Dalliance

1.8K 241 19
                                    


NARUTO © Masashi Kishimoto

And

Inspired by Violet Evergarden © Akatsuki Kana

(I don't take profit by publishing this fict)

Fanon – AR

SasuHina

Dalliance

Hinata mengetahui satu hal setiap kali kakinya melangkah ke sebuah hutan, tempat sang suami semasa kecil berlatih bersama timnya. Hutan itu terletak di sekitar danau, lokasi yang kerapkali dijadikan area bermain penduduk Konoha. Tak peduli zaman telah semakin maju dengan kemudahan akses teknologi, ada saatnya mata setiap orang akan merindukan warna hijau alami dari alam. Namun, bukan itu alasan Hinata menjejakkan kakinya di sana. Bukan itu yang menjadi alasan Hinata menelusuri rerumputan yang kian menjulang, melewati ranting demi ranting yang berceceran, dan menepis beberapa dahan yang meliuk manja ke arahnya, nyaris menggores kulit putih sang wanita.

Suara rintihan dan seruan silih berganti, menyapa telinga kanan dan kiri Hinata. Dia sangat mengenali suara-suara tersebut. Dua suara yang dia dengar bukan sekali atau dua kali saja.

Jemari lentik Hinata menyibak beberapa tanaman, membuka pemandangan yang sebelumnya tersembunyi di baliknya. Dua lelaki tengah bertarung. Satu lelaki dengan postur kecil dan berjaket hitam adalah sosok yang dia kenali, bahkan sebelum sosok itu lahir. Dialah Boruto, darah dagingnya, putranya. Pemuda dua belas tahun yang laksana pinang dibelah dua dengan Naruto itu tengah berusaha mendaratkan tendangan pada sosok satunya, sosok bertubuh jangkung yang mengenakan jubah hitam ke mana pun dia pergi. Dialah Uchiha Sasuke. Orang yang juga dia kenal lama, jauh sebelum Hinata mampu membayangkan bisa melahirkan Boruto.

Bukan hal asing bagi Hinata mendapati keduanya berlatih di sini. Boruto selalu berterus terang kepadanya, memberitahukan bahwa dia tengah berguru pada Sasuke, berharap kelak bisa mengikuti rekam jejak kisah luar biasa sang pria (meski Hinata harap Boruto tak akan benar-benar seratus persen mengadopsi jalan ninja Sasuke yang baginya terlalu "berliku").

Dua kotak yang Hinata tenteng dengan satu tangan membuatnya melangkah pasti ke medan latihan.

"Kalian berdua, istirahatlah dahulu. Aku membawakan bekal makan siang," seru Hinata sembari memanggil keduanya.

Laksana burung yang diberikan umpan, keduanya melirik satu-satunya sosok wanita di sana dan memutuskan untuk menghampirinya.

Hinata duduk bersimpuh di tengah, meletakkan dua kotak makan di atas dua lembar kain. Sasuke bersila di sisi kanan dan Boruto menjatuhkan diri dengan dua kaki terbuka di sisi kiri Hinata seraya meraih satu kotak bekal.

Keduanya mulai melahap makan siang yang Hinata buatkan. Hinata yang tak punya topik apa pun untuk dibicarakan memilih diam, menatap dua sosok lelaki yang tengah menyuapkan tiap hidangan ke mulut mereka, menggugah rasa haru sekaligus tawa geli darinya. Bagaimana tidak? Boruto berlatih bersama Sasuke dan ingin mengekor napak tilas Uchiha Sasuke, sementara di lain tempat, Sarada yang merupakan putri tunggal Sasuke tengah mengikuti Naruto ke mana pun dengan tujuan yang sama persis seperti Boruto. Hinata menarik napas dan menyunggingkan senyuman. Rasanya, mereka bertiga terlihat seperti keluarga sungguhan dari sudut mana pun.

Putri sulung Hiashi itu tak segera beranjak pamit. Sebaliknya, dia menunggu Boruto hingga selesai berlatih. Hinata ingin menyaksikan sendiri sejauh mana Sasuke benar-benar berniat melatih Boruto dan sejauh mana Boruto benar-benar giat berlatih. Himawari tengah bermain di rumah Ino, belajar menggambar dengan Inojin, dan Hinata rasa, Ino akan mengantarkan sang bungsu pulang malam nanti. Hinata merasa tak perlu cemas. Baginya, keluarga Yamanaka sudah seperti keluarga (atau mungkin saja kelak Inojin akan menikahi Himawari dan membuat mereka menjadi keluarga).

DallianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang