Seorang perempuan berjalan dengan sangat anggun melintasi koridor bandara dengan kacamata hitam menghiasi wajah cantiknya. Perempuan berambut panjang itu baru saja tiba dari London, ia memilih penerbangan malam karena agar tiba di Jakarta pagi menjelang siang. Sopir pribadi sudah menjemputnya, sopir itu tinggi dan berusia sekitar 40 tahunan.
“Nona apa kita langsung pulang?,” tanyanya.
“Iya Pak Joko, kita langsung pulang!”
“Siap Nona!”
Si cantik melepaskan kacamata hitamnya, dia mengambil ponsel dari dalam tasnya. Untuk mengusir rasa bosan dia asik berselancar di sosial media. Ah berita kali ini sungguh tidak ada yang bagus. Dia mengunci ponselnya dan memilih untuk tidur. Lima belas menit kemudian, sampailah mobil itu ke rumah mewah bak istana.
Perempuan paruh baya itu berteriak ketika sang anak tiba, beliau memeluk sang anak dan menciumi wajahnya yang cantik. Sudah lama sekali anaknya tidak kembali ke tanah air, gadis itu menghabiskan waktunya di London untuk melanjutkan pendidikannya. Kini sedang liburan musim gugur, ia menyempatkan untuk kembali ke Indonesia sebentar.
Sudah lama gadis itu tidak menyambangi rumah, tidak ada yang berubah dari rumahnya, hanya saja warna cat yang berubah, penataan ruang masih sama seperti tahun lalu.
“Ma, Karin istirahat dulu ya,” ucap Karin.
“Iya sayang, Mama mau menyiapkan makan siang.”
Karin merindukan kamarnya, masih sama seperti dulu, hanya saja, meja belajarnya diganti dengan nuansa warna cokelat, dulu waktu Karin masih sekolah warna mejanya adalah putih dan menyatu dengan dinding, namun sekarang berbeda mejanya berwarna cokelat tidak menyatu dengan dinding, tetapi menghadap ke jendela kamar.
“Mama tetap seorang desain interior terbaik,” gumamnya.
Karin merebahkan tubuhnya di kasur ukuran queen size. Tubuhnya sangat lelah, belasan jam di pesawat membuatnya lelah, lapar dan mengantuk. Karin akhirnya memutuskan untuk tidur nyenyak di kasur empuknya. Sedangkan Mama menyiapka n makan siang untuk sang anak tercinta.
Menu makanan yang tersaji ada ikan nila goreng kesukaan Karin, berikut dengan tumisan sayur kangkung dan juga Mama menyediakan sambel terasi. Sambal terasi ini adalah sambal legenda keluarga Karin, sudah turun temurun dari nenek buyut Karin.
“Karin sudah sampai rumah Ma?,” tanya seorang pria paruh baya yang tak lain adalah Papa.
“Sudah Pa, anaknya lagi tidur.”
“Selalu saja begitu, bukan cari Papa tapi langsung tidur,” ucap Papa kesal.
Mama menyungging senyum dan tertawa pelan. “Sama seperti Papa dulu kan?”
Sang suami langsung bungkam. Kebiasaan itu diturunkan oleh Papa—Tuan Wicaksana, anak pulang bukan mencari orang tuanya dulu tetapi malah langsung tidur nyenyak di kamar.
“Berapa hari dia akan di sini Ma?”
“Entahlah Pa, nanti Papa tanya saja sendiri.”
“Papa harus secepatnya mengatur pertemuan Karin dan Indra.”
“Pa, jangan buru-buru, biarin dululah Karin itu menikmati kesendiriannya, Mama tidak mau Karin menikah dengan pria yang tidak Karin cinta Pa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Perwira [Reborn]
RomanceAkhir badai pasti ada pelangi. Akhir kehidupan pasti mati. Akhir masalah adalah kebahagiaan.