Merantau

39 3 2
                                    

10 tahun lamanya hamzah tidak pulang ke kampung halaman. Menurutnya, kehidupan yang sesungguhnya berada diluar zona nyaman yakni dengan merantau. Walau sebenarnya hamzah berat memutuskan hal itu.

Hamzah termenung sejenak teringat akan perpisahan dengan kakeknya.

***

Di persimpangan jalan yang menghubungkan perkampungan dengan jalan besar, tampak Hamzah dan Sang Kakek menunggu bus untuk keberangkatan yang berat bagi mereka saat itu.

"Ingatlah wahai cucuku, walau engkau berada di ujung dunia sana. Disinilah tempatmu untuk kembali, karena ini adalah rumahmu" ucap perpisahan sang kakek.

Hamzah tak tega tentunya meninggalkan sang kakek yang telah paruh bayah saat itu. Namun pada akhirnya Hamzah tetap membulatkan tekadnya merantau.

" Ada Syafwan yang akan menjaga kakek, kamu tak perlu terlalu mencemaskan kakek " tambah kakek dengan terbatuk.

" Tapi kek, Syafwan tentu tak memiliki banyak waktu! " tegas Hamzah.

Sang kakek hanya menganggukkan kepalanya seolah tidak mau menunda perpisahan saat itu. " insyaallah kakek masih dalam lindungan allah " kata sang kakek.

Hamzah mengerti hal ini, namun... apa boleh buat. Sang kakek memang sudah lama hidup bersama Hamzah. Namun kali ini ia sangat mengikhlaskan keberangkatan Hamzah.

Suara mesin besar mulai terdengar. Klakson berbunyi dan itu menandakan bus telah datang. Bus berhenti di persimpangan.

Seolah tiada beban lagi, hamzah langsung berpamitan.

"Bus sudah datang, hamzah berangkat kek" pamit hamzah.

Selang beberapa detik ketika Hamzah melangkahkan kaki, tiba-tiba saja langkah ia terhenti saat suara sang kakek memanggil dan mendekatinya dengan tangan mengepal sesuatu yang baru keluar dari sakunya.

" ada apa kek ?" tanya Hamzah.

" kakek hampir saja lupa, pegang kunci ini, dan simpan. Gunakan lah saat waktunya telah tiba. Dimana saat semuanya telah berubah ". Pesan sang kakek.

Hamzah penasaran, keningnya mengkerut, seakan-akan ingin menanyakan maksud sang kakek. Namun tak sempat bertanya, knek bus sudah memanggil. Tak ada kata yang bisa ditanya oleh Hamzah, ia hanya menaik turunkan kepala nya dan mulai menaiki bus.

Hamzah langsung duduk dan seketika knek bus mendatanginya.
" Bandung ya dik ? " tanya sang knek bis.

Dengan wajah yang lugu, Hamzah menjawab, " bukan bang, aku Hamzah ". Jawaban dari hamzah sontak membuat seluruh penumpang kebingungan.

"Bandung yang abang maksud itu kota tujuan dik, adik mau kemana? " tanya supir.

" oh...maaf bang, aku memang lagi gak fokus tadi. Tujuan aku... ".
Seketika kalimat hamzah terhenti karena ia lupa dengan alamat tujuannya, lalu ia membuka kertas yang bertuliskan alamat tujuannya dari kantong sembari melanjutkan jawabannya.

"Ini bang,.. alamatnya" lanjut Hamzah.

Sang knek melihat tulisan tersebut dan mengangguk, lalu memerintahkan sang supir untuk melanjutkan perjalanan.

Sangat berat memang bagi hamzah saat itu untuk meninggalkan desa dan sang kakek untuk pergi merantau jauh demi mencari jati diri.

***

Lamunan kampung halamannya terhenti ketika Safawi mengejutkan dirinya.

"Masih kepikiran mimpi itu zah ?" Tanya Safawi.

Hamzah memutar kepala lalu menghadap ke arah safawi.

" ini bukan tentang mimpi itu lagi saf, tapi ini kakek ku, entah mengapa aku tiba-tiba teringat tentangnya ". Jawab Hamzah dengan penuh perasaan sedih.

"Ayolah guys, udah beberapa hari ini kamu melamun aja, kemarin mimpi sekarang kakekmu, jangan kamu jadikan beban." Tegas Safawi.

"Kamu benar saf, aku sudah benar-benar rindu kali ini dengan kakekku,..." jelas Hamzah.

Safawi sudah mengenal betul sosok Hamzah, ia sejenak terdiam lalu mengelus punggungnya.

"Tenang, nanti aku akan menemani pulang ke kampung halamanmu, sekarang mulai lah lagi fokus bekerja, sudah banyak barang yang masuk ke gudang, aku ke belakang bentar sob ".  Ungkap hati Safawi yang selalu mengerti kondisi Hamzah sejak ia 3 tahun bekerja di tempat yang sama.

Hamzah hanya tersenyum melihat perkataan dari Safawi, karena baginya ialah teman yang dapat membantu dirinya dalam keadaan apapun, walau terkadang Safawi jarang meminta pertolongan kepadanya.

***

Penduduk Asli BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang