Bab 1

107 3 0
                                    

"Keii. Keila." suara orang itu menggema di sepanjang rumah megah tersebut. Senyum terus terlihat di wajahnya. Namun orang yang sedari tadi dicarinya belum menampakan diri. Sampai sosok itu menemukan seseorang di dapur yang membuat senyumnya semakin mengembang.

"Bibi. Aro kangen banget sama Bibi." Sosok yang bernama Aro itu kini memeluk Ibu paruh baya yang sedang memasak untuk makan malam.

Bi Ani —asisten rumah tangga di rumah itu—yang sempat terkejut karena pelukan Aro, melepaskan lengan yang bertengger di lehernya lalu membalikkan badannya. "Ya ampun Aro kamu ini ngagetin Bibi aja. Untung jari Bibi nggak kepotong. Bibi juga kangen sama kamu. Kok kamu bisa ada disini? Kapan kamu pulang?"

Aro yang mendengar omelan Bi Ani hanya nyengir. "Iya Bi maaf, abis Aro kangen sama Bibi. Ari baru aja nyampe ke Jakarta. Nih langsung kesini," ucapnya. Sedetik kemudian ia teringar sesuatu. "Oh iya Bi, si Keila mana? Aro panggilin daritadi nggak nongol-nongol orangnya."

"Si Keila di kamar lagi tidur kayaknya, habis pergi dia sama teman-temannya."

Aro menganggukan kepalanya, "Yaudah Bi, Aro ke kamar putri tidur dulu ya," ucapnya seraya meninggalkan dapur. Kakinya melangkah ke kamar Keila yang terletak di lantai atas. Dia membuka pintu perlahan dan benar saja tebakan Bi Ani kalau dia sedang tidur sekarang.

Aro mendekati tempat tidur Keila dan ikut berbaring di tempat dimana Keila tidur dengan posisi membelakanginya. Aro mendekatkan posisi tubuhnya ke arah Keila, lalu dia mendekatkan bibirnya ke telinga cewek itu. "Keila. Bangun Keila."

Aro tahu kalau Keila sangat sensitif terhadap suara-suara pada saat tidur.

Suara apaan tuh? Kok ada yang manggil nama gue?

Oleh karena itu saat Aro merasakan tubuh di depannya ini menegang, tanda ketakutan, ia langsung tertawa tanpa bisa ditahan lagi. Dia langsung memeluk tubuh mungil di depannya ini.

"Kei, gue kangen banget sama lo."

Keila mengenali suara di belakangnya ini, suara orang yang sudah lama tidak ditemuinya. Dia langsung membalikkan tubuhnya dan memeluk makhluk itu. "Gue juga kangen banget sama lo. Kok lo lama banget sih liburannya. Kan lo tau kita nggak pernah pisah lama."

Aro terkekeh, "Iya gue tahu sahabat lo yang satu ini memang ngangenin."

"Sahabat macem apa lo! Gangguin orang lagi tidur aja." Keila langsung melepaskan pelukannya dari Aro.

"Udah yuk ke bawah, makan."

Keila menggeleng. "Nggak. Gue udah makan tadi," ucapnya dan hendak kembali berbaring untuk melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu.

Melihat itu Aro langsung menarik paksa tangan Keila. Keila berdecak kesal, sepertinya dia harus membuang angannta jauh-jauh untuk kembali ke alam mimpi.

"Kei, Papa sama Mama mana?" tanya Aro dengan masih setia menggenggam erat jemari Keila. Papa dan Mama memang panggilan Aro untuk kedua orangtua Keila —yang notabene teman orangtuanya.

Keila mengedikkan bahu, "Nggak tahu. Mungkin masih di kantor. Tadi pagi sih Mama nemenin Papa pergi."

Aro menganggukan kepalanya. Saat sudah sampai di meja makan, dia meninggalkan Keila dan beranjak ke dapur. Sesampaina di sana, dia melihat Bi Ani yang hendak mengangkat piring yang sudah berisi makanan untuk makan malam. Aro langsung menghentikan tangan Bi Ani. "Sini Bi, biar Aro aja. Mau di bawa ke meja makan kan?"

Bi Ani hanya tersenyum melihatnya. Aro dan Keila memang sudah dia anggap seperti anak sendiri. Apalagi karena mereka juga terlihat sangat menyayangi Bi Ani.

Setelah semua piring sudah berpindah dari dapur ke meja makan, Aro kembali ke dapur. "Bi, Bibi udah makan?"

Bi Ani mengangguk.

"Yaudah, temenin Aro makan yuk Bi. Aro males kalau cuma ditemenin sama Keila. Bosen liat mukanya," ajaknya seraya menggandeng tangan Bi Ani menuju meja makan.

Bi Ani tertawa melihat raut tidak terima dari Keila. Lalu dia memutuskan untuk duduk di seberang tempat duduk Aro.

Setelah duduk Aro menoleh ke arah Keila yang berada di sampingnya. "Kei, lo beneran nggak mau makan?"

Keila menggelengkan kepalanya.

Lalu kini pandangan Aro beralih ke arah Bi Ani yang duduk di seberang tempat duduknya, "Bi Ani juga nggak mau makan lagi?"

Dan lagi Bi Ani juga hanya menggeleng.

"Yaudah. Aro makan ya. Tapi Bibi yang ambilin makanannya ya? Kan udah lama Bi nggak diambilin."

Keila lansung melotot. "Manja banget sih lo. Jangan diambilin Bi, biar dia ambil sendiri aja."

"Sirik aja lo. Biasanya juga lo yang lebih manja dari gue, tapi gue diem aja."

"Udah-udah jangan berantem. Sini Aro piringnya, Bibi ambilin ya makanannya."

Aro tersenyum penuh kemenangan ke arah Keila yang hanya mendengus kesal. Suasana malam yang penuh dengan obrolan dan candaan yang dirindukan Keila dan Bi Ani akhirnya kembali terasa, dan itu semua karena Aro.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

by your sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang