1 : Jendela

170 9 3
                                    

Kuinila Eloni Pamesya bukanlah remaja dengan sejuta teman dan aktifitas-aktifitas di luar belajarnya. Memang banyak yang mengenalnya, namun ia sedikit tertutup dan enggan bergaul.

Mesya lebih sering mengurung diri di kamar, belajar, membaca buku, atau kegiatan lainnya yang dapat ia lakukan di dalam kamar.

Lain dengan Nadira. Ia memiliki teman di setiap sudut kota, aktif berorganisasi, dan bagi Mesya, Nadira sangat cantik. Ia rasa, semua orang yang mengenalnya akan mengakui hal yang satu itu.

Tentu Mesya selalu merasa beruntung dapat mengenal, bahkan menjadi salah satu teman dekat dari puluhan bahkan ratusan teman dekat Nadira. Dan perpisahannya dengan Nadira sebulan lalu, tentu sangat menyakitkan.

"Bengong aja!"

Mesya tersentak dan menatap kesal Kakaknya yang baru saja membuatnya kaget itu.

"Kakak sejak kapan masuk ke kamarku?"

"Baru aja, pintu gak dikunci, yaudah." Erin mengedikkan bahu santai lalu menghempaskan diri di tempat tidur Mesya.

"Kamu ngapain sih pagi-pagi udah duduk di depan jendela sambil bengong gitu? Ha! Pasti mau ngintipin tetangga baru ya?"

"Ha? Tetangga baru?"

Dari jendela kamar Mesya memang langsung berhadapan dengan jendela salah satu kamar rumah sebelahnya, yang dulu, itu adalah kamar Nadira.

"Ya ampun, Cha! Dia udah 3 hari loh sama hari ini. Kamu sih mandek aja di kamar."

Mesya menganggung pelan, "Gitu ya? Mesya baru tau."

Erin menghela napas lalu bangkit dari tempat tidur Mesya. Ia berjalan menuju pintu, hendak pergi dari sana.

"Yaudah lah kakak keluar dulu! Gak asik ngobrol sama kamu mah!"

Mata Mesya hanya mengikuti Kakaknya itu sampai keluar tanpa berkomentar apa-apa lagi. Dipandanginya kembali jendela kamar di sebrang jendela kamarnya itu.

"Tetangga baru?"

***

Nesi menuruni tiap anak tangga sambil memandang sekitar, memandangi rumah barunya.

"Kamar kamu udah beres, Nesi?" ucap Nyonya Harfian--Mama Nesi--yang sedang merangkai bunga di sudut ruangan tamu.

Nesi tersenyum lalu menghampiri mamanya itu. "Udah kok ma, mama ada yang perlu Nesi bantu?"

"Nggak ada," jawab Nyonya Harfian lembut sambil terus merangkai bunga.

"Oiya Nesi," Mama Nesi itu teringat sesuatu dan langsung sibuk mencari suatu beda.

"Ya, ma?" Nesi membetulkan posisi kacamatanya sambil memerhatikan gerak mamanya yang sibuk sendiri.

"Mama inget, kan kamu bilang lampu belajar kamu mati ya? Tadi mama udah beliin lampu baru, aduh dimana ya mama lupa taruhnya."

"Oh itu, coba sini biar Nesi bantu cari."

***

Dengan sebuah bohlam kecil di tangannya, Nesi memasuki kamar.

Kamar itu rapi, temboknya bercat putih, sudah dicat sebelumnya karena penguhuni lama kamar ini meninggalkan warna ungu untuk temboknya.

Seketika Nesi menyipitkan mata lalu menyeringai.

Di seberang jendela kamarnya ada seorang perempuan yang terlelap tidur beralas tangan di meja belajarnya.

Kebetulan pula meja belajar Nesi tepat di depan jendela, Nesi mendekat. Dipasangnya bohlam itu sambil sesekali melirik perempuan yang tidak lain adalah tetangga barunya.

"Aneh," ucap Nesi terheran-heran saat sudah selesai memasang bohlam pada lampu belajarnya.

Nesi duduk di kursi belajarnya, bertopang dagu memerhatikan perempuan itu. Memerhatikannya, tanpa si pemilik raga mengetahui.

Tanpa dirinya menyadari, Nesi tersenyum.

"Echa! Cha!!"

Terdengar suara seseorang memanggil manggil nama 'Echa' beriringan dengan suara ketukan pintu. Nesi yakin, suara itu berasal dari rumah di hadapannya sekarang, atau jika lebih spesifik, ketukan itu adalah ketukan di pintu kamar perempuan yang tertidur itu.

"Echa.." Nesi menggumamkan nama itu.

Perlahan tubuh perempuan itu bergerak. Nesi terus memerhatikannya baik-baik. Ia mengangkat kepala namun matanya tetap terpejam. Bahkan, sekarang ia berdiri dengan mata terpejam.

"Keren," pikir Nesi.

***

Mesya membuka mata dan langsung melangkah mundur karena apa yang di lihatnya sekarang.

Seorang laki-laki--yang mungkin seumuran dengannya--memerhatikannta sambil bertopang dagu. Dan di saat yang sama laki-laki itu terlonjak.

Ia memperbaiki posisi kacamatanya yang sedikit menurun akibat kekagetannya tadi.

"Echa!!!" Erin kembali berteriak dari luar.

Hal kedua yang membuat Mesya kembali kaget. Dengan segera ia memutar badannya lalu bergegas menuju pintu.

-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --

Ye ye ye untuk permulaan ada Mesya dan Nesi!

Maaf ya masih pendek ceritanya.

Gimana ya kelanjutannya?

Vote dan comment!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang