000 - Prologue

743 94 14
                                    

"Ja, jangan genggam tanganku!"

Seulgi berkata sembari menepis pelan tangan milik Irene yang hampir menyentuh tangannya.

"Kenapa? Kenapa aku tak boleh menggenggam tanganmu?"

Irene menatap Seulgi dengan tatapan penuh keheranan, sementara Seulgi yang sedang ia tatap itu hanya bisa menghindari tatapan mata Irene.

"Tanganku ini.... Dingin. Dingin sekali. Kau tak boleh menggenggamnya."

"Sedingin itukah tanganmu sampai aku tak boleh menggenggamnya? Kalau begitu, maka akulah yang akan menghangatkannya untukmu." Irene meraih tangan Seulgi dan menggenggamnya dengan erat. Sebenarnya Seulgi ingin menepisnya, namun, ia memilih untuk membiarkannya daripada Irene memarahinya.

"Kumohon, Joohyun-ah. Lepaskan. Nanti... Nanti... Kau bisa..."

"Bisa apa? Apa yang akan terjadi jika aku menggenggam tanganmu ini? Apa!?"

Seulgi menelan ludahnya. "..... Mati..."

"Tanganku ini adalah tangan seorang pembunuh. Setiap nyawa yang kugenggam tangannya, pasti akan segera mati. Aku tidak mau kau mati, Joohyun-ah. Kumohon. Jangan pernah genggam tanganku lagi." Seulgi melepaskan genggaman tangan Irene secara pelan-pelan.

"Jangan, jangan lepaskan genggaman ini. Aku rela mati, jika itu artinya aku mati ditanganmu."

Seulgi yang tadinya tidak berani menatap kekasihnya itu, akhirnya memberanikan dirinya untuk menatapnya. Ditatapnya manik mata kecoklatan Irene yang indah itu, dan Seulgi mendapati pantulan dirinya di dalam mata Irene yang indah itu. Tangan Irene yang tadinya ia lepaskan genggamannya itu kembali ia genggam. Dan saat mata keduanya saling bertemu kembali, tanpa sadar, air mata mengalir pada sudut pelupuk mata Seulgi, dan menetes jatuh membasahi wajahnya.

"Mungkin.... Sebaiknya kita jangan lagi saling mencintai, Joohyun-ah."

Saat Irene mendengar kalimat menyakitkan itu meluncur keluar dengan lembutnya dari bibir kekasihnya, Irene merasakan bahwa hati juga perasaannya hancur berkeping-keping dalam sekejab, tidak mempercayai apa yang telah Seulgi katakan kepadanya. Air mata jatuh membasahi pipi Irene.

"Apa maksudmu? Setelah semua hal indah yang telah kita lewati bersama-sama, kau dengan gampangnya bilang seperti itu? Pada kekasihmu sendiri?" Irene terisak. "Kau bahkan bisa membunuhku secara perlahan-lahan, jika kau memilih untuk pergi dariku, Seulgi."

"Aku ini demon, Joohyun-ah. Kau itu manusia. Aku sangat yakin, akan ada seseorang yang bisa mencintaimu jauh melebihi diriku, menghangatkan hatimu. Kau membutuhkan tangan hangat yang bisa membuatmu merasa hidup, bukan tangan dingin yang bisa merenggut nyawamu." Seulgi melepaskan genggaman tangannya, kemudian ia menyelipkan sebagian rambut Irene ke belakang telinganya. "Jadi..... Aku mohon, lupakanlah aku, Joohyun-ah."

"Tidak ada yang bisa membuatku merasa hidup dan menghangatkan hatiku selain dirimu. Bagiku, kau adalah segalanya untukku." Irene memeluk Seulgi dengan erat. "Aku membutuhkanmu dalam hidupku."

Seulgi membalas pelukan Irene dengan erat. Jari-jari tangannya mengelup dan menyisir lembut setiap helai rambut hitam milik Irene dengan pelan-pelan. "Kau ini benar-benar keras kepala, Joohyun-ah. Kau selalu saja membuatku mencintaimu."

Irene tertawa pelan. "Aku bangga dengan hal itu."

Seulgi melepaskan pelukannya pada Irene, kemudian menatapnya kembali. "Kenapa kau tetap mencintaiku, meskipun kau tahu kalau aku adalah demon, yang tak seharusnya menjalin sebuah hubungan dengan seorang manusia?" Seulgi mengelus lembut pipi Irene. "Tidakkah kau tahu kalau kau telah melakukan sebuah dosa besar?"

Irene meraih tangan kiri Seulgi, kemudian menciumnya lembut. "Jika dosa itu bisa ditukar dengan cintamu, maka aku rela melakukan dosa itu."

Seulgi tersenyum manis, begitu pula dengan Irene. Seulgi mendekatkan wajahnya pada wajah Irene selagi ia memejamkan kedua matanya. Seulgi memiringkan wajahnya, mendekatkan wajahnya pada Irene, kemudian mencium Irene dengan lembut. Beberapa detik kemudian, Irene melepaskan ciumannya pada Seulgi.

"Aku benar-benar mencintaimu." Seulgi tersenyum manis.

"Terima kasih telah menerimaku apa adanya, Joohyun-ah. Jeongmal saranghaeyo."

"Nado saranghaeyo, Seulgi-ah."

to be continued.

Forbidden Ones | ksg, bjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang