Chapter 01

145 11 3
                                        


***


(Kurotsuru Kuninaga's point of view)

Namaku Kurotsuru Kuninaga. Seperti yang kalian tahu, aku adalah seorang touken danshi, namun dalam hal berbeda, aku bukan lagi Tsurumaru Kuninaga yang sering kalian kenal. Dia memang aku, tapi berbeda, sangat berbeda. Dia memang aku, tapi aku benci keramaian, aku benci kejutan. Itu membuatku muak. Kenapa? Hah! Kalian menanyakan hal itu padaku agar aku kembali mengingat masa-masa dan kenangan buruk yang pernah aku alami? Kalian benar-benar menjijikan.

Hari ini aku datang ke tempat salah satu dari sekian banyak Saniwa. Aneh. Itulah yang aku pikirkan pertama kali saat Teme-Saniwa itu menyuruhku untuk tinggal di bentengnya.

"Kalau begitu, tinggal saja disini, Kurotsuru-san."

Itulah yang dia ucapkan padaku, walau sebenarnya aku tidak peduli, tapi paling tidak aku sedikit berterima kasih pada Teme-Saniwa karena telah memberiku tempat tinggal baru pasca aku diusir dari bentengku yang sebelumnya.

***

Setelah banyak berbincang dengan Teme-Saniwa, aku keluar dari ruangannya. Dan aku melihat seseorang yang telah mengusirku. Walau aku tahu mereka adalah orang yang memiliki kepribadian yang sedikit berbeda namun tetap saja, dia yang telah mengusirku.

Kutatap sinis dia. "Lihatlah. Seseorang yang menyebut dirinya 'orang tua' telah pulang."

Dia menatapku dengan tatapan tenangnya. "Tsurumaru?" dia bahkan menepuk kepalaku dengan lembut, tapi aku segera menangkisnya.

"Jangan menyebutku Tsurumaru, Kuso Jiji. Namaku Kurotsuru!" aku memperjelas. Dia menatapku dengan intens, dan tentu saja tatapan itu membuatku tidak nyaman. "Ada apa?" sahutku masih sinis.

"....... Baiklah. Kurotsuru."

"?!!"

"Mm? Kenapa?"

"Tch!" aku membuang muka.

"Jangan perlakukan aku layaknya aku adalah cucumu, Mikazuki." protesku.

"Ahahaha... aku tidak pernah melakukannya. Bahkan kau kupandang sama seperti versi putihmu, Tsuru."

"Namaku Kurotsuru. Oi, Mikazuki. Kau tidak mendengarku tadi?"

"......" dia malah diam saja. Dia memang benar-benar misterius seperti biasanya. Tapi, pedang udzur dihadapanku kali ini berbeda. Entah kenapa aku tidak bisa merasakan emosinya.

"... Mau Kurotsuru ataupun Tsurumaru. Putih atau hitam sekalipun. Kalian tetap 'Tsuru' dimataku." dia menepuk kepalaku lagi dengan lembut. Tapi kali ini aku tidak menangkisnya seperti tadi. Aku malah membiarkan tangan yang lebih lebar itu mengelus kepalaku. Aku... merasa nyaman? Tidak, tidak, tidak. Dia telah mengusirku!

"Dasar menyebalkan!" ledekku. Dan dia malah tersenyum lembut.

"Oh. Mikazuki-san telah kembali?" seseorang keluar dari ruangannya, dan tentu saja itu adalah sang Teme-Saniwa.

"Oya, Aruji? Maafkan aku. Tadinya aku ingin segera melapor tapi ada sesuatu yang mengusik perhatianku... ahahaha..." sesuatu itu pasti aku. Dasar orang tua menyebalkan!

"Tidak apa-apa, Mikazuki-san. Saya sudah dengar semuanya dari Konnosuke. Mikazuki-san bisa beristirahat." ucap Teme-Saniwa itu dengan lembut pada pedang udzur itu.

"Ooh. Aiwakatta." balas Mikazuki. Kemudian sang Saniwa pergi meninggalkan kami berdua, beliau memang Saniwa yang sok sibuk, pemikiranku.

Mikazuki berjalan, dan anehnya kakiku mengikuti dia. Aaaa. Kalau saja ada jubah besar bersamaku saat ini, aku ingin sekali menutup mukaku.

The Tainted CraneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang