Dua

21 1 0
                                    

Papan besar bertuliskan Letisha Café terpasang di sebuah tempat bertema retro. Suasananya untuk saat ini tidak terlalu ramai. Namun, biasanya café ini banyak didatangi pengunjung. Kebanyakan dari mereka adalah para remaja yang mengerjakan tugas, sekedar berkumpul menghabiskan waktu, atau hanya makan saja.

Café ini cukup nyaman. Furniture yang digunakan sebagian besar berwarna coklat hingga hitam sesuai dengan tema yang diusungnya. Sepeda lama disulap menjadi bersih kembali dan dijadikan sebagai hiasan di café ini. Selain itu, di tengah café terdapat panggung kecil lengkap dengan alat musiknya. Itulah mengapa café ini banyak dipilih remaja untuk menghabiskan waktunya.

Seperti saat ini, seorang pemuda baru saja memarkirkan motornya di halaman café. Dilihat dari penampilannya, dapat ditebak bahwa cowok itu baru saja pulang sekolah. Dia kemudian membuka helmnya, lalu berjalan masuk ke dalam café.

Triinggg

Lonceng berbunyi saat pemuda tadi membuka pintu. Harum khas kopi langsung masuk ke dalam indra penciumannya. Pemuda itu kemudian meneliti ke seluruh ruangan. Matanya bergerak ke seluruh penjuru café, mencari sesuatu.

Saat pandangannya sampai pada sebuah meja di sudut ruangan, tangannya melambai, lalu berteriak memanggil beberapa orang yang sedang duduk di meja itu.

Suara pemuda tadi sepertinya terkalahkan oleh suara music yang cukup besar. Dia kembali melambaikan tangan, lalu berjalan menuju meja itu. Setelah beberapa kali melambaikan tangan, akhirnya ada yang menyadarinya. Salah satu cowok yang duduk di meja itu balas melambaikan tangan, dia kemudian memanggil pemuda tadi, "Ar, sini."

Pemuda yang dipanggil itu kemudian berjalan lebih cepat menuju meja yang ditempati oleh para sahabatnya.

"Lama banget lo, habis darimana? Kita udah kumpul daritadi," tanya Daffa, salah satu sahabat pemuda itu.

"Paling juga habis ketemuan sama pacarnya, siapa tuh namanya, Lyra-Lyra apalah gue lupa. Kayak merk pensil sih namanya," tebak Maul menjawab pertanyaan Daffa

"Lyralin namanya," kata Daffa memberitahu nama wanita yang merupakan pacar Arvind.

Dua orang sahabatnya yang lain hanya mendengarkan dan tertawa. Bahkan, Arvind pun ikut tertawa bukan menjawab pertanyaan Daffa. Cowok itu kemudian memanggil pelayan dan memesan cappuccino frappe dan roti bakar nutella kesukaannya.

"Udah putus woy," kata Kahfi di sela-sela tawanya.

"Seriusan?" respon Maul dan Daffa secara berbarengan. Mata mereka langsung melebar dan menengok ke arah Arvind.

"Dari dua hari lalu," jawaban itu bukan dari Arvind, melainkan Bilal.

Maul dan Daffa masih kaget dengan pernyataan dari Bilal. Mereka tak habis pikir, Arvind baru saja berpacaran selama kurang lebih empat bulan dan sekarang mereka sudah putus.

Orang ganteng mah bebas. Mungkin kalimat itu yang berada di pikiran Maul dan Daffa saat ini untuk mendeskripsikan keterkejutan mereka.

"Buat gue aja deh pacar lo," kata Daffa sambil memakan nasi goreng yang tadi dipesannya.

Arvind masih tidak menjawab. Cowok itu malah meminum cappucino frappe yang tadi dia pesan.

"Mana mau tuh cewek sama lo," Maul menimpali ucapan Daffa.

"Gausah ngeributin cewek-cewek, gak guna," lerai Bilal sebelum kedua sahabatnya itu berdebat.

"..."

Daffa, Maul, Kahfi dan Arvind yang mendengar kalimat itu langsung menengok ke arah Bilal. Arvind melongo dengan wajah tanpa ekspresi. Daffa yang tadi sedang makan langsung tersedak begitu mendengar Bilal berbicara. Kahfi pun ikut tersedak saat dia sedang memakan spaghetti bolognasenya. Maul yang baru saja ingin memasukkan makanan ke dalam mulutnya sampai terhenti dan saat ini mulutnya terbuka lebar mendengar ucapan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang