakas. Pemuda berparas bule itu menghela nafas. Ia lalu duduk di tepi kasur.

"Mas Jun nggak apa-apa?"

"Hm." Jawab Juna yang menutupi kepalanya dengan tangan.

"Serius? Kalau nggak enak badan bilang aja." Ujar Bejo khawatir.

Juna menghela nafas. Ia beranjak dan menyambar hoodie yang tersampir di sofa lalu berjalan keluar.

"Mas Jun mau kemana?"

"Cari angin." Jawab Juna.

🖤🖤🖤

Udara malam itu tak terlalu dingin. Juna memutuskan untuk mengunjungi sebuah toserba 24 jam yang dekat dengan hotel. Ia mengambil beberapa kaleng minuman dan keluar sambil menenteng kresek putih. Saat itulah ia melihat seorang gadis berperawakan tinggi dengan piyama bergaris sedang berjalan sendirian.

Juna mengenali sosok gadis itu. Ia mempercepat langkahnya dan menjegal bahu gadis yang lebih tinggi darinya itu. Gadis itu sontak memekik dan memukulnya dengan kresek.

"Oi, cewek slebor! Jangan main pukul aja!" protes Juna yang mengaduh kesakitan. Desyca menutup mulutnya panik menyadari orang yang menyentuh bahunya itu adalah Juna. 

"K-Kak Juna?! Ma-maaf! Kak Juna juga jangan ngagetin Desyca."

Juna menghela nafas.

"Bukannya lagi demam? Ngapain berkeliaran diluar?"

"Habisnya Irene dan Rieve ngelarang aku makan es krim, padahal pengen banget makan es krim. Terpaksa deh, nunggu mereka tidur."

"Kenapa nggak minta tolong aja?"

"Minta tolong sama siapa? Sama Mas Bejo udah pasti ditolak, kalo Reihan ya kan nggak enak belakangan ini sering ditraktir sama dia, Dirga sih udah pasti nggak mau, trus Laoshi, bukannya dapet es krim malah dapet bogem."

"Gue nggak dihitung gitu?" tanya Juna setengah jengkel. Selain slebor dan rese, ketidakpekaan Desyca sebagai cewek membuat cowok seperti Juna harus ekstra sabar meski itu bukan hal yang disenanginya.

"Eh?"

"Masih sakit?"

"Eh? En-enggak. Udah mendingan kok. Cuma pusing dikit."

"Turunin kepala lo."

"Nggak. Nanti ditabok lagi."

"Ck, nurut aja bisa nggak? Nggak gue tabok kok."

ILY : 304th STUDY ROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang