PROLOG

59 5 2
                                    



Rintik hujan masih berjatuhan diatas kolong kota yang temaram. Menetes pada tiap kenangan yang karam di setiap sudut pandangan yang buram. Membuat basah setiap lembar peristiwa yang semakin memudar. Mendatangkan angin yang berhembus meniup debu pesakitan di setiap jiwa yang terdiam. Membukakan mata setiap insan yang mulai berderai air hujan.

Gadis itu masih setia dengan angannya. Tetap berdiam diri meski hujan telah meluruhkan sedikit demi sedikit kenangan yang ia miliki. Membiarkan air matanya menyatu dengan hujan. Seakan mematung dan mati, ia tak menghiraukan segala sesuatu di sekelilingnya. Hingga rintik hujantak lagi membasahi tanah bencah itu. Ia perlahan membuka matanya dan memperlihatkan dunianya yang sedikit kosong. Tidak ada yang ia lakukan selain hanya duduk dan memfokuskan pandangannya pada setiap lembar buku yang ia pegang, hingga seorang gadis berambut ikal menghamipiri dan duduk di sampingnya.

"Aku jadi teringat dulu."

"Sayang, masa laluku tidak untuk diingat."

"Sekolah ini yang mempertemukan kita semua"

"Oh bukan, tepatnya kau dan dia"

"Aku tidak membicarakan tentang itu."

"Ya mau bagaimana lagi, aku memang tidak pernah mengerti apa yang kau bicarakan."

"Dan seharusnya kau tidak datang ke sini."

"Sepertinya itu berlaku untuk semuanya. Bukan cuma aku. Lihat saja orang-roang di sanna, bertingkah seperti idiot."

"Sadarlah, dulu pun kau begitu."

"Kau pun juga."

"Sudahlah, lupakan masa lalu."

"Lihatlah, kau yang memulainya, bodoh!"

"Jangan panggil aku bodoh. Cukup mereka saja yang kau panggil bodoh."

"Mereka siapa?"

"Oh ya, kita tidak boleh mengingat masa lalu ya?"

"Siapa yang mengatakan tidak boleh?"

"Kau!"

"Aku tidak pernah."

"Terserah. Sekarang kita mau kemana?"

"Memangnya mau kemana? Duduk saja di sini."

"Oh, ayolah. Aku masih waras."

"Memangnya duduk di halaman belakang sekolah sudah dianggap tindakan gila ya? Aku baru tahu."

"Bukan begitu maksudku. Ingatlah kau dulu pernah pingsan di sini karena hantu-hantu itu, bodoh!"

"Kenapa kau memanggilku bodoh?"

"Tentang masa lalu lagi yah. Dan aku tidak pernah mengatakan kalau aku mengizinkanmu mengataiku bodoh."

"Bodoh! Dunia ini bukan milikmu, sadarlah."

"Iya, termasuk dia."

"Sekarang apa yang kau bicarakan?"



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SOPA PASS ( Ninety-six C)Where stories live. Discover now