Prolog

531 42 22
                                    

Guntur menggelegar bersamaan dengan hujan deras mengguyur di kota Seoul.

Di sebuah rumah bergaya eropa hiduplah seorang pria dewasa dengan perpawakan yang gagah dengan otot tubuh yang bisa melelahkan setiap wanita yang melihatnya.

Kim Taehyung namanya.
Dia kini tengah bergulum di atas ranjang dengan seorang pria bertubuh tinggi dan putih.
Keringat bercucuran di tubuh keduanya.

Taehyung yang berada di atas pria itu terus memaju mundurkan pinggulnya.

Desahan demi desahan terus saja keluar dari mulut mereka berdua.
Iringan air hujan yang jatuh ke bumi bagaikan alunan musik hot untuk kedua pasangan tidak normal ini.

///

"Namanya Jung Eunha. Kau tahu dia adalah tetanggaku. Kehidupan keluarganya sungguh hancur, ayah dan ibunya melakukan pekerjaan kotor untuk bertahan hidup. Bahkan anaknya sendiripun tidak di perhatikan sama sekali. Aku tidak yakin bahwa Eunha tidak memiliki keturunan sifat orangtuanya. Cih..sangat menjijikan."

Jung Eunha yang mendengarkan dia di bicarakan hanya diam. Dia baru saja pindah sekolah di akhir semester kelas dua SMU ini.
Alasannya dia pindah karena di sekolahan yang sebelumnya dia mendapatkan berbagai pembullyan dari teman-temannya.

"Perjamnya di patok harga berapa dia?" Pertanyaan salah satu temannya membuat seisi kelas tertawa terbahak.
Sekali lagi Eunha hanya bisa diam dengan kedua tangan terkepal erat.
Dia tidak menyangka di sekolah inipun dia akan mendapatkan pembullyan.

"Ya! Jung Eunha. Aku membawa beberapa lembar uang. Ayo kita melakukan hal itu." Teman laki-laki yang duduk tepat di belakangnya beranjak berdiri dan berjalan ke meja Eunha. Dengan kasar dia menarik dagu Eunha hingga  wajah gadis itu terangkat menatap langsung ke teman laki-lakinya itu.

"Wah kau menangis? Ckckck apa kau tersinggung. Huh?" Ucap laki-laki itu seraya melepaskan dagu Eunha dengan kasar.
Dia lantas berjongkok dan menyikap rok Eunha.

"Jangan!" Hanya itu yang sanggup Eunha katakan.

"Ya! Kalian berdua pengang kedua tangannya." Teriak laki-laki itu. Tak berapa lama dua teman laki-laki lainnya langsung mencekal kedua tangan Eunha.

"Jangan! Hentikan!" Isak Eunha. Dia mulai merasakan celana dalam yang menutupi daerah kewanitaannya di sikap. Dan sesuatu yang kecil dan panjang menusuk-nusuk miliknya.
Ternyata jari laki-laki itu telah menusuk berulang kali ke daerah kewanitaan Eunha.

Beberapa gadis yang melihatnya hanya bisa tertawa. Bahkan laki-laki lainnya kini mendekati Eunha untuk melihat ekspresi wajah Eunha.

Air mata meleleh tak henti-hentinya dari kedua mata Eunha. Ini bukanlah pertama kalinya Eunha di perlakukan seperti ini.

Hari pertama dia masuk sekolah di sekolahan barunya bukanlah hari yang menyenagkan.

///

Sore menjelang.
Gadis bernama Eunha itu terseok-seok dengan celana dalam basah oleh cairan klimaksnya.
Sore ini saat akan pulang dia mendapatkan pelecehan sexual dari teman laki-lakinya tadi. Untuk melampiaskan kejadian tadi pagi yang terhambat oleh gurunya yang datang.

Beruntung sore tadi Eunha tidak kehilangan keperawanannya. Teman laki-lakinya hanya menggesek-gesekan kejantanannya di permukaan kewanitaannya. Itu berlangsung hampir satu jam lamanya. Mereka melakukan di toilet pria.
Beruntung tidak ada siapapun yang melihat mereka.

Eunha terus berjalan tanpa memandang bahwa lampu tanda menyebrang belum menyala. Teriakan orang-orang tidak di hiraukannya.
Rasanya dia ingin mati saja daripada hidup seperti ini.
Hingga sebuah mobil melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi.




t.b.c

By : ichitakena
18/04/2018. 12:19

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

H O R N STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang