Am I Wrong : SATU

239 26 3
                                    

Selamat Membaca!

«»

Burung-burung sudah mengepakkan sayapnya untuk terbang kesana-kemari dan memulai aktivitasnya mencari makanan, terbang bersama kawanan burung lain menikmati indahnya dunia luar dengan terbang bebas, menjadi aktivitas dari seorang remaja yang tengah duduk termenung di kursi rodanya menikmati segarnya udara luar di pagi hari dengan hanya melihat melalui jendela kamarnya.

Saking asiknya ia melihat burung-burung itu terbang remaja itu tak menyadari kehadiran seseorang disana. Sebuah aktivitas rutin yang dilakukan pemuda dengan jas yang terlihat sangat cocok ditubuhnya.

"Rupanya kau disini, kukira kau belum bangun." sebuah sapaan keluar dari mulut pemuda berjas itu dan seketika remaja yang tengah duduk di kursi roda itu menoleh saat menyadari kehadiran Hyungnya disini.

"Aku memang selalu disini setiap pagi, dan Hyung tahu itu." dengan sedikit nada bercanda remaja itu melengkungkan sebuah senyuman, samar nyaris tak terlihat.

"Iya, Hyung tahu. Hyung hanya ingin mencari topik saja agar hyung bisa mengobrol denganmu," jawabnya sambil mengelus surau remaja yang tengah duduk di kursi roda itu.

"Memangnya Hyung tidak pergi ke kantor?" tanya remaja itu.

"Tidak. Hari ini hyung ingin menghabiskan waktu bersamamu, apa kau tak ingin hyung berada disini?" dengan lemah lembut pemuda dengan pakaian berjas itu berkata pada dongsaengnya.

"Bukan seperti itu, tapi apa tak apa? Aku hanya takut Appa akan memarahi hyung karena tak berangkat ke kantor." bukan tanpa alasan remaja itu berkata. Remaja itu hanya takut jika hari itu terulang kembali.

Bagaimana ia ketakutan saat sang Appa membentaknya padahal ia sama sekali tak melakukan kesalahan apapun. Remaja itu sangat ingat jelas bagaimana orang yang disebut Appa itu mengeluarkan kata-kata yang sama sekali tak pantas keluar dari mulut seorang Appa.

"Dia bukan anak kecil yang harus kau temani, dia bisa memanggil para maid untuk keperluan nya. bukannya malah menyuruhmu menemaninya disini sedangkan kau harus pergi ke kantor untuk menghadiri rapat penting."

"Kau tahu rapat itu lebih penting dari apapun termasuk adikmu yang cacat ini."

Ucapan dari Appa nya itu selalu teringat dibenaknya, bahkan bagaimana saat Appa nya berkata 'Rapat itu lebih penting dari apapun termasuk adikmu yang cacat ini' begitu jelas sang Appa mengatakan kata cacat dengan penuh penekanan.

"Kau jangan banyak protes hyung hanya ingin bersamamu saat ini, Jinyoungie." Akhirnya nama sipemeran utama itu disebut setelah sekian lama menunggu siapa nama remaja yang duduk di kursi roda itu.

Bae Jinyoung. Lebih tepatnya nama remaja itu. Dia tampan, hidung kecil nya yang bangir bibir tipisnya yang merah serta warna kulit nya yang langsat menambah kesempurnaan yang dimiliki remaja bernama Bae Jinyoung itu. Namun kembali lagi pada 'Manusia tak ada yang sempurna' begitu pula dengan Jinyoung, Ia tidak terlahir sempurna ia memiliki kecacatan dalam tubuhnya, pada kakinya. Ya, ia lumpuh bahkan sejak ia masih balita, itu karena kelalaian orang tuanya yang membuat Jinyoung seperti ini sampai beranjak dewasa lebih tepatnya saat rremaja.

Dan seharusnya hal yang dilakukan remaja berumur delapan belas tahun itu adalah menikmati masa remajanya dengan teman seusianya. Namun Jinyoung tak merasakan itu semua, ia harus terkurung didalam rumahnya lebih tepatnya dikamarnya. Jinyoung seluk disembunyikan oleh kedua orang tuanya, dari kecil ia sudah home schooling. Jinyoung tak pernah punya teman selain Kakaknya Hwang Minhyun yang menemaninya.

Jinyoung sungguh sangat ingin melihat dunia luar, ia ingin mempunyai teman dan bermain bersama temannya. Namun hal itu hanya sebuah mimpi bagi Jinyoung.

Dan Minhyun tahu dongsaengnya sangat ingin keluar dari rumah ini. Minhyun juga sangat ingin membawa jinyoung keluar dari sangkar ini--rumah. Suatu hari nanti Minhyun bertekad akan membawa Jinyoung keluar dari sini. Ia berjanji.

Hwang Minhyun adalah Kakak yang baik. Ia sangat menyayangi Adiknya, Minhyun hanya berbeda enam tahun dari Jinyoung. Dengan usianya yang cukup matang untuk memimpin sebuah perusahaan besar milik keluarga Bae. Dan oleh karena ia menjadi pemimpin perusahaan Bae ia jadi jarang miliki waktu bersama Jinyoung.

Hari ini ia memutuskan untuk memilih menemani dongsaengnya daripada harus berkutat dengan berkas itu. mengingat besok adalah keberangkatan nya ke Jepang untuk mengurus cabang perusahaan disana yang sedikit mengalami masalah.

Maka dari itu Minhyun ingin menghabiskan waktunya bersama Jinyoung hari ini. Karena nantinya pasti Minhyun akan sangat merindukan dongsaengnya selama di jepang nanti. Jinyoung sama sekali belum mengetahui bahwa Minhyun akan meninggalkan nya dalam waktu yang lumayan cukup lama sekitar satu minggu.

"Hyung. Kenapa Hyung diam saja?" tanya Jinyoung.

"Ah tidak. Jinyoungie sebenarnya Hyung ingin mengatakan sesuatu, hem.." Minhyun ragu untuk mengatakan nya sekarang, mengingat ini masih pagi dan ia tak ingin membuat suasana hati jinyoung menjadi buruk.

"Katakan saja Hyung," ucapnya.

"Sebenarnya... sebenarnya Hyung besok akan pergi ke Jepang." seketika suasana menjadi hening hanya terdengar suara kicauan burung yang terdengar.

"Tak apa Hyung pergilah. Perusahaan lebih penting daripada aku, seperti apa yang Appa bilang." air muka Jinyoung menjadi sedih saat mengatakan kalimat terakhirnya.

"Jangan seperti itu, Hyung janji... Hyung akan kembali secepatnya saat semuanya sudah beres," ujarnya meyakinkan.

Jinyoung tak menjawab, ia masih terdiam menatap langit lewat kaca jendela kamarnya. Hingga akhirnya Jinyoung mengucapkan sesuatu yang membuat Minhyun sedikit terpaku.

"Hyung... keluarlah aku ingin sendiri," ucap Jinyoung dengan pandangan yang masih belum lepas menatap langit.

"Tapi, Hyung ingin menghabiskan waktu bersamamu sebelum hyung besok pergi."

"Mianhae hyung, tapi aku ingin sendiri sekarang." Jinyoung pergi begitu saja melewati Minhyun untuk menuju tempat tidurnya. Meski dengan sedikit kesulitan Jinyoung mendorong kursi rodanya melewati Minhyun akhir ya ia bisa.

Saat Minhyun melihat adiknya yang kesulitan mendorong kursi rodanya, Minhyun ingin sekali membantu namun ia tak mau membuat Jinyoung merasa dirinya tak berguna. Dengan pasrah ia bergegas pergi keluar kamar Jinyoung dan menyisakan Jinyoung seorang diri dikamar.

Setelah melihat Minhyun keluar. Jinyoung tak mampu lagi menahan air matanya yang memaksa keluar, Jinyoung terisak dalam diam. Lagi-lagi ia harus sendirian dan merasakan kesepian seorang diri didalam sangkar burung ini.

«»

Annyeong! semoga pada suka ya sama ff yang kita buat. Jadi ini kita buat berdua dan jadilah seperti ini:) dan mohon maaf kalau gak suka.

jangan lupa vote & comment! Gomawo~

-Doubleacct

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Am I WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang