1

2.1K 8 2
                                    

Suara dentuman musik beat salah satu high club ternama di Kota New York menghentak membuat kepalaku berdenyut dibuatnya. Ditambah lagi dengan cahaya lampu yang temaram dan bau minuman beralkohol membuatku rasanya ingin muntah seketika. Para wanita seksi pemuas napsu lelaki berhidung belang juga sudah bergoyang seirama dengan musik yang menggambarkan kehidupan malam Amerika yang bebas.

Aku berjalan sedikit tergesa memasuki club ini lengkap dengan hoddie hitam, topi dan juga masker yang menutupi sebagian wajahku. Kalau saja aku tidak mempunyai kepentingan dengan salah satu wanita yang bekerja disini, mana mau aku repot-repot datang kesalah satu tempat yang paling aku hindari.

Aku memutar bola mata sekedar mencari keberadaan orang yang aku cari, dan tersenyum tipis saat menemukannya sedang duduk berdua dengan pria dewasa yang masih lengkap dengan setelan jas kerjanya disofa pojok ruangan.

Aku menarik napas panjang dan berjalan mendekat. Mengabaikan tatapan orang-orang yang mungkin menganggapku aneh. Dengan segera, aku menarik tangan wanita bergaun seksi itu dan menjauhkannya dari tempat berhawa panas tersebut.

" Kau siapa?! Lepaskan aku!!" Kata Laura memberontak.

Aku memutar bola mata malas dan menghentikan langkah sejenak, lantas menoleh kearahnya dan membuka maskerku, " Ini aku."

Laura membulatkan bola matanya sempurna, " Michelle?"

" Ya. Aku kemari hanya ingin memberitahu bahwa sejak lima jam yang lalu Jack terus saja mengetuk pintu apartement dan memanggil namamu tanpa henti. Kau tau jika aku sangat takut padanya bukan? Jadi pulanglah, kau harus menanganinya." Ungkapku cepat.

Laura sedikit tertawa dan menganggukkan kepalanya, " Baiklah, aku akan pulang bersamamu. Kau tunggu saja di parkiran, aku akan masuk dan mengambil tas terlebih dahulu."

" Cepatlah. Aku sudah sangat lelah dan ingin cepat-cepat beristirahat." Kataku ringan.

Laura mengangkat ibu jarinya dan segera berjalan memasuki gedung diskotik. Sedangkan aku membalikkan tubuh menuju parkiran tempat dimana mobil merk maybach exelero milikku berada.

Sekitar satu jam kemudian, kami berjalan bersisian menyusuri lobby apartement dan menaiki lift menuju kelantai sepuluh.

Ting!

Aku langsung menyembunyikan tubuh dibelakang Laura saat melihat sosok pria menakutkan itu masih setia mengetuk pintu apartement kami yang terkunci.

Laura menyibak rambutnya dan berjalan tenang mendekat kearah Jack, " Ada apa lagi kau kemari?"

Sontak Jack langsung membalikkan tubuhnya dan merengkuh tubuh ramping Laura kedalam pelukannya, " Aku merindukanmu, sayang. Kau darimana saja, hm? Kau tau, seharian aku berdiri disini menunggumu."

Laura hanya tersenyum tipis dan melepaskan pelukan Jack dengan sensual. Aku memutar bola mata malas dan melipat kedua tangan didepan dada melihat adegan membosankan ini, " Apa yang kau inginkan?"

" Kau. Aku membutuhkanmu sekarang." Jawabnya.

Laura menolehkan kepalanya kearahku, " Sepertinya malam ini aku tidak akan pulang, Chel."

Aku mengedikkan bahu tak peduli dan berjalan masuk kedalam apartement santai, " Terserah kau saja."

" Baiklah kalau begitu, aku pergi ya," Pamit Laura dan berjalan masuk kedalam lift bersama dengan Jack yang memeluk pinggangya posesif.

Aku menutup pintu dan menghembuskan napas panjang, lantas masuk kedalam kamar tanpa lupa mengunci pintunya. Aroma vanilla yang menenangkan langsung menyeruak masuk kedalam indera penciumanku. Aku merabahkan tubuh diatas tempat tidur dan menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong.

Sekali lagi, aku menghela napas panjang dan bangkit dari tempat tidur, " Lebih baik aku mandi dan segera pergi tidur. Rasanya badanku sudah remuk karena bekerja seharian." pikirku.

•••••

Pukul tujuh pagi aku sudah duduk dibalik meja kerjaku dengan tangan yang cekatan menari diatas keyboard. Pandanganku fokus menatap layar laptop guna menyelesaikan laporan keuangan yang harus dikumpulkan sebelum jam makan siang.

Aku meninggalkan apartement setelah Laura pulang dengan wajah yang nampak murung tidak seperti biasanya. Bukankah seharusnya dia bahagia karena bisa menghabiskan malam yang panjang bersama dengan pria menyeramkan itu? Apa Jack sudah kehilagan keperkasaannya sehingga membuat Laura belum cukup 'puas' bermain?

Aku menggelegkan kepala karena memikirkan hal absurd seperti itu. Dilihat dari raut wajahnya aku yakin ada yang tidak beres. Sayang aku belum sempat menanyakan hal tersebut karena harus buru-buru pergi kekantor. Mungkin setelah pulang kerja nanti aku bisa menanyakannya kepada Laura.

Drrtt...
Laura is calling...

Aku mengerutkan kening heran dan segera meraih benda pipih berlogo apple itu. Lantas menggeser tombol berwarna hijau dan menempelkannya pada telinga, " Ya?"

" Michelle kita harus bicara. Apa kau punya waktu?" Tanya Laura diseberang telepon.

Aku semakin mengerutkan kening heran dan menarik napas sejenak, " Apa ini tentang Jack?"

" Bukan." Sergah Laura cepat, " Ini tentang Kevin."

Aku membulatkan kedua bola mata sempurna, " Apa maksudmu?!"

" Aku bertemu dengannya semalam di hotel." Jawabnya lirih.

Serasa dihantam puluhan ton besi panas, aku menjatuhkan ponsel diatas meja tanpa memutus sambungan dengan Laura. Air mata yang menggenang dipelupuk mata membuat pandanganku mengabur.

Bersamaan dengan itu, aku mendengar rintik hujan mulai turun membasahi bumi. Merasa ikut simpati dengan apa yang sedang aku rasakan saat ini.

" Chel, apa kau masih disana?" Tanya Laura membuyarkan lamunanku.

Aku masih diam. Merasakan setiap detik dimana hatiku kembali terpecah belah untuk yang kedua kalinya. Bahkan luka terdahulu belum sepenuhnya mengering, tapi sekarang, sudah hadir luka baru yang membuatku ingin langsung hilang saat ini juga.

Bayangan masa lalu dimana dengan kasarnya dia mencampakanku kembali terbayang. Saat-saat dimana kepercayaanku yang sudah dibangun bertahun-tahun mampu dipatahkan hanya dalam hitungan detik.

Napasku terasa sesak mengingat bagaimana pria itu berjalan melenggang setelah meninggalkan bekas trauma mendalam yang hampir saja merenggut nyawaku.

Tanpa sadar air mataku sudah lolos membasahi kedua pipiku dengan sombongnya. Aku menutup wajah dengan kedua tangan, merasa malu dengan diri sendiri yang sudah terlalu rapuh.

" Kenapa kau harus kembali?!" gumamku pelan.

•••••

Hai semua...
Ini cerita pertamaku, semoga kalian semua suka ya.. 😅
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya. 😅👌

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOT HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang