“Sayang mumpung aku cuti kita liburan yuk, “ ajak Fadil ketika dia dan Lani sedang mengawasi Hanum bermain di depan rumah.
“Mau liburan kemana?” tanya Lani yang segera mengaihkan pandangannya menatap suami tercintanya.
“Terserah kamu mau kemana, yang penting kamu suka,” jawab Fadil sembari tersenyum.
“Beneran Yang?” Lani bersemangat, “aku mau ke Pulau Alor. Disana pantainya keren.”
“Yang bener aja dong Yang? Uang kita mana cukup buat liburan ke sana?” Fadil terkejut dengan jawaban istrinya.
“Tadi katanya terserah aku, sekarang malah bilang gitu! Niat ngajak liburan nggak sih? Lagian soal biaya nggak usah khawatir, aku masih punya tabungan kok!” Lani sedikit kesal dengan reaksi suaminya.
“Bukan begitu Sayang, maksudku kan kita masih harus nabung. Kita kan harus membayar cicilan rumah kita, rencananya sepulang tugas aku mau lunasin rumah.”
“Hmmmmmm ya udah deh terserah kamu aja, kemana aja boleh yang penting transportasinya gampang biar Hanum nyaman.”
“Ke Puncak aja gimana? Kan deket tuh, uang yang buat transport kita pakai buat sewa penginapan, jadi kita bisa menginap 4-5 hari di sana. Gimana Yang?” Fadil meremas lembut tangan istrinya.
“Ok deh, mau berangkat kapan?”
“Besok pagi ya, sekarang aku mau ajak kalian jalan-jalan.”
“Ya udah , aku siap-siap dulu,” Lani meninggalkan suaminya seorang diri.
Fadil mendekati Hanum yang sedang bermain ayunan dan mulai mendorong pelan putri kesayangannya.
“Papa, aku mau beli mainan yang bentuknya cupcake boleh?” tanya Hanum penuh harap.
“Mainan apaan itu Dek?” Fadil penasaran karena dia tidak tahu tentang mainan anak masa kini.
“Itu lho Pa, yang kalo dibuka bisa jadi boneka. Boleh ya Pa,” Hanum kembali memohon dengan tatapan yang sangat menggemaskan.
“Iya boleh, emang mau beli berapa?” tanya Fadil sambil mencium gemas pipi putrinya.
“2 Pa,” jawaban Hanum sangat singkat.
“Ya udah, sekarang kita siap-siap yuk. Kita jalan-jalan dulu, kalo sudah jalan-jalan kita beli mainan buat Adek,” Fadil menggendong Hanum menuju rumahnya.
“Asyiiiiikkkkkkkkkkkkk.....” Hanum berteriak kegirangan.
Setelah selesai berpakaian keluarga kecil itu mengendarai motor kesayangan mereka menuju sebuah pusat perbelanjaan. Di sana mereka berjalan-jalan dan membeli beberapa baju dan juga kebutuhan lainnya. Setelah lelah berkeliling mereka menuju food court untuk membeli camilan dan minuman ringan.
“Papaaaaa, ayo beli cupcake sekarang,” rengek Hanum.
“Sekarang Dek? Emang Adek nggak capek?” tanya Fadil.
“Nggak Pa, Hanum nggak capek! Hanum pengen cupcakenya sekarang,” mata Hanum mulai basah.
“Cupcake apaan sih Dek? Nanti Mama bikinin, nggak usah beli,” jawab Lani sembari sibuk dengan sendok es krimnya.
“Bukan yang dimakan Ma, tapi cupcake yang di toko mainan!” satu persatu air mata Hanum berjatuhan di pipi chubbynya.“Sama Papa aja ya, kaki Mama masih pegel nih.”
“Yuk sama Papa,” Fadil menggendong Hanum dan berjalan menuju toko mainan.
Begitu sampai di toko mainan Hanum segera melorot turun dan berlari menuju mainan idamannya, segera dia mengambil dua buah cupcake dan memberikannya kepada sang Ayah.
Tanpa melihat bandrol harganya, Fadil segera membawa mainan idaman putrinya ke kasir.
“Sudah Pak?” tanya kasir ramah.
“Sudah Mbak,” jawab Fadil sambil mengambil dompetnya.
“Totalnya 530 ribu rupiah Pak,” sang kasir berkata sembari membungkus mainan Hanum.
“Berapa Mbak?” Fadil bertanya terkejut dan ingin meastikan jika pendengarannya tidak salah.
“530 ribu Pak,” jawab sang kasir sabar.
Fadil menggaruk tengkuknya sembari melihat putri kecilnya yang sudah tidak sabar ingin memainkan mainan barunya.
“Pake debit bisa ya Mbak? Soalnya uang cash saya tidak cukup,” Fadil menyodorkan kartu atmnya.
“Bisa Pak,” sang kasir meraih kartu atm Fadil dan mulai melakukan transaksi.
Hanum berjalan dengan riang menuju Lani yang sibuk dengan ponselnya sembari menenteng mainan barunya.
“Mamaaaaaa.....” Hanum berlari menubruk Lani.
“Udah Nak?” tanya Lani sambil tersenyum.
“Udah Ma,” Hanum memamerkan mainan barunya, “aku beli 2 Ma.”
“Hah 2?” Lani kaget.
“Kirain harganya murah ternyata habis 530,” Fadil duduk di samping Lani.
“Lagian ngapain sampai beli 2? Emang mahal kok, kemarin waktu sama aku nggak aku kasih,” Lani menahan tawanya.
“Lho udah pernah minta ya? Aduh, ludes deh duitku!” Fadil gemas melihat Lani yang terkikik geli melihatnya dikerjain Hanum.
“Nggak apa-apa kan ya, sekali-sekali beliin anak mainan mahal,” Lani mulai terkekeh.
“Oh jadi ceritanya kaki pegel tadi Cuma alesan aja kan biar nggak ikut ngeluarin duit?”
Lani tidak menjawab hanya terbahak mendengar suaminya, Fadil mengaku kalah dengan kecerdikan istrinya. Di sisi lain dia sangat bahagia dapat melihat istrinya tertawa seperti itu dan putri kecilnya terlihat sangat senang dengan mainan barunya. Fadil rela menghabiskan uang berapapun untuk membahagiakan kedua wanitanya.
Tunggu next part ya......
Happy reading....
KAMU SEDANG MEMBACA
Fireflies
General FictionMenceritakan suka duka istri prajurit ketika ditinggal suami bertugas.... #tentara #serdadu #prajurit #romance #family