5

325 53 66
                                    

Heejin menepis tangan seungmin sebelum ia bereaksi pada kata-katanya tadi. Heejin berdiri dan berlari dengan sisa tenaga yang ia punya.

Beberapa adik kelas dan anak kelas 12 yang melihatnya memekik dan menawari Heejin bantuan dan selalu ia tolak dengan alasan dia baik-baik saja.


Yang ia butuhkan hanya waktu sendiri.


Pada akhirnya kaknya berhenti berlari di halte bus dekat sma tetangganya.

"Kak? Kakak kenapa?" Heejin membuka matanya dan melihat Seseorang bermata sipit dengan seragam yang dia yakin milik sekolah tetangganya.

"Kak?" Tanyanya lagi memastikan.

"Eh? Ga-gapapa kok--ADUH." Heejin meringis ketika anak imut didepannya ini memegang dan menekan tangannya yang patah.

"Yaampun kak, ini mah udah patah begini masih bilang gapapa? Ayo ke Rumah sakit." Pekiknya panik sampai beberapa siswa yang ada disana melihat ke arah Heejin dan anak-sekolah-tetangga-yang-bermata-sipit-imut-dan-lucu.

Tanpa basa basi anak itu menarik tangan Heejin dan memberhentikan taksi.

Entah bagaimana, kini Heejin telah didepan apotik rumah sakit untuk menebus obatnya. Tangannya yang tadinya hanya di perban sekarang telah bertambah arm sling untuk menyangga tangannya yang patah.

Heejin menatap dompetnya lalu menggigit bibirnya. Uang bulanan yang kemarin di transfer ayahnya telah ludes setengahnya oleh ibunya sendiri. Alasan Heejin malas menetap dirumah. Yang ibunya pikirkan hanyalah uang, uang, dan uang.

Heejin menolehkan kepalanya kebelakang. Anak imut yang membawanya kesini tadi berdiri bersandar ke tiang sambil bermain ponsel.

"Kalau kabur ketauan gak ya." Gumam Heejin pelan.

"Ngomong apaan kak?" Heejin tersentak kaget karena seseorang menepuk pundaknya.

"Kok bengong? Bentar lagi dipanggil kan? Ayok kita kesitu." Lagi-lagi tangannya ditarik oleh anak ini.

"Kita pulang aja ya? Lagipula Gua gaada duit buat bayar."

Anak itu membulatkan mulutnya sebentar lalu melepaskan tangan Heejin dan berjalan ke arah apotik dan menyerahkan plastik ke tangan Heejin.

"Udah aku bayarin kak." Katanya lagi sambil tersenyum lebar sampai matanya hilang.

Mereka berdua berjalan keluar Rumah sakit dan berhenti di sebuah taman untuk beristirahat sebenyar.

"Makasih banyak ya um-eh--"

"Yedam, Nama aku Bang Yedam kak." Selanya sambil tersenyum lebar.

"Eh, iya Yedam. Gatau deh kalo gaada kamu gimana. Btw nama Gua Hee-"

"Jeon Heejin kan? Udah tau." Potong Yedam sekali lagi sambil menjilat eskrim.

"Kok?"

"Itu ada di name tag kak."

"Oh iya hehe," Heejin tertawa canggung lalu menyadari ia masih menggunakan seragam penuh darahnya.

"Um Yedam, Gua mesti cepet-cepet pulang, baju gua jo— eh makasih."
Tanpa diduga Yedam memyampirkan jaketnya ke pundaknya.

Yedam benar-benar cowok peka.

Tidak. Sangat peka.

Tidak seperti Seungmin yang sama sekali tidak— ah sudahlah.

✦✦✦

"

Yedam, makasih banyak ya gua ngerepotin banget."

Yedam menggeleng pelan.

"Gak ngerepotin kok kak, aku juga seneng kok bantuin kakak." Jawabnya masih dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

"Btw, kok lu manggil gua kakak sih daritadi? Gua keliatan tua banget ya emangnya?"

Yedam mengerenyitkan dahinya.

"Aku kan 2 tahun lebih muda dari kakak."

"O-oh gitu ya? Tapi kok kamu pake seragam SMA?"

"Kakak lupa ya? Aku aksel. Lagipula kan aku udah sering ceritain di surat."

"Surat?" Kini gantian Heejin mengerutkan alisnya.

Yedam mengangguk.

"Iya, yang aku taruh di loker kakak."

"Eh maaf ya Yedam, Gua udah dipanggil sama Mama di dalem. Kamu duluan aja, hati-hati ya makasih bantuannya. Kapan kapan Gua traktir okay."


Heejin buru-buru masuk ke rumahnya.

Dipanggil mama? Boro-boro dipanggil, dianggap anak aja enggak.

"Dari mana aja kamu?"

Heejin tersentak kaget melihat ibunya berdiri didepannya sambil menyilangkan tangan.

Heejin hanya memutar matanya malas.

"Peduli apa kamu?"

"Saya ibu kamu."

"Oh? Udah nyadar punya anak?" Balas Heejin sengit.

"Anak kurang ajar, saya tanya dari mana aja kamu? Udah puas main sama cowok?"

Kini Heejin menatap mata ibunya dengan tajam.

"Maaf, saya gak kayak kamu yang rela jual badan ke laki-laki." Balasnya sarkas.


Plak!!


Satu tamparan mendarat di wajah mulus Heejin.

"ANAK GAK TAU DIUNTUNG, UDAH DI RAWAT GA ADA RASA TERIMAKASIH SAMA SEKALI? TAU GITU DARIDULU SAYA BUANG KAMU KE AYAHMU KURANG AJAR ITU."

Heejin mati-matian menahan rasa sakit dan air matanya.

"Rawat? Gak salah? Kenapa gak dari dulu aja kamu buang saya? Saya juga muak tinggal satu atap sama jalang kayak kamu."

Heejin berlari kekamarnya sebelum ibunya mengambir vas bunga lagi dan melemparnya ke arah Heejin seperti kemarin.

Heejin meraih ponselnya dengan tangan gemetar.

"Halo som? Kamu pulang ke kosan abang aja ya? Nanti kakak nyusul ke sana."

"Seperti biasa, dia meledak lagi. Nanti biar kakak beresin barang kamu. Kita pindah aja."
























✦✦✦




Yo ssup. Pa kabs?

Hehe, kayaknya ini ff bakal penuh drama kedepannya jangan muak ia.

Ayo ayo kalian tim seungmin atau yedam?

Vommentnya jangan lupa ya kaka kaka.
Komen aja, aku ga ngamuk.

Karena komenan dari kalian yang bikin aku semangat apdet heuheu

Yodah gitu aja bhay.

Pas de deux ; SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang