"Hei, kita sudah sampai...bangun, pesawat akan banjir kalo kamu tidur terus Saf...". Hamzah membangunkan Safawi."Hmmm... " pulasan Safawi.
Safawi sudah sering membantu apapun dalam kehidupan Hamzah, namun terkadang Hamzah seringkali kewalahan mengalami peristiwa tidurnya sahabatnya ini. Bahkan gempa sekalipun tak akan bisa membangunkan dirinya. Safawi tak memiliki banyak waktu untuk tidur, namun sekalinya tidur ia seperti orang membatu, tak terasa apapun jika dibangunkan.
Tanpa pikir panjang Hamzah mencoba memanggil pramugari untuk membangunkannya. Seolah ia tahu bahwa perempuan lah cara terjitu untuk membangunkannya.
"Mbak... orang sebelah aku belum bangun, bisa tolong bangunin gak mbak? " tanya Hamzah.
"Baiklah pak... " jawab pramugari.
Tangan putih nan mulus pramugari mulai mendarat ke bahu Safawi. Sesaat setelah itu ia mendekatkan bibirnya ke telinganya. Mungkin jaraknya tak terlalu dekat. Sesaat setelah itu ia membangunkan kembali dengan membisikkan dengan nada lembut. Dan... suara tersebut rupanya tak mempan untuk membangunkan Safawi. Pramugari tersebut mulai terlihat pasrah, langkah terakhir ia mencoba menutup hidung Safawi yang jelas masih terdengar ngorok. Seketika badan Safawi mulai bergerak lalu matanya membuka perlahan.
Safawi terkejut bukan main, ada tangan pramugari yang menutup hidungnya.
"Toloooong...to..to..tolongg " takut Safawi.
Tangan pramugari terlepas setelah Safawi berteriak. Pramugari menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi.
"Maaf pak, penerbangan sudah sampai, semua penumpang sudah turun. Bapak tadi tidur terlalu pulas, jadi saya mohon maaf membangunkan anda dengan cara seperti ini" terang seorang pramugari.
Safawi mencoba menghilangkan liur dari mulutnya dengan cara menempelkan ke bahunya. Lalu berdiri dan menoleh disekitarnya.
"Aku dimana ini mbak? Kok kantor kerja aku berubah gini? Dan mbak siapa? Karyawan baru ya ? " higauan Safawi.
"Bapak sedang ada di pesawat, ini bukan dikantor...dan saya pramugari di maskapai ini." Santun pramugari.
Safawi hanya mengangguk dan beberapa saat ingat akan sebenarnya yang ia alami. Ia kemudian tersenyum lugu kearah pramugari. Seolah tak berdosa akan tingkah kebodohannya itu.
Hamzah yang berada dekat pintu kabin hanya tersenyum melihat sahabatnya itu. Semenjak Safawi pernah tidur dikontarakan nya, ia sering tidur terlalu pulas apabila telah melakukan aktifitas yang tak biasa baginya dan parahnya lagi setelah terbangun, ia seolah-olah seperti orang lupa diri atau mengigau. Namun hal itu hanya berlangsung dalam beberapa menit saja setelah itu ia tersadar kembali.
"Saf, ayooo... kita sudah sampai!" Ajak Hamzah.
Mendengar suara Hamzah, Safawi segera mengambil ransel kemudian mendekatinya. Dengan mata yang masih samar, ia lantas turun dari pesawat beserta sahabatnya.
"Separah kah tidur aku tadi zah? Hingga pramugari datang membangunkan aku?" Tanya Safawi.
"Tidak juga, pramugari tadi itu hanya ingin berkenalan dengan kamu saf, hanya saja kamu tak merespon... " canda Hamzah.
"Serius kah ?kenapa kamu gak bilang zah...aku akan kesana kembali". Safawi mencoba membalikkan badan dan mencoba melangkahkan kaki untuk berkenalan pramugari tersebut. Namun Hamzah menarik ranselnya untuk mencegah kemudah percayaan sahabatnya itu.
"Oh jadi kamu lebih memilih perempuan itu dibanding menemani sahabatmu ini? Tadi itu hanya bergurau Saf, .." jelas Hamzah.
Mendengar hal itu tentunya memberhentikan langkah Safawi. Ia lalu membalikkan badan dengan muka mengkerut.
"Kamu benar Zah, mana mungkin ada perempuan yang suka sama aku, jomblo kayak gini banget ya...ayolah kita jalan keluar dari bandara ini!" Jelas safawi.
Setelah kejadian itu mereka menuju ke halte dekat bandara. Banyaknya taksi tak membuat mereka berminat untuk menaiki kendaraan tersebut. Mungkin saja rasa merantau mereka telah terisi oleh banyak kejadian yang dialami.
"Kita munuju terminal berjalan kaki saja. Paling hanya beberapa meter. Menghemat uang tentunya..." terang Hamzah
"Siap...siapa takut" tegas Safawi.
Walau hanya beberapa meter, perjalanan mereka menuju terminal terasa sangat letih dengan disinari sang surya yang terang. Tiba diterminal, Safawi mengajak Hamzah untuk berhenti sejenak sembari mengisi tenaga di warung makan disana.
"Kita makan disini saja dulu, aku kenal penjualnya" ajak Hamzah.
Setelah duduk santai dan menyantap hidangan, Hamzah mencoba menyapa pemilik warung tersebut. Pemilik tersebut seakan lupa dengan Hamzah, ia mencoba bercerita tentang dirinya.
"Saya Hamzah wak, dari kampung Batu Besar, saya cucu dari kakek Ayub. Sudah ingatkah?" Hamzah menjelaskan.
"Oalah, iya iya...wak baru ingat. Sudah berapa tahun wak gak ketemu kamu? Sudah besar rupanya bocah yang suka ingusan ini..." ingat wak itu.
"Wah wak, masih ingat saja. Saya selama ini merantau kerja ke pulau jawa. Sekarang saya mau pulang menemui kakek.." jelas Hamzah.
Memang wak tersebut pernah tinggal satu kampung dengan Hamzah sewaktu ia kecil. Setelah itu wak tersebut pindah dan membuka usaha di terminal. Akan tetapi wak tersebut seolah tak ingin membahas tentang kampung tersebut. Entah apa maksud wak tersebut, tetapi Hamzah tak mencurigai hal itu. Mungkin saja ia tak ingin membuat kerinduan dirinya.
Perbincangan terhenti ketika Safawi memanggil Hamzah karena bus ke kampung halamannya telah datang. Tak lupa pula Hamzah berpamitan dengan wak tersebut. Dirasanya tangan wak tersebut terasa dingin dan gemetar seolah ketakutan menghampirinya.
"Ada apa wak? " tanya Hamzah.
"Wak hanya cemas, sudah kamu hati-hati saja, bus sudah menunggu." Jawab wak.
Tak lama kemudian Hamzah beranjak dari tempat makannya lalu mengejar bus yang sudah akan jalan. Hampir ketinggalan, namun dengan cekatan mereka berhasil menaiki bus tersebut.
"Kenapa dengan wak tersebut, seolah ia ingin mengatakan sesuatu tetapi ia seakan tak berani...apa mimpi itu ada hubungannya?" Penasaran Hamzah dengan nafas terengah.
"Mungkin perasaanmu saja Zah, yang penting sekarang kita akan ke kampungmu dan berharap semuanya akan baik saja" kata Safawi yang mencoba menghilangkan rasa khawatir Hamzah.
Hamzah hanya terdiam. Seakan ada kejadian sesuatu yang aneh pada kampungnya. Hal itu bisa saja terjawab apabila mereka tiba di kampung Batu Besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penduduk Asli Bumi
RandomHamzah akhirnya pulang ke kampung halaman setelah sekian lamanya mimpi itu mendatanginya. Entah apa maksud dari mimpi itu. Ia melihatnya sangat samar. Di dalam mimpi itu ia harus menemui kakeknya sebagai petunjuk dari mimpi itu. Kepulangan hamzah ke...