Chapter 2

10 0 0
                                    

"Berani pada taruhan nggak nih?" tanya salah satu dari mereka.

"Emang kamu berani berapa?" tanya yang lain.

"Berani....berapa ya?" jawab orang yang pertama kebingungan. Gerombolan ini cukup berisik hingga menarik perhatian seorang anak laki-laki lain.

"Kalian pada ngapain sih? Berisik banget," tanya suara lain yang muncul dari belakang kerumunan itu.

"Eh kamu, Shin. Ini anak-anak pada ngajakin taruhan," ujar salah satu dari mereka.

"Taruhan? Taruhan apa?" Shin yang mulai penasaran melirik temannya satu per satu hingga tatapannya berhenti pada satu orang. "Don. Pasti kamu yang mulai".

Don yang merasa setengah bersalah hanya tertawa kering. "Abis kita nggak ada kerjaan," ujarnya membela diri. "Gimana? Mau ikutan?"

Shin menarik nafas panjang. Dia tahu betul sifat temannya yang satu ini. Setiap ia merasa bosan pasti ada-ada saja yang ia lakukan.

"Tergantung," ujar Shin, "taruhan untuk apa?"

Dengan senyum yang mengembang, Don menatap Shin. "Tau perempuan yang duduk di sana itu kan?" tanyanya sambil mengedikkan kepalanya ke arah yang ia maksud. Shin mengangguk sambil melihat ke arah Yoko duduk.

"Tau, kan reputasinya dia sebagai 'Ice Girl'?" tanya Don memancing perhatian dari teman-teman di sekitarnya. "Nah, siapa yang bisa ngajak dia ngobrol selama 2 menit aja, semua uangnya buat dia yang menang," ujar Don sambil tersenyum licik. "Gimana?"

Tak lama, sejumlah uang telah bertumpuk di meja depan mereka semua. Beberapa dari mereka sesumbar bisa melakukan tantangan dari Don meskipun sebenarnya mereka menyadari bahwa waktu dua menit adalah waktu yang cukup lama untuk tantangan semacam itu.

Sementara Don sibuk menghitung uang yang telah terkumpul, yang lain mengatur strategi untuk membuat Yoko berbicara bahkan mengobrol dengan mereka walaupun hanya 2 menit. Tapi tidak dengan Shin. Ia hanya sibuk memperhatikan sekitar dengan pandangan matanya yang tajam yang menambah kesan cool sekaligus tenang pada dirinya.

"Wah lumayan nih," Don berdecak kagum melihat tumpukan uang di tangannya. "Ayo, siapa giliran pertama?"

"Aku deh," ujar salah seorang diantara mereka dengan percaya diri yang tinggi.

"Pulang dengan selamat yaaa," ujar sebagian yang lain menyemangati. Atau mengejek?

"Semangat!" ujar sisanya tanpa suara.

(beberapa saat kemudian)

"SIALAN DIKACANGIN!" umpat sang pejuang pertama saat dia kembali ke kerumunan. "Bener-bener tuh cewek!"

"Sabar bro, sabar," ujar Don bersimpati namun sedikit tertawa juga. "Siapa berikutnya?"

"Boleh lah aku coba," pejuang berikutnya tampil tidak kalah percaya diri.

Begitulah akhirnya sampai satu per satu dari mereka tumbang dengan cukup mengenaskan; tidak ada satu pun dari mereka yang mampu berbicara dengan Yoko. Kebanyakan yang terjadi adalah Yoko tidak berbicara sama sekali bahkan tidak melepaskan pandangannya dari buku catatan kecil di depannya.

Don mendekati tempat Shin duduk dengan muram. Sedih karena pejuangnya gugur satu per satu.

"Oke. Tinggal kamu yang terakhir," ujarnya menatap Shin. Shin tidak tau maksud tatapan Don yang terkesan pasrah. Ia menarik nafas panjang.

"Baik," ujarnya kemudian berlalu.


-TBC-

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 02, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The WriterWhere stories live. Discover now