CHAPTER 01

80 17 17
                                    

***

Kepulan uap dari secangkir kopi membuat senyum seorang gadis di pojokan sebuah kafe merekah sempurna. Gadis itu tidak memperdulikan situasi di sekelilingnya. Dimana diluar sana semua orang sedang lari berhamburan untuk menyelamatkan diri agar tidak basah terkena derasnya air hujan yang baru saja datang dengan sangat derasnya. Udara yang dingin tidak membuat gadis itu berkutik sedikitpun dari kursinya. Kopi dan hujan adalah perpaduan yang pas untuk gadis itu.

“Madu !”  teriak seseorang kepada gadis itu. Ya, gadis itu bernama Madu. Gadis cantik dengan rambut panjang terurai dan mata hitamnya yang pekat itu pun menoleh kearah sumber suara berasal.

“Lu terlambat Darrel” katanya sambil melihat jam dipergelangan tangannya. “Sudah pukul berapa ini? Lu terlambat satu jam astaga”. Darrel yang mendengar keluhan itupun hanya tersenyum menanggapinya. Dia menggeser kursi dan duduk di depan Madu.

“Lu lihat sendirikan diluar sedang hujan lebat. Jangan salahkan gua lah kalau terlambat” katanya sambil melihat-lihat menu makanan yang ada di meja.

“Jangan salahkan hujan ya. Gak usah berasalasan. Udah kebiasaan lu dari dulu gak berubah-ubah” ucap Madu. Darrel hanya mengedikan bahunya acuh. Malas melanjutkan perdebatan ini karna tau tidak akan ada akhirnya.

“Btw, lu nyuruh gua kemari buat apaan?” tanya Darrel sambil memanggil pelayan untuk memesan makanan.

“Astaga, lu pikun atau gimana sih. Yang nyuruh kesini siapa coba. Lu Darrellll” balas Madu. “Oh ya? Kapan? Gua lupa masa” goda Darrel. Madu yang mendengar itu hanya memutar bola matanya jengah dengan kelakuan sahabatnya.

Seorang pelayan menghampiri meja mereka dan meletakkan minuman yang telah dipesan Darrel tadi.

“Susu? Lu pesen susu?” tanya Madu memastikan. “Kenapa? Susu sehat tuh. Daripada kaya bapak-bapak yang suka minum kopi. Gua lebih suka susu” jawab Darrel sambil menunjuk kopi milik Madu dengan dagunya. Madu hanya berdecak sebal karna disamakan dengan bapak-bapak.

‘Daripada lu suka minum susu kaya bocah’ cibir Madu sambil berbisik.

“Gua dengar Madu” kata Darrel sambil meminum susunya. Madu hanya nyengir karna ketahuan telah mengatai balik Darrel.

Begitulah mereka, dua manusia yang telah bersahabat sedari kecil. Madu dan Darrel sudah seperti dua kutub di belahan bumi utara dan selatan. Sering bertengkar walaupun itu hal sepele sekalipun.
Tapi walaupun begitu bukan rahasia lagi bahwa mereka juga saling menyayangi satu sama lain seperti saudara sendiri.

“Ck, kalau lu cuman manggil gua buat berdedat kaya gini mending gua pulang aja” decak Madu. Dia merasa hari indah nya bakal sial kalau lama-lama dekat dengan Darrel. Bagaimana tidak, baru saja bertemu dia sudah bikin emosi jiwa tingkat dewa.

“Yah, mak lampir nya ngambek” ledek Darrel. “Gua ngajak lu ketemuan disini buat bantu gua seperti biasa” kata Darrel. Madu yang tau maksudnya dengan batuan yang biasa diminta Darrel itu pun langsung angkat bicara.

“Kalau maksud lu bantuan yang minta gua suruh pura-pura jadi pacar lu biar para penggemar alay lu itu pergi. Gua ogah, titik!” tolak Madu galak. Darrel pun pura-pura merasa sedih dengan tolakan yang dilontarkan Madu dengan berlaga memegang dadanya secara dramatis “Sakitnya tuh disini, baru kali ini cogan ditolak”.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seril and DarrelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang