Apa Itu Teman?

44 18 11
                                    


Bel sekolah berbunyi para siswa mulai berbaris di lapangan, Upacara pun berjalan dengan lancar namun beberapa siswi nampak pingsan saat amanat kepala sekolah karna setiap kepala sekolah menjadi Pembina dalam Upacara selalu paling lama dibandingkan guru lain bukan hanya itu, cuaca yang cerah juga menjadi kendala utama siswi pingsan.

'dasar lemah baru gini aja pada pingsan' gerutu sisil sambil menatap keadaan sekitar.

Begitu Upacara berakhir para siswa kembali ke kelas, Zen yang ingin ke kelas menabrak salah seorang kakak kelas yang sedang memainkan ponselnya. Zen segera meminta maaf ke kakak kelas itu namun kakak kelas itu hanya mengangguk lalu pergi.


"hai Zen pagi" ucap Vrisca menyapa Zen.

"pagi Ris!," jawab Angga.

"gimana kabar kamu Zen?" Tanya Vrisca.

'baik, kalau kamu?" Tanya balik Zen.

"baik juga"

"njir.... Kacang" kata Angga.

"siapa juga yang nyapa lo" kata Saras.

"kan Vrisca nyapa gue" ketus Angga

"mimpi lo, yang dia sapa Zen bukan lo"

"udah-udah! Kalian ributin apa sih?" ucap Shania melerai mereka.

"ini si Angga ke pd an merasa dirinya disapa Vrisca" jelas Saras.

"Cuma hal itu kalian ribut?" Tanya Shania dengan heran.

"ini kode buat Angga dari Saras, masa ga ada yang ngerti" kata Yoga.

"ohhh!" Shania yang mulai paham dengan situasi.

"engga gitu shan, siapa juga mau sama dia" ketus Saras.

"gue juga ga suka lo"


Guru matematika pun memasuki kelas untuk memulai pelajaran, di lain tempat para warewolf berkumpul untuk mencari Zen karna sudah menyerang teman mereka.


"manusia itu licik sekali, dia menyerangku dengan obat bius" ucap Raja.

"itu karna kesalahan kau sendiri para warewolf tidak berbelas kasihan pada manusia" kata warewolf yang lain.

"coba kamu bayangkan bila kau disana! Pasti sependapat denganku"

"ga usah ribut gitu cuma 1 orang manusia kalian jadi terpecah" ucap seseorang menghampiri mereka.

"diam kau manusia hina!" ketus Raja.

"......"

"kau lebih berbahaya daripada seorang Vampire, Amara" oceh Raja.

"jangan terlalu menekan dirimu dengan Amarah, kau akan terlihat lemah" ucap Amara.


Pov Zen


Hari ini tampak beda dari biasanya, ataukah perasaanku saja! Aku mendapatkan beberapa teman baru dan kemarin aku melawan Warewolf. Apa yang terjadi sebenarnya pada dunia ini? Ah, apa yang ku pikirkan terlalu jauh mana mungkin orang kemaren seorang Warewolf pasti dia cuma Cosplayer yang aneh.

Ini waktu istirahat apa perlu aku ke kantin untuk membeli cemilan? Tapi aku sedang tidak tertarik untuk membeli sesuatu.

"hei minggir" ucap seseorang dari belakang Zen.

"eh maaf, aku tida...." ucapanku terpotong karna teman orang itu secepat kilat mencekik leherku dan menghempaskan tubuhku di dinding.

"kamu harus merasakan kesakitan, karna aku menyukainya" ucap orang itu.

"Feila berhenti! lepaskan Zen" ucap Vrisca.

'Vriska....' Batin Zen.

"memangnya kenapa kalau anak ini mati?" sahut Feila.

"dia temanku!" kata Vrisca.

"temanmu? Vrisca, bukankah begitu banyak Vampire disini kenapa kamu memilih berteman dengan manusia lemah ini" kata Feila sambil mencekik Zen semakin kuat.

"lepaskan dia atau..." Vrisca terdiam tanpa berkata lagi karna melihat Feila yang tiba-tiba menjadi aneh.


Pov author


Seketika tubuh Feila menjadi kaku dan tangannya tidak mencekik leher Zen lagi karna dia baru merasakan sesuatu dalam tubuh Zen, sama seperti yang dirasakan Rica.

'apa tadi?' Tanya Feila dalam batinnya.

"apa yang terjadi padamu Feila?" Tanya sisil penasaran.

"tidak apa-apa" jawab Feila tanpa memberitahu apa yang ia rasakan tadi.

"ayo kita pergi!" ucap Atry pada teman-temannya.


Mereka pun pergi, namun hawa kegelapan yang ia rasakan pada Zen masih terbayang dalam dirinya sehingga membuatnya gelisah. Vrisca pun mengajak Zen ke kantin untuk membeli sesuatu.


Ternyata kehadiran mereka disambut dengan siulan para siswa yang iri melihat Vrisca menggandeng tangan Zen sehingga membuat Zen merasa risih namun ia tidak bisa melepaskan tangannya karna Vrisca menggandeng tangan Zen dengan erat, mereka pun menemukan tempat duduk yang tepat dan mereka memesan 2 cangkir Es Teh manis dan memulai obrolan.


"maaf ya yang tadi! Mereka emang gitu kalau lagi PMS suka ngamuk, leher kamu masih sakit engga?" ucap Vrisca.

"engga apa-apa kok, udah mendingan, terima kasih" kata Zen.

"terima kasih untuk apa?" Tanya Vrisca.

"karna sudah mau menjadi temanku, aku tidak tau harus berkata apalagi" kata Zen menundukkan kepala karna tidak sanggup menatap wajah temannya secara langsung.

"yah! Gausah dipikirkan Zen aku melakukan ini atas kehendakku sendiri jadi aku temenan sama kamu atas kehendakku jadi jangan merasa tidak enak gitu"

"baiklah, aku mau nanya sesuatu ke kamu?"

"silahkan!" ucap Vrisca dengan senyumnya.

"apa kamu percaya mitos..." kata Zen diputus Vrisca.

"Zen! Percayalah bahwa Vampire itu sebenarnya tidak ada dan Feila Cuma mengada-ngada soal Vampire" ucap Vrisca dengan tergesa-gesa sedangkan Zen cuma terdiam bingung atas perkataan Vrisca.

"aku sebenarnya mau nanya tentang Warewolf bukan Vampire" ucap Zen ditengah kebingungannya.

'jadi dia ga dengar perkataan Feila? Syukurlah kalau gitu!'

"oh sorry Zen aku salah paham hehehe.....! Warewolf kata kamu tadi?"

"iya" jawab Zen secara singkat.

"ya ga adalah, itu kan cuma karangan Novel mana mungkin ada dikehidupan nyata" kata Vriska menjelaskan.

"begitu ya"

"emang kenapa Zen?" Tanya Vrisca.

"aku kemaren bertarung dengan seseorang yang mengaku dirinya Warewolf"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black Night : the Secred of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang