Vania POV
Pagi yang cerah, matahari muncul dengan semestinya. Burung-burung berkicauan terbang hilir mudik mengitari rumahku. Udara yang segar, daun-daun yang basah terkena embun pagi, membuat hari ini semakin sempurna.
"Deek, siap-siap sana, kuliah gak kamu? ," teriak mama di ambang pintu kamar.
"Iya ma, pake teriak segala. Kalem ma, masih pagi, " jawabku menggodanya, pagi ini ia naik pitam karena piring kesukaannya tak sengaja tersenggol kucing peliharaan keluargaku.
"Udah cepetan mandi," jawab ibu sambil menutup pintu kamarku.
Ingin rasanya aku hanya duduk bersantai sambil duduk di balkon rumahku dengan ditemani teh hangat di pagi yang cerah ini.
Entah kenapa, pagi ini terasa sangat berbeda dengan pagi - pagi sebelumnya. Mungkinkah ada pertanda baik di kampus? Atau ada sang pangeran datang begitu saja di kampus? Hahaha mikirin apa sih kamu Vania?Kota Surabaya dipagi hari memanglah memukau. Apalagi ketika hujan turun, aku gemar sekali memandangi langit kota ini ketika diguyur hujan. Di dalam kamar yang hangat, ditemani teh hangat, duduk di kursi tepat di depan jendela kamarku. Mungkin itu kegemaran teraneh yang pernah kumiliki.
Vania Savannah Saelynda, seorang mahasiswi yang berkuliah di universitas yang lumayan memiliki nama di kota Surabaya ini. Aku mengambil jurusan Psikologi. Jurusan yang aku damba sejak dulu selain ke militer.
-
"Ma, Pa, Vania berangkat, " kataku sambil mencium punggung tangannya bergantian. Terasa hangat, sama persis seperti senyuman mereka yang hangat."Hati-hati dek, nanti kalo udah pulang langsung kerumah dek, mau ada mas Teguh pulang," kata mama sedikit berteriak menghantar aku keluar ruang makan.
Aku hanya mengacungkan jempol tanda mengiyakan apa yang mama katakan barusan. Mas Teguh adalah kakak kandungku. Dia adalah seorang dari kalangan polisi, aku bangga memiliki kakak seperti dia. Sama dengan namanya, Teguh. Dia juga memiliki kepribadian yang teguh, kukuh, kalem, walau kadang suka menyebalkan.
-
Setelah cukup lama berada dikampus, disajikan materi-materi yang membingungkan, melelahkan, dan membuat perut lapar.
Sepulangnya dari kampus aku memutuskan untuk pergi ke rumah makan disekitar kampus ku itu."Mbak, mie ayamnya 1 mbak sama lemon tea nya juga deh, "
" Oh iya mbak , tunggu sebentar ya mbak, " kata pelayan itu dengan manis.Aku melihat sekeliling rumah makan ini, sungguh nyaman. Arsitektur yang indah, klasik, natural, tapi sangat menawan. Aku berjalan ke arah kolam ikan yang berada disamping, melihat kolam itu ditimpa oleh air yang berasal dari langit, yaa suasana saat ini gerimis. Sangat romantis. Aku suka dengan suasana seperti ini, cocok sekali untuk seseorang seperti aku.
Sudah berapa lama aku memandangi kolam itu, sampai-sampai ada seorang lelaki bertubuh tegap, memakai kaos berwarna abu-abu yang dibalut oleh jaket berwarna coklat dan celana jeans, tangan kokoh yang dibalut dengan jam tangan berwarna merah bata. Aku tak sempat melihat wajahnya, tapi aku melihat siluet tubuh tegap nya, yang errr pelukable.
Pria itu hanya berdeham kecil karena aku menghalangi tempat ia akan duduk."Maaf saya menghalangi, "
"Hm,"Singkat, padat, dan jelas. Hanya itu yang keluar dari bibirnya yang, errr tipis, merah muda, err kecupable.
YOU ARE READING
Antara Bulan dan Bintang
RandomMenurutmu, bintang itu indah bukan? Ya, anggap saja raga ini adalah bintang. Lalu tolong bayangkan, pencuri itu adalah sebuah rembulan. Jika aku tanya, lebih mendominasi mana antara bulan dan bintang?. -Vania Savannah Saelynda.