Bab 1. Sekolah baru

533 30 3
                                    


Sierra setengah berlari, menyusuri gang-gang sempit jalan tercepat menuju sekolahnya. Ia melirik jam di pergelangan tanganya menunjukan pukul sembilan lewat empat puluh lima menit.
"Fu*ck." umpatnya dalam hati.
Padahal ini hari pertamanya bersekolah di SMA Rajawali.

Sierra mempercepat kayuhan sepedanya. Ia melipir menuju tembok belakang sekolah. Gadis itu menyenderkan sepeda yang di pinjamnya dari Mang Tarjo di pohon dekat tembok pembatas sekolahnya dengan area luar sekolah.Sebuah sepeda ontel yang kondisinya sungguh sangat memprihatinkan itu.
Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak padanya hari ini. Gadis itu menelan salivanya tembok di hadapanya begitu tinggi. Tak habis akal gadis itu memilih memajat pohon mangga yang tumbuh dekat dengan tembok.

Seperti seekor monyet dengan cepat ia memanjat dan berhasil sampai dengan selamat di halaman belakang. Ada gunanya juga memakai celana PE (celana olagraga)

Gadis itu menghela nafas lega.
Ia tidak menyadari seseorang tengah memperhatikannya sedari tadi.

"Mau kemana lo?" Ujar pria berkaca mata seraya melipat tanganya di depan dada.

Sierra berbalik.

"Ke kelas." ujarnya terbata kala melihat Damian sang ketua osis.

"Enak aja,Ikut gue!"

"Tapi.."

"Gak usah banyak alesan."

Pria itu menarik tangan Sierra.
Gadis itu hanya pasrah mengikuti Damian.

"Sekarang lo bersihin ."

Sierra menghela nafas kassar, sulit di percaya  di hari pertamanya sekolah ia harus membersihkan kamar mandi sekolah.


"Jangan bengong aja, cepetan!" titah pria di depannya.

Gadis itu menyipitkan mata memberunggut seraya menyambar kain pel dengan kasar.

"Kerjain yang bener."

Sierra haris bersabar demi lancarnya penyamarannya itu.

***

Sierra baru saja selesai membersihkan, saat ini perutnya keroncongan. Dia memutuskan menyimpan tasnya dan menuju kantin.

Semua siswa laki-laki yang di lewatinya terus menatapnya.
Sedikit terusik dia memeriksa wajahnya di kaca jendela barang kali ada tisu atau sesuatu yang membuat orang-orang itu terus menatapnya.

Merasa tidak ada yang janggal ia kembali ke tujuan utamanya ya itu mengisi perut yang sudah keroncongan sejak pagi tanpa memerdulikan tatapan itu.

Sierra memesan seporsi bakso senuah makanan yang selalu di masak oleh mendiang ibunya dulu dansegelas jus jeruk pada ibu kantin.
Diapun memilih meja kosong .
Setelah menunggu cukup lama . Pesanan itu akhirnya datang. Gadis itu pun melahap bakso di depanya bak orang kelaparan yang belum makan selama seminggu.

"Minggir lo" Ujar seorang gadis yang tiba-tiba mengganggu ritual makannya.


"Lu budek?" Gue bilang minggir!"

"Minggir gak!"

"Udah Na, di situ aja masih kosong kok."ujar gadis berkacamata dengan rambut di kuncir kuda.

"Apasih Wan, ini tuh meja kita."

Seketika Sierra berdiri.
Menatap nanar cewek di depannya. Amarahnya kini membuncah meracuni akal sehatnya. Sierra mengepal tanganya hingga buku kukunya memutih.

"Ini meja kantin bukan punya Ayahmu." ucap Sierra dengan nada tinggi.
Darah Moana berdesir seketika ia menarik tangan Sierra namun yang terjadi di luar dugaan gadis itu malah memelintir tangannya.

"Aw...Sakit ..sakit ."
Seketika Moana meringis kesakitan.
Sierra dengan emosi meluap-luap meninggalkan kantin yang nampak ramai melihat kejadian langka itu.


A.n :
Hai, Welcome to my new story. Ini karya pertama gue bergenre teenfiction. Thanks dah mampir i hope you like it. Don't for get leave vomments. See yaa in nex part.

TBC

Love Me If You Dare ( On Going )  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang