2

9 1 1
                                    

Author pov
.

.

.

"Hallo ma.." ucap Megan saat tiba dirumah.
"Hallo sayang, kamu udah pulang? Sini makan dulu kamu pasti laper.." ucap Giselle selaku mama Megan.
Megan langsung berjalan menuju meja makan.
"Bagaimana sekolah mu tadi??" tanya Giselle.
"Baik.." ucap Megan.
"Kamu kena bully lagi??" tanya Giselle.
"Iya, cuma kena tumpahan kuah bakso aja ma.." ucap Megan.
"Apa??!! Kenapa mereka selalu begitu pada mu sayang??" tanya Giselle.
"Udahlah ma.. biarin aja..Megan akan seperti ini sampai dia kembali.." ucap Megan.

Giselle memegang tangan Megan dan berkata "Sayang..tak bisa kah kamu akhiri saja penampilan mu yang seperti ini, dia pasti akan sedih melihat mu seperti ini.." ucap Giselle memohon.
"Maaf ma, aku nggak bisa, selama nggak ada dia, nggak ada yang pernah ngelindungin aku dari dunia luar yang berbahaya, lebih baik aku di bully dari pada aku di manfaatkan oleh mereka.." ucap Megan lalu beranjak dari kursi meja makan menuju lantai 2 rumahnya.

Geselle lalu menuju sofa ruang keluarga lalu duduk dan memijit keningnya karena pusing melihat anaknya.
Ia tak tega terhadap anaknya, tapi ia tak bisa melawan tingkah anaknya, karena ia mengerti perasaan anaknya saat ini.

Tak lama ponsel Giselle yang terletak di atas meja didepan sofa berbunyi.
"Hallo??" ucap Giselle.
"Hai jeng Giselle, apa kamu masih mengingat ku?? Aku sudah kembali.." ucap orang didalam telepon tersebut.
Orang itu adalah Zara.
"Ini jeng Zara??" tanya Giselle.
"Iya..saya bertetangga dengan jeng, rumah saya tepat berada didepan rumah jeng Giselle.." ucap Zara.
"Benarkah?? Woww..Megan pasti senang mendengar ini.." ucap Giselle.
"Iya..eh teleponnya saya tutup dulu ya jeng..lagi masak soalnya..udah dulu ya jeng.." ucap Zara.
"Iya jeng nggak apa-apa.." ucap Giselle.
.

.

.

.

Megan yang tiba dikamarnya langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah keluar dari kamar mandi dan kemudian memakai pakaian. Megan sebenarnya adalah seorang gadis yang amat cantik. Bibirnya yang pink alami, hidungnya yang mancung, matanya yang kecil, dan lentik, ia mempunyai rambut hitam legam yang lurus.

Itulah rambutnya yang asli, namun karena selalu dikepang, rambutnya berubah menjadi bergelombang, namun walaupun begitu, ia tak kehilangan kecantikannya.

Sesudah Megan memakai pakain, ia menatap pantulan dirinya di cermin dan kemudian menghembuskan nafasnya pelan "Seandainya mereka tahu penampilan gue yqng asli.." ucap Megan.
Megan kemudian berjalan menuju balkon kamarnya, saat ia membuka pintu balkon ia langsung merasakan hembusan angin segar yang menerpa wajahnya.

Ia mwnatap setiap rumah-rumah yang dapat ia lihat dan kemudian matanya berhwnti saat melihat Migel yang sedang berada dibalkon juga.

Migel juga melihatnya, Megel menatap Megan denga tersenyum, yang membuat Megan herqn adalqh, kenapa Migel tak terkejut melihatnya.
Tak ingin dilihat terlalu lama, Megan pun kembali masuk kedalam kamarnya dan tak lupa menutup pintu balkon kamarnya.
.

.

.

04.45
Trrrrtttt..trrrrrtttt..
Suara getaran alarm.
"Hoamm.." ucap Megan denga mata masis tertutup.
Ia kemudian melakukan peregangan tubur sebentar dan langsung menuju kamar mandi.

Skipe time
.

.
Megan sudah siap dengan seragam yang melekat ditubuhnya.
Sekarang ia siap untuk berangkat ke sekolah.
"Pagi ma.. Pagi pa.." ucap Megan yang baru saja turun dari lantai 2 rumahnya.
"Pagi.." ucap Giselle dan Dhirga secara bersamaan.

Megan langsung menuju meja makan dan memakan roti yang sudah disiapkan oleh mamanya.
"Bi tolong suruh mang Jajang untuk siapkan mobil saya ya..hari ini saya mau ke mall untuk shopping.." ucap Giselle pada bi Imah pembantunya.
"Baik nyonya.." ucap bi Imah.
"Kalau begitu papa berangkat dulu ya.." ucap Dhirga.
"Iya hati-hati pa.." ucap Giselle.
Giselle lalu mengambilkan tas Dhirga, kemudian Dhirga mencium kening istrinya itu dan juga Megan.

"Megan, kamu berangkat sama mama aja ya.." ucap Giselle.
"Tapi ma-" ucapan Megan terpotong oleh Giselle "Sudahlah..nggak ada tapi-tapian, cepat habiskan sarapan mu setelah itu kita berangkat.." ucap Giselle.

Giselle segera menghabiskan sarapannya setelah itu mengambil tasnya, kemudian ia menuju kemobil bersama Giselle.
Giselle yang mengendarai mobilnya itu, mereka pun berangkat.

"Ma, tumben mama mau shopping, ada apa? Mama mau arisan??" ucap Megan.
Ia tahu jika mamanya mau arisan pasti akan selalu membeli pakaian baru untuk mamanya kenakan.
"Tidak sayang, nanti malam ada acara makan malam dirumah, jadi mama mau beliin baju buat kamu, papa, sama mama sendiri.." ucap Giselle.
"Memangnya siapa yang mau datang??" tanya Megan.
"Nanti juga kamu tahu sendiri.." ucap Giselle.

Skipe time
.

.

Akhirnya sampailah mereka disekolah megan.
"Nanti mama jemput ya.." ucap Giselle.
"Nggak usah ma!! aku mau jalan kaki.."  ucap Megan.
"Yasudahlah.." ucap Giselle.
Giselle sebenarnya sangat menghawatirkan putri satu-satunya itu, dia selalu mengalah pada anaknya itu, karena takut membebani pikiran anaknya itu.

Para siswa dan siswi yang melihat Megan diantar menggunakan mobil mewah langsung membulatkan mata mereka, tiba-tiba ada siswi yang menghampiri Megan "Hey!! Megan!!" ucapnya.
Megan yang dihalang mencoba untuk menhhindar, tapi tak bisa.
"Apa??" tanya Megan dengan kesal.
"Yang pake mobil itu tadi siapa??" ucap siswi itu yang bernama Raisa.
"Bukan urusan lo, minggir gue mau lewat.." ucap Megan.
"Eittt..tunggu dulu, jangan-jangan itu majikan lo ya ??" tanya Raisa.
Megan tak menjawab, ia hanya mendengus kesal.

Tak lama kemudian ada salah seorang siswi yang membawa coklat panas.
Raisa segera mengambil coklat panas itu dari tangan siswi itu, kemudian menumpahkannya diseragam Megan.
"Raisa, apa yang lo lakuin??" ucap siswi itu.
"Megan sorry, gue gak sengaja.." ucap siswi itu kemudian pergi meninggalkan mereka.
"Lo lebih cantik kayak gini.."  ucap Raisa.
Megan hanya bissa nenunduk menahan tangis.
Setelah berkata seperti itu Raisa ingin menampar Megan tapi tangannya ditahan oleh seseorang.
Dan seseorang itu adalah Migel.
Ya..Migel dari tadi memang melihat kejadian ini, tapi  ia tak menyadari bahwa yang dibully sedari tadi adalah Megan, setelah ia sadar, ia segera menghampiri Raisa dan juga Megan.
"Apa yang lo lakuin??" tanya Raisa yang mencoba melepaskan genggaman keras Migel.
"Seharusnya gue yang tanya kayak gitu, apa yang udah lo lakuin sama cewek gue??" tanya Migel.
"Cewek lo??" tanya Raisa heran serta tekejut.
"Ya dia cewek gue, gue ulangi sekali lagi dia adalah CEWEK GUE.." ucap Migel dengan memberi penekanan dibagian "cewek gue.."
Raisa menatap Megan dengan tatapan mematikan, dan tentu saja Megan melihatnya karena ia tak lagi menunuduk sejak Migel datang.





TBC
Hai ceritanya bagus nggak??😔😔
Jangan lupa VOMENT ya..❤
Bye...👋👋

SaranghaeyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang