Teman

58 23 31
                                    

 POV Zen.

 Namaku Zevan Early Doko, nama belakang yang cukup aneh menurutku dan aku anak yang biasa saja hidup dalam keluarga yang sederhana dan aku mempunyai adik bernama Alisska.

  Dia adalah adik yang aku sayangi sehingga dialah membuatku semangat setiap hari, dia mempunyai keinginan yang besar yaitu kedamaian di padang rumput perbukitan nan luas aku pun ingin mewujudkan keinginannya dengan segala cara kulakukan termasuk kegiatan sampinganku menangkap maling yang sering mencuri di komplek tempat aku tinggal.

  Dua tahun berlalu, aku sekarang kelas 11 SMA di kota Atress ibukota dari Negara Dataran Selatan. Aku telah beranjak remaja namun aku masih sulit berkomunikasi dengan orang lain sehingga kadang aku hanya menyendiri di kelas dan aku mendengar bisikan-bisikan orang lain yang mengarah kepadaku rasanya seperti sindiran namun aku acuhkan suara itu.

"hai!" ucap suara perempuan.

"ehm?, hai juga" sahutku.

"kamu Zen kan?,"

"iya"

"tugas matematika yang halaman 74 udah selesai?"

"sudah" jawab Zen asal-asalan

"kalau gitu keluarin dari tas kamu karna hari ini terakhir pengumpulan tugas itu."

POV Author.

  Zen pun mengambil buku matematikanya dan menyerahkan bukunya ke perempuan itu, dan ketika perempuan itu pergi Zen sadar bahwa inilah saat yang tepat untuk mendapatkan teman.

"hei.... kamu tunggu," dengan tersengal-sengal Zen habis mengejar perempuan itu hingga Koridor sekolah.

"ada apa ya Zen?" tanya perempuan itu dengan heran.

'dia memanggilku dengan nama depan' sontak kaget Zen dalam hati.

  Dengan menghela nafas Zen berusaha menenangkan diri sehingga waktu berjalan 5 menit berlalu namun perempuan itu dengan sabar menunggu Zen berkata sesuatu walaupun rasa kesalnya hampir tidak bisa ia tahan.

"siapa namamu?" ucap Zen dikeheningan Koridor.

'cuma nanya namaku dia sampai sejauh ini mengejarku padahal sekelas, arrgh... sabar ini ujian Ris walau gimana pun dia sudah berusaha mengejarmu jangan kecewakan dia'

"namaku Vrisca sering dipanggil Ris" jawab Vrisca.

"namaku Zen Early Doko" ucap Zen.

"whahahahaha!"

"ada yang lucu?" tanya Zen dengan bingung.

"iya, hahaha" kata Vrisca tanpa bisa menghentikan tawanya hingga sedikit mengeluarkan air mata.

  Dengan perasaan bingung Zen tetap berdiam berdiri menatap perempuan dihadapannya namun dilain sisi Zen sekarang bahagia melihat perempuan yang akrab dihadapannya sekarang menjadi temannya.

  Hari menjelang sore Zen telah pulang sekolah namun dalam pikirannya terbayang wajah Vriska, cukup aneh menurutnya karna dia adalah teman pertamanya. Zen pun membeli sebuah es krim untuk adiknya lalu berjalan pulang.

  Namun di perjalan pulang ia menemukan seorang perempuan tergeletak di tengah jalan dengan darah yang telah berhamburan di sekeliling perempuan itu tanpa pikir panjang Zen mengeluarkan mini kotak p3k yang selalu ia bawa dengan tergesa-gesa Zen mengobati luka ditangan gadis seperti cakaran tiga garis, dengan gemetaran Zen tetap berusaha tenang walau kepanikan melandanya.

"jangan bantu aku, cepatlah kamu pergi kalau tidak kamu akan mati" ucap perempuan itu karna masih sadar.

  Namun Zen tetap mengobati perempuat itu tanpa peduli perkataannya hingga luka perempuan itu telah dibalut dengan perban yang banyak.

Black Night : the Secred of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang