The Light

685 66 37
                                    

Kau memberitahuku seni yang sebenarnya. Bagimu, seni adalah ledakan.

Aku kembali kepada memori pertemuan pertama.

Kita terduduk di pinggir tebing yang memberikan pemandangan desa. Tangan kecilmu dengan lihai membentuk tanah liat menjadi bentuk yang indah. Aku menatapmu penuh kekaguman. Kau mengangkat patung burung kecil sambil berseru penuh semangat.

Diriku, saat itu masih belum mengerti apa yang kaumaksudkan.

Kau menunjukkannya.

Kau, dengan senyuman di wajah, mengatakan apa itu seni yang sebenarnya. Keindahan yang berlangsung dalam sekejap, seperti kembang api.

Seperti momen yang kuharap berlangsung selamanya, tetapi ternyata berakhir begitu kau pergi meninggalkan desa.

Tidak ada yang abadi. Karena seni, keindahan yang sejati, hanya berlangsung sesaat sebelum menghilang.

Aku selalu kembali, memerhatikan desa dari tempat kita menghabiskan waktu bersama. Masih sama. Namun, hanya aku yang terduduk di sana. Dahiku terhias ikat kepala yang sama, tetapi logam dengan lambang desa tak terukir garis melintang seperti yang kaupunya.

Kenangan tentang dirimu selalu hadir, terutama saat diriku berada dalam tanah bekas sebuah rumah. Rumahmu, ketika kau masih menjadi bagian dari desa. Shinobi dan seniman yang dihargai semua orang.

Cintamu kepada seni membuatmu menginginkan lebih, mengantarkanmu mencuri Kinjutsu Iwagakure, menjadikanmu seorang buronan. Pengejaran dilakukan, tetapi kau meledakkan mereka dengan apa yang sebelumnya kaudapatkan.

Kau meninggalkan desa, membuang status sebagai shinobi Iwa, dan mengubah dirimu menjadi teroris sekaligus nuke-nin.

Kau pergi, tanpa berpamitan kepadaku.

Aku kehilangan tujuan. Dirimu, yang menjadi cahayaku, melangkah begitu jauh. Melebarkan jarak dan menciptakan sekat. Membuatku terpapar oleh bayangan yang dibuatnya.

Namun, bias-bias cahayamu yang membuatku terus hidup dan melangkah maju.

Aku tetap melangkah, meski tanpa kabar darimu selain campur tanganmu sebagai seorang teroris, menunjukkan kepada mereka apa itu seni yang sebenarnya.

Hingga, kabar lain tentangmu datang.

Kau bergabung dengan organisasi bernama Akatsuki, menarikmu lebih jauh dari kehidupanku.

Namun, hari itu, saat aku berpikir bahwa setengah bagian hidupku kembali, kau malah nyaris menghancurkan bagian yang lain.

Kau kembali, bukan untuk pulang.

Kau kembali, untuk menghancurkan apa yang sebelumnya sempat akan menghancurkan dirimu.

Aku masih ingat apa yang kaulakukan terhadap desa kala itu.

Kau meledakkannya.

Aku melihatmu terbang dengan burung putih yang mirip seperti seni yang dulu kautunjukkan, tetapi itu lebih besar dan hidup. Lengkungan manis kauberikan, sebelum pergi untuk kedua kalinya.

Kau melihatku.

Namun, kau tidak mengatakan apapun.

Tidak berpamitan, sama seperti sebelumnya.

Aku tenggelam dalam emosi menyakitkan, kembali ke permukaan begitu sadar bahwa nyawaku nyaris melayang. Tubuhku terhuyung akibat getaran, pandanganku terhalang oleh kepulan asap dari ledakan yang kauciptakan. Kutatap kepergianmu bersama reruntuhan tanah kelahiran dan kepingan hatiku yang hancur bersamaan dengan menghilangnya sosokmu dari pandangan.

Ephemeral (Deidara Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang