Bab 1 Saatnya bangun dari mimpi panjang

9 0 0
                                    

Sudah 6 hari berlalu. Putri pun akhirnya terbangun dari tidur panjangnya. Dia merenggangkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan rambut kusut yang terurai, tiba-tiba dia terbelalak, seketika melihat kalender duduk yang ada di meja lampu di samping ranjangnya, melihat tanggal yang dilingkarinya sudah lewat 2 hari, segera Putri berlari menuju lantai bawah dengan hebohnya.

“Bu! Apakah Putri lulus?” tanya Putri dengan hebohnya pada ibunya yang sedang menyiapkan sarapan.

Ibu Putri berbalik mengernyitkan kening, “Putri lulus!” ucap ibunya lalu sambil tersenyum,

“Waaa..” teriak Putri memeluk erat ibunya.

Tiba-tiba raut wajah riang itu menjadi murung,“Ini nggak seperti biasanya ya bu, Putri lebih lama tidurnya kali ini,” ucapnya saat masih di pelukan ibunya.

Ibu Putri melepaskan pelukan erat anaknya, dia tersenyum menghapus kerut di dahi Putri, “Bersabarlah nak, dokter sudah katakan, kamu akan sembuh jika tidak banyak tekanan, makanya di usia kamu saat ini, ibu sangat ingin kamu nikmati duniamu sebagai siswi SMA, yang terpenting kamu tetap jaga diri.”

“Baiklah, Bu,” ucap Putri tersenyum.

Putri segera bergegas kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke sekolah. Sudah 2 hari sejak tanggal pengumuman Putri bolos dari kegiatan siswa-siswi baru di SMA Bangsa. Ibu Putri berteriak dari lantai bawah untuk menyuruh Putri keramas rambutnya yang tidak sempat di keramas oleh ibunya karena sibuk mengurus adik Putri, Bian.

“Nggak usah deh bu, pulang sekolah aja, nanti buat lama karna harus ngeringin rambut,” ucapnya sesegera berganti pakaian.

Putri berlari keluar rumah sambil mengunyah roti yang di lahapnya, dengan pakaian sekolah yang berantakan, dan rambut panjang acak-acakan, gadis itu membopong tas ransel di bahunya.

Gadis pintar dan ceria itu selalu menempah senyum manis di wajahnya, dia selalu percaya akan datang seseorang yang akan membantu untuk menyembuhkan penyakitnya, ntah pun itu kutukan yang ada pada dirinya.

Ibu Putri terduduk di lantai sambil menghapus airmatanya. Huhh aku bersyukur Putri sudah bangun, aku sempat menyerah melihatnya tidak bangun lebih dari biasanya.

Keluargaku selalu mengurusku saat aku bermimpi panjang, yang mereka tau, aku hanya menutup mataku selama berhari-hari, tetapi tidak semudah itu, selama mataku tertutup aku bermimpi, mimpi yang tak tau kenapa dan siapa yang ada di mimpi itu, tetapi selalu jadi kenyataan. Di mimpi itu aku memang lulus di SMA Bangsa, aku dicemohi siswa lain karena penampilanku apalagi rambutku yang mengembang ini, dan aku bertemu dengan seseorang, seseorang yang tidak asing di dalam mimpiku, aku percaya orang yang berada dalam mimpiku kali ini pasti akan membantuku.

Ring ding.. ring ding dong..

Suara bel istirahat, yang membubarkan semua peserta ospek di SMA Bangsa. Putri berjalan tergesa-gesa menghampiri panitia ospek tak lain adalah kakak kelasnya yang sedang berkumpul, nafasnya terengah-engah kelelahan membuat panitia terdiam menatapnya.

Mereka tertawa terbahak-bahak melihat seseorang dengan wajah merah dan rambut kembang yang berdiri di hadapan mereka. Tetap tak begitu dihiraukannya, karena itu sudah biasa terjadi padanya.

“Kak, saya Putri Ariesta.. saya ada di kelompok ospek mana ya ?” tanya Putri,

“Oh.. kamu Putri? Kamu di kelompokku..” jawab cewek tersebut,

“Sama kakak? Syukur lah.. maaf karna saya ada urusan makanya baru bisa hadir sekarang kak,” ucap Putri.

“Kepala sekolah sudah berikan ijin kok, aku Eliza.. kita ada di kelompok 6, ayo aku antarkan ke teman-temanmu,” ucap Eliza tersenyum.

The Guardian Dream: Sleeping (not) BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang