Musim dingin kali ini sangatlah dingin, menyentuh 2° celsius. Ditemani dengan secangkir teh manis, aku duduk terpaku di sebuah kursi yang langsung menghadap keluar apartemenku. Ku lihat beberapa orang mengunakan jaket yang tebal, jalanan terlapisi salju…
Hari ini, tepatnya 3 tahun yang lalu, adalah hari jadi diriku dengan seorang pria yang sangat ku cintai lebih dari apapun. Taetae, panggilan kesayanganku padanya. Tatapannya yang tajam serta suaranya yang berat membuatku benar – benar jatuh cinta padanya. Terlalu jatuh cinta. Sampai aku tak bisa menerima kenyataan yang ada. Kenyataan bahwa..
*kriiiingg kriiiing*
Aku sendiri kaget dengan bunyi suara alarm hp-ku sendiri. Ku amati jadwalnya, ya… aku harus menghadiri acara itu. Meski aku merasa tak bergairah melakukannya, setidaknya.. ini adalah hal terakhir yang bisa aku lakukan. Dan aku tidak ingin menyesalinya.
--
Di saat orang – orang menggunakan baju tebal untuk menghangatkan diri, aku justru tidak menggunakannya. Orang – orang menatapku aneh. Karena aku merasa, hatiku sudah membeku. Dan tak ada yang mampu menghangatkannya.
“ Boleh tunjukkan undangannya, nona? ” seorang bridesmaid menyadarkanku dari lamunan dan ku tanggapi dengan berusaha senyum.. tertulis di bagian covernya, dengan mempelai yang tidak lain dan tidak bukan adalah… sahabatku sendiri, Hanna… dan juga laki - laki yang ia cintai.
Ku amati suasana gereja yang megah ini, semua orang merasa bahagia disini, kecuali aku.
Aku tau perasaan ini udah kadaluwarsa tapi apa salahnya berharap melawan takdir?seorang gadis yang masih belum bisa menerima kenyataan bahwa laki – laki pujaannya menikah dengan orang lain. Dan itu sahabatmu sendiri. Itu hal yang wajar bukan?
Aku ingat, ketika Taetae mengajakku ke sebuah taman dekat lingkungan kampus dan menembakmu, kamu merasa sangat bahagia. Kamu juga masih ingat, ketika kamu sedang merasa down, ia selalu menyemangatimu bahkan berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu. Tapi apa kenyataannya? Melihatnya kini bersama orang lain, meninggalkan hatiku yang terasa terinjak – injak.
Ia memakai tuxedo berwarna hitam, begitu tampan. Bahkan di kondisi seperti ini pun aku masih bisa mengatakannya. Seandainya saja ia berusaha untuk menolak perjodohan itu, maka seharusnya aku lah yang seharusnya memakai gaun berwarna putih yang menawan itu, seperti yang dipakai Hanna.
Acara pernikahan akan segera dimulai, Hanna mulai menyusuri algar gereja. Namun, Taetae justru melihatku. Dan aku hanya bisa tersenyum. Lebih tepatnya, berusaha untuk tersenyum. Mereka saling bersumpah, membuat mataku ini terasa berat menahan semua bendungan air mata ini.
‘ Kini kalian sudah resmi sebagai suami istri. Silahkan cium pasangan kalian ‘
Ucapan sang pendeta benar – benar membuat hatiku hancur. Air mata pun tak bisa ku tahan lagi. Sekilas ku lihat ia menatapku, membuat diriku berada pada titik terberat di diriku. Namun entah kenapa, aku justru melihat tatapan kosong dari matanya. Seperti tak ada rasa kebahagiaan dalam dirinya. Ketika berciuman pun, aku melihat seolah hanya Hanna lah yang berinisiatif melakukannya.
Acara pun selesai. Para tamu sudah mulai memberikan selamat kepada mereka. Dengan melihatnya, aku sudah merasa cukup.
“ Kamu datang? ” terdengar suara yang sangat familiar bagiku, ia adalah Min Yoongi, atau yang lebih senang ku sapa Yoo-nie, sahabatnya sekaligus sahabatku.
“ Well.. mau tidak mau aku harus datang bukan? Aku berharap semoga mereka selalu bahagia. ” dengan nada sedikit terisak, aku mencoba menggigit bibir bawahku, menahan air mata.
“ (Y/n) … kamu tau dia mencintaimu ”
Hentikan.
“ Dia mencintaimu lebih dari apapun ”
Jangan katakan itu lagi kumohon..
“ Aku tau, aku sahabatnya. Ia pasti lebih lebih bahagia jika bersa-
“ KUMOHON HENTIKAN ”
Suaraku yang sedikit berteriak menghentikan ucapan Yoo-nie. Ia pasti tahu bagaimana perasaanku sekarang.
Karena merasa lelah, kau pun memutuskan untuk pergi keluar ke sisi gereja. Mencoba menghirup udara segar, yang orang – orang bilang, itu adalah udara dingin.
Dadaku terasa sesak, aku menangis sejadi – jadinya. Membayangankan betapa sakitnya hatimu saat ini. Melihat lelaki yang kau puja, kini hidup dengan orang lain.
Ku merasa begitu lelah, memutuskan untuk pulang. Berjalan tanpa tujuan, seolah siap diterpa petaka.
Tanpa menyadari lingkungan sekitar, kau terus berjalan dengan menekan dada yang terasa sangat sakit ini. Hingga kamu tak menyadari bahwa ada sebuah truk yang persis di sebelahmu, namun kamu hanya mampu menutup mata. Berusaha melupakan semuanya. Hingga kau merasa, seluruh tubuhmu tak ada tenaga. Hanya teriakan dari orang – orang saja yang mampu kau dengar. Kau bisa merasakan tubuhmu diangkat oleh seseorang, mendengar teriakan Yoo-nie yang terus memanggil namamu. Membuatmu sedikit merasa bahagia. Setidaknya, hingga akhir ini.. ada yang masih menyayangiku. Setelah itu, semuanya.. sunyi.
--
Di saat itu juga, hujan pun turun..
Terima kasih..
Karena sudah berusaha menghapus jejak darahku..
Menutupi tangisan sahabatku..
Serta menghapus kenanganku.. dengannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Why? [ OS ]
FanfictionKetika cinta itu nyata, terasa hambar, dan menyakitkan. Namun menyenangkan