Chapter 1: Prolog

4.8K 462 30
                                    

Disclaimer: Massashi Kishimoto

Rated: T - M

Pairing : SasuFemNaru.

.

Uchiha Sasuke: 33 tahun

Namikaze Naruto : 23 tahun

Warning: GenderBender, FemaleNaruto, Age-Gap, Miss Typo(s). Etc

Dont't Like!  Don't Read!

.

.

"Apa yang sedang kau lakukan?" suara baritone mengagetkan seorang gadis muda yang tengah berdiri di depan pintu mahoni dengan keadaan kurang wajar. Bagaimana bisa dikatakan wajar jika gadis dengan setelan kemeja putih yang terlapis blazer hitam juga rok pendek selutut tengah menyandarkan dahinya dengan seenak jidat di pintu dengan plat bold tertulis "Ruang Presdir".

"Ah! Neji-san!" pekik Naruto kaget dan hampir terjungkal oleh sepatu heels yang ia kenakan, bersyukurlah ia memiliki reflek yang bagus sehingga ia segera berpegangan erat pada handle pintu di depannya. "Syukurlah kau datang, aku tak tahu harus menunggu berapa lama lagi untuk bisa menyerahkan data yang Presdir pinta."

Neji selaku sekertaris sang Presdir mengernyitkan dahi bingung mendengar rentetan ocehan wanita di depannya. "Kenapa tidak masuk saja?"

Seketika Naruto mengeluarkan ekspresi mual di buat-buat begitu mendengar ucapan orang yang Naruto yakini sebagai calon per-homoan sang Presdir berikutnya. Setelah dua minggu lalu seorang sekertaris berjenis kelamin sama dengan sang Presdir keluar dengan alasan sakit prostat, padahal di saat tes kesehatan ia positif sehat. "Kuberi tahu padamu, selain uang gaji yang tiap bulan ia beri padaku yang berhubungan dengan dia adalah menjijikan," bisik Naruto tepat di depan muka sang sekertaris seraya memberi map yang disinyalir sebagain laporan closing bulanan miliknya pada Hyuuga Neji. "Aku titipkan padamu," kata Naruto berlalu begitu saja setelah ia rasa urusannya sudah selesai, meninggalkan sang sekertaris yang baru seminggu ia kenal.

"Hei! Bagaimana saya menjelaskan laporan kepada Sasuke-san jika kau hanya memberikannya begitu saja?" teriak Neji reflek begitu teringat jika ia tak tahu harus menjelaskan isi tentang map yang Naruto beri padanya.

Langkah Naruto terhenti dan kembali menghadap Neji "Katakan saja itu dari Naruto, si bodoh itu pasti tau." ketus Naruto dengan ekspresi datar dan kembali melanjutkan langkahnya ke ruangan tempat ia kerja.

Dan perkataan terakhir dari gadis bersurai sepinggang tersebut, membuat Neji berkali lipat lebih mengerutkan dahinya heran. "Bodoh? Menjijikan? Apa Sasuke-san serendah itu?" geleng Neji tak habis pikir dengan kepala bagian audit internal tersebut. "Jika Presdir tahu, mungkin dia sudah di pecat," guman Neji yakin.

Cklek!

"Presdir!" kata Neji sedikit terlonjak dengan kemunculan pemilik perusahaan yang sudah di ambang pintu ruangannya.

"Kau sedang apa?"

"Ah! Ini map dari Naruto-san, beliau bilang jika ini kebutuhan yang Anda inginkan?" ucap Neji sedikit ragu untuk menjelaskannya, nyatanya ia tak tahu apa isi map tersebut.

Sasuke mengernyitkan dahi sejenak seraya mengambil map tersebut dari Neji dan memeriksa beberapa lembar document, sebelum menemukan selembar sticky note tertempel di atas salah satu laporan.

"Jangan lupa makan, aku sayang kamu," reflek Neji membaca tulisan yang terdapat di sticky note tersebut dengan suara keras, karena sedari tadi ia pun ikut memperhatikan sang Presdir memeriksa laporan. "Eh?" Neji tampak tertegun, begitu sadar apa isi tulisan tersebut.

Sasuke terkekeh kerasa sembari menggelengkan kepala dan kembali memasuk ruangan kerjanya. "Dasar bodoh," bisik Sasuke masih memasang muka terkekeh.

Sempat mendengar umpatan sang Presdir, entah mengapa membuat denyut jantungnya berdebar lebih kencang? "Sasuke-san bukan psycho bukan? Dia tertawa sambil menyeringai?" lirih Neji tak habis pikir dengan bos barunya itu.

Sebenarnya hubungan seperti apa antara Naruto dan Presdirnya?

.

.

.

Dilain tempat...

"Naru-chan!" pekik seorang gadis bersurai bubble-gum di sampingnya tak tahu diri jika pekikannya membuat beberapa orang tuli sejenak.

"Hn?" jawab Naruto sekenanya dan kembali mengetik laporannya.

"Kau sudah menyampaikan salamku?"

Naruto berhenti mengetik sejenak seraya mendongak menatap sahabatnya yang menyembul dari sekat yang memisahkan meja mereka."Salam?" tanya Naruto sembari mengernyitkan dahi tak mengerti.

"Tadi aku menulis di sticky note dan aku memintamu untuk menyampaikannya ke Presdir." Tutur Sakura dengan helaan nafas malas dengan sifat pelupa sahabat di depannya ini.

Naruto tambah mengernyitkan dahinya. "Kau serius?" Naruto menghela nafas sejenak. "Maaf, tadi aku sibuk sekali sampai tak memperhatikan sekitar."

"Iya tak apa," kata Sakura sembari meng-pukpuk surai pirang Naruto. "Untungnya tadi sudah aku tempelkan di laporan bulananmu."

"...Hah?" Entah mengapa tiba-tiba nafas Naruto tercekat.

"Iya, aku jenius bukan?" kata Sakura dengan bangganya.

"Apa yang kau tulis!" kata Naruto yang langsung berdiri dari bangkunya dan reflek memegang erat bahu Sakura. Membuat mereka menjadi sorotan beberapa mata.

"Eh? Menurut buku yang aku baca, sering-seringlah memberi perhatian pada lelaki pujaanmu. Agar ia juga lebih perhatian denganmu."

"...Lalu kau menulis apa? Laporanku sudah ku serahkan ke Presdir!" pekik Naruto dengan nada frustasi hingga tanpa sadar sudah mengguncangkan bahu Sakura dengan keras.

"Sungguhkah? Aku hanya mengingatkan ia makan siang dan menyampaikan rasa sukaku padanya." tutur Sakura dengan rona merah mencoreng wajahnya.

"Astaga, Haruno! Sejak kapan kau menjadi bodoh begitu?" gerutu Naruto sembari menepuk dahinya kesal, tak habis pikir dengan kelakuan bodoh sahabat merah mudanya yang sedang menyukai sang Presdirnya itu.

Ting!

Suara nada yang menandakan pesan masuk di ponselnya lantas membuat Naruto berpikir untuk segera resign saja dari perusahaan ini.

Form: Uchiha Sasuke

Ada yang ingin aku katakan, is-tri-ku! Segera keruanganku!
Sekarang!

.

.

TBC!  XD

Apaan dah ini?
Bukannya ngrampungin fict lain malah bikin baru pula. 😑

Ditunggu vomentnya~~
Arigachuuu😘

My Arrogant Husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang