"Bergabunglah dengan kami"
*
*
"Pft. Apaansih? Bercanda ya?"
Arsyal tertawa hambar, lalu kembali menatap 6 bocah itu dengan tatapan datarnya.
"Kalian cuma mau memanfaatkan harta ku kan? Pergi sana. Ga butuh"
Ia langsung berjalan meninggalkan bocah bocah itu. Sedangkan bocah bocah itu menatap kesal Arsyal."Apaansih!? Mentang mentang orang kaya! Dasar sok tau!" Julian bersungut sungut menanggapi ucapan Arsyal tadi.
"Masih mending kita ajak main! Pantes aja hidupnya suram, sombong sih!" Rendy juga ikut memberontak.
"Gila"
"Hah?" 5 anak itu langsung menoleh ke arah Jun, yang barusan bilang 'gila'.
"Seperti biasa ya, singkat padat dan ga jelas" Sahut Dion pada tanggapan Jun yang sangat singkat.
"Terus mau gimana? Aku ga mau ah bujuk orang keras kepala kaya gitu!" Al ikut nyautin.
"Mending kita lanjut main. Nanti dipikirin lagi deh gimana caranya biar dia mau ikut gabung" Defan kembali ke halaman rumah Jun sambil mengajak anak anak nya itu.
《 back to Arsyal 》
"Dasar bocah. Masih kecil sok sok an bikin geng, ga guna"
Ga ngaca, dik?
Arsyal melepas sandalnya saat hendak masuk ke rumahnya. Ia berjalan ke arah dapur dengan kantong kresek hitam berisi garam serta uang kembaliannya.
"Ini nek garamnya"
Ia meletakkan kresek hitam itu di meja dapur.
"Kembaliannya ambil. Buat Arsyal"
'Yippi!' 》Arsyal
Arsyal mengambil kembalian di kantong itu lalu berjalan ke kamarnya. Seperti biasa, kalau dapat uang jajan pasti di masukkan celengan ayamnya.
"Hei poppy! Lihat nih, aku dapet uang lagi dari nenek."
Poppy adalah nama celengan ayam berwarna merahnya itu, ia memasukkan uangnya lembaran demi lembaran ke dalam celengan.
Arsyal merebahkan tubuhnya ke kasur dan menggunakan kedua lengannya sebagai bantalan kepalanya.
"Tau ga pop, tadi ada 6 bocah stress yang ngajak aku gabung sama mereka. Pasti mereka cuma mau uangku kan?"
Ia menatap langit langit kamarnya dan berkali kali menghembuskan nafas kasar. Arsyal sedang berpikir keras.
"Lalu Arsyal bagaimana?"
Arsyal terduduk saat mendengar suara perempuan yang tak asing baginya.
"Kakak!?"
Aura. Ia adalah Kakak kandung Arsyal, umurnya 14 Tahun. Aura tidak tinggal bersama Arsyal, semenjak kedua orang tua mereka meninggal, ia sekolah di luar kota bersama bibinya.
"Cuma manggil? Ga mau peluk?" Aura mengerucutkan bibirnya demi memikat adik kesayangannya itu.
"Ah.."
Arsyal berlari lalu memeluk kakaknya dengan erat. Aura terkekeh pelan sambil mengelus kepala adiknya yang sekarang tengah terisak pelan di pelukannya.
"Aku kangen kakak. Kenapa kakak tinggal sama bibi? Kenapa ga sama Arsyal?"
Arsyal masih memeluk kakaknya itu, sedangkan Aura menahan genangan air yang sudah siap terjun dari matanya.
"Kakak ga sayang sama Arsyal?"
Pertanyaan itu sukses membuat Aura menumpahkan genangan yang daritadi berusaha ia tahan.
Aura melepaskan pelukan Arsyal lalu duduk di hadapan Arsyal agar bisa menyamai tinggi badan adiknya itu.
"Kata siapa? Kakak sayang sama Arsyal. Kalo ngomong itu di jaga ah"
Aura menyentil bibir adiknya pelan lalu kedua tangannya mengusap air mata di mata Arsyal.
"Ayo sini duduk. Kakak mau tanya sesuatu"
Aura menuntun Arsyal ke kasur lalu mendudukkan adiknya itu di pinggiran kasur, sedangkan Aura jongkok di depan Arsyal."Tadi ada yang ngajak Arsyal main kan? Terus Arsyal mau?" Aura mulai menatap serius wajah adiknya itu.
"Nggak."
"Kenapa?
"Nggak mau. Mereka cuma mau uang"
"Kata siapa?"
"Kata Arsyal barusan"
"Besok kamu harus datengin mereka dan bilang iya"
"Nggak mau."
"Nggak sayang kakak?"
"Iya deh iya! Besok Arsyal bilang"
Akhirnya Arsyal memilih mengalah dari kakaknya. Aura tersenyum bangga pada dirinya sendiri karna berhasil membujuk adiknya yang keras kepala.
Aura melirik jam dinding yang menunjukan pukul 01.00 siang, lalu beralih lagi ke adiknya.
"Tidur sana, biasanya jam segini tidur kan?" Aura kembali mengusap kepala adiknya.
Arsyal mengagguk lalu merebahkan tubuhnya ke kasur, sedangkan Aura mengambil remot AC dan menekan tombol on.
"Kakak keluar dulu ya."
"Kakak sampe kapan disini?"
Aura menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya ke arah Arsyal.
"Satu minggu"
Ia tersenyum sebelum akhirnya pintu di tutup tanda Aura sudah keluar dari kamar Arsyal.
.
.
Tbc.
Tag : elftania estoufelizz
🔛Min, 15 April 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Walk Alone
Short StoryArsyal adalah anak yatim piatu, ia di asuh oleh nenek dan kakeknya yang serba berkecukupan. Tapi yang kurang adalah, anak anak sebayanya tidak ada yang mau berteman denganya, kesepian itulah yang membuat hidupnya suram. Namun semuanya berbeda saat...