BAB 2 [Kyungsoo]

187 40 4
                                        

Aku menyeruput mocha latte yang dipesan dua puluh menit yang lalu dan kini hampir setengahnya habis. Aku mengerutkan dahi saat melihat jam di ponsel yang saat ini menunjukan setengah lima sore tapi Jongin belum juga datang. Padahal jarak kantor Jongin dan cafe ini terbilang cukup dekat.

Hari ini kami akan membicarakan konsep pernikahan yang sudah aku jadwalkan pukul lima. Kebetulan pemiliknya adalah kakak kelasku dan Jongin sewaktu SMA.

Tidak mau menunggu lama akhirnya aku kembali menghubungi Jongin. Setelah sambungan ketiga aku langsung menyemprotnya dan mengabaikan sapaannya.

"Kamu masih dimana? Aku udah sampai ini, Nini sayang!"

Kesal sekali rasanya. Inilah kebiasaan Jongin, dia selalu terlambat.

"Oh iya ini lagi dijalan, macet, bentar ya."

Aku menghela napas lega. Syukurlah, aku kira dia lupa. Tapi aku kembali menyernyit saat mendengar suara ribut di sebrang sana. Ketika aku hendak menyahut, tiba-tiba terdengar suara teriakan disebrang sana walaupun samar-samar aku dapat mendengar dengan jelas.

"Bohong, Kyung. Dia masih dikantor dari tadi ngelamun."

Itu suara Sehun! Tiba-tiba rasa kesalku kembali membuncah rasanya ingin sekali mencakar wajah Jongin sekarang juga.

"Tuhkan!! Jongin kamu bohong!!"

Setelah itu terdengar suara sambungan terputus. Aku menatap layar ponselku dengan mata melebar. Jongin mematikan sambungannya!
Tidak sopan sekali! Padahal aku belum selesai berbicara!

Aku mendengus kemudian kembali menyeruput mocha latte sampai habis.

Kini waktu sudah menunjukan pukul lima lewat tapi Jongin belum juga datang. Aku melirik ke arah pintu masuk saat suara lonceng terdengar. Aku melambaikan tangan ke arah Minseok-pemilik perusahaan dekor-yang baru saja datang .

"Nunggu lama ya?"

Aku hanya tersenyum canggung, dipaksakan sebenarnya karena rasa kesalku pada Jongin masih tidak bisa reda.

"Nggak kok, mbak." kataku. Aku memanggil pelayan cafe memesankan minum untuk Minseok.

"Loh? Sendirian? Jongin mana?"

Aku meringis mendengar pertanyaannya. Malas sekali untuk menjawab.

"Nggak tahu deh, mbak, lupa kali dia."

Minseok menatapku dengan pandangan heran, kedua alisnya terangkat.

"Loh?"

"Udah mbak, nggak usah bahas dia. Kita langsung bahas ke inti aja ya."

"Kenapa emangnya? Jangan gitu sama calon suami."

Aku menghembuskan napas, tidak bisa merendam rasa kesal. Aku tidak mempermasalahkan dia datang terlambat tapi yang membuatku kesal itu adalah Jongin berbohong. Walaupun itu hanya masalah sepele tapi jika dibiarkan akan menjadi sebuah kebiasaan.

"Ya habis aku kesel mbak, dia bilang lagi dijalan nggak taunya masih dikantor."

Minseok tertawa pelan, "mungkin dia emang lagi banyak kerjaan, Kyung. Eh, itu Jongin tuh datang."

Aku menoleh kearah pintu masuk dan benar saja Jongin baru datang. Dia terlihat sedang mencari keberadaan kami, Minseok melambaikan tangan memberi isyarat agar Jongin segera menghampiri kami.

Aku menatap Jongin melangkah dengan cepat. Aku berdecak saat dia tersenyum menyebalkan. Rambutnya acak-acakkan, kancing kemejanya dibiarkan terbuka dan wajahnya terlihat tenang ketika menghampiri kami. Aku mendelik sebal. Jongin masih bisa bersikap biasa saja setelah tahu aku marah kepadanya?!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang