The Final

4.6K 391 94
                                    

Dia biarkan angin memainkan rambutnya. Matanya tertutup. Hidungnya digunakan untuk mencium bau khas laut. Air laut terasa hangat di kulit kakinya. Suara ombak menjadi musik bagi telinganya. Baru kali ini dia merasa sangat tenang. Namun momen indahnya diganggu. Tubuhnya tegang ketika sepasang tangan menariknya tiba-tiba. Doyoung membuka matanya sebal.

"Mark! Jangan mengganggu!" omel Doyoung.

Mark tersenyum jahil. "Aku bosan. Ayo main!"

"Main sendiri sana!"

"Noona~ aku sudah berbaik hati menemanimu di sini dan kau harus memperlakukanku dengan baik juga!"

Doyoung melirik sepupunya tajam. "Kau dengan Kun saja!"

"Kun noona sedang asik berbelanja makanan laut. Jika aku bersamanya, aku bisa mati karena kelebihan protein."

Doyoung memutar matanya kesal. Kun dan makanan adalah hal yang tak bisa dipisahkan. Jika Kun mau menghentikan obsesinya terhadap makanan, mungkin kini Mark tidak akan mengganggunya.

"Baiklah. Mau kemana kita?" tanya Doyoung.

Mark terlihat berpikir sejenak. Dia melirik sekitarnya. Pantai itu lumayan ramai walaupun bukan di hari libur. Melihat itu, Doyoung tahu apa maksudnya. Mark hanya ingin ke tempat yang tenang. Dia tidak terlalu menyukai keramaian.

"Baiklah... Baiklah... kita pergi dari sini. Bagaimana jika kita ke atas sana?" usul Doyoung sambil menunjuk sebuah tebing yang dibawahnya ada kumpulan batu-batu besar yang diterjang ombak.

Mark mengidik ngeri. "Bagaimana jika kita jatuh?"

"Tidak akan! Ayo ke sana."

Doyoung menarik paksa Mark ke atas sana. Sepupunya hanya pasrah dirinya ditarik paksa ke tempat itu. Akan tetapi ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan. Setidaknya tempat itu tetap aman jika ia dan Doyoung tidak terlalu mendekati tebing.

"Sekarang kau puas, 'kan?" tanya Doyoung.

Mark mendelik. "Harusnya aku yang bertanya seperti itu."

Doyoung hanya memutar matanya. Dia mendekati tebing dan duduk di sana. Mark ingin mengikuti Doyoung tapi sebuah tepukan di bahunya membuatnya menoleh. Ternyata Kun.

"Ada apa?" tanya Mark.

"Kita harus pulang secepatnya," jawab Kun.

Mark mengernyit bingung. Tapi kebingungannya sirna setelah melihat pesan yang dikirimkan Tuan Kim.

•••••

Doyoung terpaksa kembali ke vila keluarganya setelah Mark dan Kun memaksanya untuk pulang. Padahal dia belum puas berada di sana. Vila mereka masih berada di daerah sekitar pantai sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk sampai di vila dengan berjalan kaki.

"Tuan Kim menyuruhmu untuk istirahat, Nona Doyoung," kata Kun. "Kau sudah berada di pantai dari pagi. Kulitmu sudah mulai merah."

Doyoung melirik kulit tangannya yang memang sudah mulai memerah. Akhirnya dia berhenti merajuk.

"Jangan ganggu aku sampai waktunya makan malam nanti. Aku harus mengerjakan tugas yang dikirimkan temanku," pesan Mark seraya lari ke kamarnya.

Doyoung menatap Kun memohon untuk menemaninya.

"Maaf, Nona. Tapi aku lelah. Aku ingin tidur," tolak Kun sambil tersenyum bersalah.

Doyoung mendengus. "Padahal aku baru saja membeli ular tangga untuk kita mainkan!"

"Lebih baik Nona istirahat seperti apa yang diperintahkan tuan."

Doyoung merengut. Dia masuk ke kamarnya dengan langkah dihentakkan. Kamarnya mempunyai pemandangan laut sehingga Doyoung senang berada di balkon hingga malam jika tidak diperbolehkan ke pantai.

Almost Have You  •TAEDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang