Neji tidak sanggup melihatnya, dia lebih memilih duduk di luar agar tidak melihat keadaan adiknya yang sangat menyedihkan.
PAIN
.
The Feeling
_________Bahkan Naruto saja terkejut Hinata akan mempertahankan hingga sejauh ini. Naruto menyusul Neji, ikut duduk di sampingnya sambil terus memperhatikan pemuda itu.
"Kau, coba kau yang jadi Hinata... kau tidak akan kuat." Mungkin benar, bahkan akal sehat Naruto tidak bisa menemukan sebesar apa kekuatan yang ada di dalam tubuh Hinata.
"Orang tua kami meninggal karena kecelakaan, dan harusnya Hinata juga ikut pergi bersama meraka." Naruto terkejut mendengarnya.
"Dia ada pada saat kecelakaan itu terjadi, bahkan dia yang paling parah, jantung dan kedua matanya terkena bagian mobil yang hancur. Sedangkan kedua orang tuaku tertusuk di bagian perut." Bahkan Naruto sedikit ngilu mendengarnya, dan kini dia penasaran kenapa Hinata masih bertahan hidup. Dan sepertinya Hinata baik-baik saja.
"Kedua orang tuaku masih bisa selamat, tapi tidak dengan Hinata. Sampai pada akhirnya mereka meminta dokter untuk menyelamatkan Hinata. Dengan mengambil jantung ayahku dan kedua mata ibuku." Dan Naruto kini paham, kenapa Hinata selalu berusaha mewujudkan permintaan kedua orang tuanya.
"Bahkan dulu aku membencinya, karna ku kira dia adalah penyebab kedua orang tuaku meninggal. Dia tidak pernah membenciku walaupun aku selalu berkata kasar padanya." Air mata Neji kembali mengalir.
Salah satu penyesalan terbesar dalam hidup Neji adalah, karena dia pernah membenci Hinata.
"Tapi ternyata aku salah, saat dokter yang menangani kedua orang tua ku menceritakan semuanya aku baru mengerti, bahwa adikku tidak salah." Bahkan Neji tidak bisa membayangkan dirinya sendiri jika dia berada di posisi Hinata. Mungkin Neji akan membenci dunia ini.
"Dan sebelum mereka pergi, kedua orang tua ku membicarakan tentang janji mereka dengan kedua orang tuamu. Makanya, Hinata bersikeras untuk mewujudkan keinginan kedua orang tua kami." Tangan Neji terkepal kuat, rasa sakit itu, dia harus kembali membayangkan rasa sakit yabg di derita adiknya.
"Setelah Hinata sadar, aku akan berusaha supaya dia mau bercerai darimu. Dan berjanjilah, jangan mengusik hidupnya lagi." Lalu Neji pergi begitu saja meninggalkan Naruto yang masih mematung.
Apakah ini memang keinginanku?
Hidup bukan hanya tentang kebahagiaan, tapi juga tentang rasa sakit.
Naruto menjambak rambutnya sendiri, dia frustasi, semuanya begitu rumit. Bahkan dia tidak tau harus berbuat apa. Disaat kedua orang tuanya tau dan setuju bahwa lebih baik dirinya dan Hinata bercerai justru membuat Naruto semakin frustasi.
Entahlah, rasanya dia yang benar-benar salah disini. Harusnya dia bertanya dulu apa yang akan di lakukan oleh Sakura. Walaupun Naruto membenci Hinata, tapi harusnya Hinata tidak merasakan penderitaan sejauh ini.
Terlebih lagi, Hinata belum juga sadar dari komanya.
Juga Sakura, yang kini entah berada dimana, mungkin dia takut jika Hinata melaporkan perbuatannya.
Naruto jadi ingat, bagaimana senyuman Hinata setiap dia menyambut Naruto yang baru pulang dari bekerja. Hinata yang selalu menyediakannya makanan, Hinata yang selalu mengurus rumah dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN (NaruHina)
Fanfiction[END] Bahwa hidup, bukan hanya tentang kebahagiaan. Tapi juga tentang rasa sakit. ●●○○ THE CHARACTERS BELONG TO MASASHI KISHIMOTO NARUHINA RATE : T WARNING! TIDAK SESUAI EYD . TYPO . OOC