#Part 1

16 6 1
                                    

Jam masih menunjukkan pukul 06.00 pagi, masih tersisa empat puluh lima menit sebelum Deeva berangkat sekolah. Biasanya ia akan bangun pukul 06.30 dan berangkat bersama Adnan pukul 07.00 sehingga menyisahkan lima belas menit sebelum aktivitas pembelajaran di sekolah dimulai.

Namun tadi malam otak nakal Deeva mulai bekerja, sekarang ia sedang mengendap-endap ke sebuah kamar di samping kamarnya, ia melihat jam tangan yang sudah melingkar di tangannya, pastinya ia sudah berpakaian rapih agar misinya berhasil.

"Papa, mama, dan kak Rafiq sudah di bawah, sedangkan kerbau ini masih tertidur pulas di kamarnya, dasar males, Kerjain ah", Deeva tersenyum nakal di depan pintu berwarna coklat legam itu.

"KAK, KAK ADNAN, CEPET BANGUN UDAH SIANG!", teriak Deeva menghebohkan suasana.

"IIH CEPETAN BANGUN!"

"Apa sih orang masih pagi geh", jawab Adnan dari dalam kamar.

Deeva pikir misinya akan gagal, namun ia tetap berusaha.

"Ih orang udah jam 07.00 gehh! Cepetan bangun!! Nanti Deeva terlambat!"

"Hah! Jam 07.00 serius?", Adnan melonjak kaget dan langsung lompat dari tempat tidurnya, tidak lama kemudian terdengar suara orang yang buru-buru mandi dari dalam sana.

"Hah dasar bodoh, gampang banget dikerjain, semoga dia nggak liat jam deh, fighting my brother!", tawa nakal dan puas Deeva terdengar kecil,ia segera turun ke bawah untuk berbincang dengan keluarganya.

***

Lima menit kemudian Adnan sudah siap dan turun ke bawah sambil mengancing kancing bajunya dengan buru-buru, membuat sang pembuat onar tersenyum bahagia.

"Lah bangunnya cepet banget kak, emangnya ada acara apa sih?", ledek Deeva.

"Udah jam 07.00 sebentar lagi gerbang sekolah mau ditutup malah santai-santai, belum pakai sepatu pula", beo Adnan.

"Jam 07.00? Ini masih jam 06.00 sayang!", koreksi Erika, mama Deeva.

"Tapi kata Deeva-", ucapan Adnan terhenti ketika melirik Deeva yang tengah mengedipkan sebelah matanya dan menjulurkan lidahnya. Sayangnya aksi ledek Deeva tertangkap basah oleh Rafiq.

"Oh jadi kancil ini yang ngerjain?", pergok Rafiq.

"Lagian belum bangun juga sih, kayak kerbau!"

"Adeeva!", lerai Arif, papa Deeva, ia tahu jika perdebatan ini dilanjutkan maka sampai siang tidak akan berhenti.

Karena Arif memanggil namanya secara lengkap mau tak mau ia harus berhenti. Sedangkan Adnan yang jika sudah kesal ia akan langsung pergi keluar.

"Nah kak Adnan mau kemana? Ya udah deh Deeva minta maaf!", senyum Deeva memohon.

"Mau berangkat, kan anak RAJIN", jawab Adnan dengan menekankan kata 'rajin'.

"Sekarang? Terus Deeva kayak mana? Masa ditinggal? Jahat!", beo Deeva.

"Bodo, pikir aja sendiri!"

"KAK ADNAN...", teriak Deeva sambil berlari keluar rumah, namun usahanya gagal. Akhirnya ia kembali masuk dengan wajah yang ditekuk.

"Tuh kan makanya jangan jail!", papa menasehati sambil meledeknya.

"Jadi Deeva mau naik apa? Mama anter ya?", tawar mama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEEVARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang