"Jadi menurut lu dia mau maafin lu gitu aja? Itu engga mungkin Li!" ujar Iqbaal perlahan kepada Ali. "Kalo lu udah tau tujuan dia begini, kenapa lu masih deket sama dia? Emang lu engga pernah mikirin perasaannya Salsha?" tanya Ali. Iqbaal hanya diam tertunduk lemas, "Ha! Awalnya dia cuma bilang kalau dia cuma mau minta tolong sama gua, karena dia udah engga punya siapa-siapa lagi. Dia bilang, dia udah engga punya orang tua, saudara, keluarga, dia engga punya rumah buat tempat bernaung, dia engga punya duit buat nyewa rumah, dia udah engga punya apa-apa lagi. Intinya dia kehilangan semuanya, semenjak kejadian sama lu itu, Li" Iqbaal menarik nafas panjang, Ali menatap Iqbaal tak percaya. "Dan bodohnya gua yaitu, gua engga pernah tau tujuan utama dia, sampai akhirnya Salsha mulai terima teroran yang mengancam Salsha, teroran yang menyuruh Salsha ninggalin gua, dan teroran yang berisikan kalo gua selingkuh. Dan entah kenapa gua bukannya langsung sadar kalo ini semua kerjaannya Chelsea. Gua malah mikir kalo ini kerjaan orang iseng doang. Sampai suatu hari, Salsha terima kiriman yang berisikan foto gua bareng sama Chelsea, gua gak tau siapa yang ngirim itu. Semenjak itu Salsha mulai penuh kecurigaan tentang hubungan antara gua dan Chelsea" jelas Iqbaal pada Ali.
"Jadi, sebenernya lu selingkuh sama Chelsea?" tanya Ali yang mulai tertarik pada cerita Iqbaal. "Gua engga tau ini tergolong selingkuh atau bukan, tapi gua rasa iya" jawab Iqbaal dengan tatapan kosong kedepan. "Apa?" hanya itu kata yang terucap dari bibir Ali. "Menurut lu gimaana? Gua udah sering jalan bareng dia, gua udah sering makan bareng dia, gua udah kasih dia duit buat biayain kehidupan dia, gua udah beliin dia mobil karena dia engga punya transportasi untuk pergi, dan bodohnya gua lagi, gua beliin dia rumah buat di tinggal. Karena gua engga mau Salsha merasa terganggu kalo ada orang lain dirumah, mengingat di juga lagi hamil muda" jelas Iqbaal yang juga bingung kenapa dia melakukan semua ini dengan mudah.
"Karena gua udah mulai gerah dan gak mau ngeliat Salsha sedih lagi, gua mulai nyuruh orang buat nyari tau ini semua. Dan disaat itu juga gua baru tau kalo ini semua karena Chelsea" ujar Iqbaal pada Ali. Sementara itu Ali hanya diam tak tahu harus berbuat apa. Semuanya terjadi karena dirinya. Karena kesalahannya dimasa lalu. Karena kebodohannya dimasa lalu. Dan yang menerima dampaknya, Salsha, adiknya. Seharusnya ia sebagai seorang kakak yang melindungi adiknya, tapi kenyataannya? Dia malah membuat Salsha dalam bahaya, bahkan sekarang Salsha sedang mengandung keponakkannya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? "Iqbaal" terdengar suara seorang pria dari luar sana. Iqbaal dan Ali menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Ali?" ujar pria itu ketika melihat Ali duduk tepat di sebelah Iqbaal. "Oh. Hei Karel" ujar Ali pada pria itu. "Kapan balik dari Amerika lu?' tanya pria dipanggil Karel itu sambil berjalan ke sofa dan langsung duduk di sofa paling besar di depan Iqbaal dan Ali. "Gua baru nyampe tadi sore" jawab Ali singkat. "Lu cuma sendirian Rel? Aldi mana?" tanya Iqbaal pada Karel. "Aldi lagi di luar sama Salsha, katanya Salsha dia takut ketemu sama lu, Li" jawab Karel sambil menatap Ali dengan malas. "Kenapa lu liat gua begitu?" tanya Ali bingung dengan tatapan Karel. "Kenapa? Emang salah kalo gua ngeliat lu sinis? Emang salah kalo gua juga ikut kecewa karena sikap lu dulu?" tanya Karel yang sangat kecewa jika mengingat semua sikap Ali pada masa lalu.
Sementara itu, Ali hanya diam tak berkutip. "Jadi gimana? Lu udah ngomong sama Salsha?" tanya Iqbaal yang berusaha mengalihkan pembicaraan. Karel manatap Iqbaal, "Gua sama Aldi sepakat engga akan cerita ke Salsha, karena kita berdua mau lu berdua yang bakal cerita semuanya ke Salsha. Gua sama Aldi cukup membatu dengan cara mencari tahu siapa penyebab masalahnya. Gua sebenernya pengen Ali yang cerita semuanya, karena ini berhubungan banget sama masa lalu dia, tapi lu juga salah disini Baal, karena lu juga terlalu ngemanjain Chelsea" jelas Karel layaknya seorang ayah kepada Iqbaal dan Ali.
Iqbaal hanya diam tak berkutip, ia menatap Ali yang tampak menudukkan kepalanya dengan penuh penyesalan, "Mau gimana pun juga Li, apapun yang terjadi Li, semua hal yang lu sembunyiin dari kita, akan terungkap dengan sendirinya. Kita bertiga cuma engga nyangka aja sama sifat lu yang satu ini Li" ujar Iqbaal dengan perlahan. "Lu, gua, Karel, Aldi. Kita berempat udah sahabatan dari kecil, kita udah kenal sifat satu sama lain, kita tau lu itu orang yang baik, ini juga di luar dugaan semua orang. Jadi, lu tenang aja, kita engga akan ninggalin lu. Bener kata Karel, ini bukan salah lu doang, ini juga salah gua. Kita juga udah kenal Salsha dari kecil, jadi kita juga udah tau sifat Salsha. Dia wanita yang kuat, pasti dia bisa ngerti kalo kita jelasin semuanya baik-baik ke dia" jelas Iqbaal yang berusaha memperbaiki suasana mood Ali. Setelah mendengar ucapan Iqbaal, entah mengapa Ali terlihat mulai menarik ujung bibirnya dan membuat senyuman kecil di wajahnya."Salah Kak Ali? Apa maksudnya? Kenapa Kak Ali jadi ikut salah?" terdengar suara seorang wanita yang tak asing bagi mereka bertiga, Salsha. Mereka menolehkan kepala mereka kebelakang dan benar saja, itu Salsha.

KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE
General Fiction"Hidup ini tidak adil! Jadi biasakanlah dirimu!!" -Patrick Star (Spongebob Squarepants) TIDAK! HIDUP INI SANGAT ADIL! Apa yang kau tabur, itulah yang engkau tuai di kemudian hari. Tapi, aku tidak melakukan kesalahan apapun? Mengapa aku harus mengala...