Prolog

19 11 4
                                    

Seorang pria tampan sedang menikmati waktu tidurnya, wajahnya nampak polos tanpa beban, begitu tenang dan nyenyak, hingga getaran dari benda pipih di samping kepalanya membuatnya mengerang lalu dengan susah payah ia membuka matanya dan menggeser warna hijau dilayar ponselnya, dengan seperempat nyawa yang berhasil ia kumpulkan ia meletakan ponselnya di telinga kanannya

"hmm" ujarnya pada penelpon diseberang sana

"Tuh kan!. WOI RISKY... LO BELUM BANGUN?!" 

Ya.. orang diseberang sana terdengar marah? Namun bukan Risky namanya kalau tidak senang mendengar amarah dari orang-orang disekitarnya, bukannya bangun Risky malah terkekeh dan dengan santainya ia menjawab "iya dong orang ganteng kan perlu tenaga lebih" jawaban Risky jelas membuat amarah orang diseberang sana semakin menjadi saja, terdengar helaan napas diseberang sana mungkin penelpon itu sedang meredam amarahnya karena tahu bahwa pria yang ia telpon ini malah akan semakin senang jika ia termakan emosi

"Gila.. ,lo itu jadi adik bisa gak sih sekali aja gak ngeselin? " yang disana udah nyerocos panjang lebar namun hanya ditanggapi dengan jawabannya yang sudah sering dilontarkannya yaitu.. "gak"

"ih rese, kalo lo gak dateng setengah jam lagi gue bakal pul-." Risky memutuskan obrolan itu secara sepihak. Risky lelah mendengar ocehan kakaknya yang tidak ada ujungnya dan membuatnya semakin terlambat untuk sampai di bandara. Dia bukan laki-laki yang tidak bertanggung jawab, hanya saja dia sedikit malas, eh bukan tapi sangat malas.

Setengah jam kemudian

Rizky tampak santai dengan sweater, celana jeans hingga sepatu hitamnya, kakinya terus ia ayunkan mencari kakak tercintanya yang sudah pasti akan memarahinya habis-habisan. Matanya menyapu seluruh penjuru untuk mencari sosok yang membuatnya datang ke tempat itu . masih mencari, Risky tiba-tiba melihat seorang wanita cantik yang dengan santai menarik koper miliknya itu, pandangan Risky tidak luput sedikitpun pada gadis itu namun dengan amat terpaksa ia harus meninggalkan objek itu lalu matanya beralih kepada sang kakak yang tengah berdecak pinggang tidak jauh dari posisi gadis yang melintas tadi. Risky mendengus, kalau bukan karena kakaknya ia pasti akan mengikuti gadis itu dan menggodanya.

"Woi! Ditungguin juga! Ini apa lagi nih!" ucapnya menunjuk baju pria itu "lo mau jemput gue apa mau melayat!?" lanjutnya dengan nada sarkastik, Risky mendengus selalu saja seperti itu mentang-mentang kakaknya seorang fashion disgner ternama selalu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woi! Ditungguin juga! Ini apa lagi nih!" ucapnya menunjuk baju pria itu "lo mau jemput gue apa mau melayat!?" lanjutnya dengan nada sarkastik, Risky mendengus selalu saja seperti itu mentang-mentang kakaknya seorang fashion disgner ternama selalu saja penampilannya dikomentari 

"Woi! Ditungguin juga! Ini apa lagi nih!" ucapnya menunjuk baju pria itu "lo mau jemput gue apa mau melayat!?" lanjutnya dengan nada sarkastik, Risky mendengus selalu saja seperti itu mentang-mentang kakaknya seorang fashion disgner ternama selalu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Aphatic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang