The Library

541 50 50
                                    

Namaku Cara di Radcliffe. Aku tinggal di salah satu kota kecil di London, kota Lacock, Wiltshire, South west England. Suasananya sangat asri, bahkan lebih terasa unsur pedesaannya daripada kotanya. Masih banyak pemandangan sawah ladang, perkebunan juga peternakan di daerahku, bukan gedung-gedung tinggi seperti di kota. Aku betah tinggal disini, karena udaranya sangat sejuk dan alami, sangat klasik dan tidak berisik.

Aku seorang siswa di salah satu sekolah di London, sebut saja St. Mary's School di kota yang sama dengan tempat tinggalku. Hobby ku membaca, sangat suka membaca. Hampir semuanya aku baca walau lebih suka yang berbau sastra. Aku punya mimpi untuk menjadi penulis besar seperti penulis-penulis yang selama ini memberiku inspirasi. Dan semoga saja aku bisa mewujudkan mimpi ku itu suatu hari nanti. Umurku sekarang 17 tahun, artinya aku hampir menyelesaikan sekolahku dan akan melanjutkan ke Harvard University setelah ini, dengan jurusan sastra Inggris.

Aku juga suka ke perpus, pastilah. Tetapi bukan perpus sekolahku, aku lebih suka ke perpustakaan di pusat kota. Selain bukunya lebih lengkap, tempatnya juga lebih luas dan lebih klasik. Karena aku juga suka hal-hal yang berbau klasik, vintage lover gitu lah.

Setiap hari setiap pulang sekolah aku pasti mampir ke perpustakaan kota yang letaknya tak jauh dari sekolah, sebut saja Wilton Library. Hanya sekedar menghabiskan waktu dan menikmati bacaan yang selalu saja bisa menghiburku entah disuasana apapun itu. Berteman sepeda onthel yang aku punya, aku kesana dengan perasaan senang gembira.

Kelasku sudah selesai. Aku pun bergegas ke tempat favorit yang aku sebutkan tadi. Aku memang tidak punya banyak teman. Bukan tak ingin berteman, hanya saja aku memang terlalu pendiam dan lebih suka ketenangan, seperti itulah kira-kira.

Aku sudah sampai dan langsung memarkirkan sepedaku ke tempatnya. Seperti biasa juga, perpustakaan selalu saja sepi. Sepeda yang terparkir masih hanya milikku dan kakak penjaga perpus. Aku tersenyum, lalu berjalan dengan bersemangat menuju pintu.

Ckittt

Pintu perpus kubuka dan berbunyi menciut lusuh. Ya maklum saja perpus ini bangunanya terbuat dari kayu, entah kayu apa namanya, yang jelas kayunya kuat karena yang aku tau perpus ini sudah cukup tua tapi lihat saja bangunanya masih tampak sangat kokoh. Ini juga yang membuat aku betah berjam-jam disini. Interiornya sangat klasik bahkan terkesan begitu alami, memberikan kenyamanan lebih ketika menghabiskan bacaan diruangan ini.

"Good day, Kakak..," sapaku ramah pada kak Ovi, si penjaga perpus.

"Er, Good day, too, Cara. How was your day?" tanyanya tak kalah ramah sambil tersenyum renyah.

"Pretty well, Kak.." balasku dengan senyum juga. "No one as always?" tanyaku lagi setelah melihat ke arah kursi-kursi kosong di perpus.

"Yups, as always. Bukannya kamu lebih suka sendirian kan?" timpalnya cepat. Dan aku langsung mengangguk.

"Ya sudah, aku kesitu dulu ya kak.." aku menunjuk satu meja, tempat favoritku juga.

"Yep.. Go ahead. Enjoy reading ya," balasnya dengan mengangkat jari jempolnya. Kami saling melempar senyum sedetik baru kemudian aku berlalu.

Jadi perpus ini juga sedikit berbeda dengan perpus lainnya kurasa. Karena suasananya lebih seperti cafe, ada banyak meja bundar dengan dua kursi untuk masing-masing meja. Boleh dibilang cafe buku kali ya, karena cafe sungguhan kan menyediakan coffee, nah kalo ini menyediakan buku, banyak lagi, tinggal pilih saja mau baca yang mana.

Setelah menaruh tas, aku mulai berjalan menuju rak-rak yang menampakkan deretan novel sastra. Kali ini aku ingin membaca "A Room with a View" by EM. Forster, 1908. Setelah mendapatkan apa yang aku cari, aku kembali ke meja.

The Library Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang