Pedang Pembunuh

3 0 0
                                    


Pria itu tak henti-hentinya menatapku. Pria itu memakai baju dengan tudung hitam, wajahnya pucat dan misterius. Setiap dia berjalan kearahku satu langkah, aku akan mundur dua langkah dan entah kenapa aku tidak berlari/beranjak dari tempat itu. Tempat gelap, seperti sebuah desa dengan pepohonan rindang di siang hari.

Dia meletakkan pedang itu di depanku, di bawah kakiku. Pria dengan pucat itu berbicara padaku dengan telepati. Jika aku memegang pedang itu, aku harus membunuh seseorang.

"Kenapa tidak kau saja yang melakukannya?" kataku dengan perasaan takut, membalas telepatinya.

"Pedang ini telah ditujukan padamu.."

"Tapi aku tak ingin membunuh siapapun.." balasku dengan perasaan takut

"Kau tak bisa lari, ini adalah takdirmu. Pedang  itu akan datang. Gunakan, atau kau yang akan diburu pedang ini.."

Aku memalingkan muka dan berlari.... aku tidak tahu kemana, yang pasti aku bertemu dengan adikku, dia... masih kecil, sekitar umur 7 - 8 tahun, padahal seingatku adikku berumur 17 tahun.

Aku memeluknya dengan kuat, mengendong dan berlari membawanya.

"Kita kemana kak?" katanya dengan polos, aku menangis saat melihat ke wajah adikku.

"Kerumah, disini gak aman.."

Aku membawanya berlari dan sedikit terbang.

Aku telah tiba di tempat yang jauh, kulihat keluargaku juga sudah berkumpul disini bersama dengan teman-teman abangku. Saat aku ke dapur, aku melihat pedang itu ada disana.

Aku menggulung pedang itu dengan kain, memegang lalu menyimpannya. Sekali aku memegang pedang ini, aku pasti punya keinginan untuk membunuh.

Aku sangat takut.

Aku sangat takut kalau aku khilaf dan membunuh salah satu dari keluargaku.

Aku memasukkan pedang itu kedalam boks kayu dan menutupnya rapat-rapat. Pedang itu berukurang 55 cm x 20 cm, berbentuk persegi dengan pegangan metal dan diukir.

Aku memeluk adikku. Entah kenapa aku sangat ketakutan kalau sampai aku harus membunuh adikku sendiri.

-----

Aku tiba di kantor polisi dan menceritakan yang terjadi. Polisi menjamin pedang itu akan aman jika berada di dalam safety box mereka. Saat aku keluar dari kantor polisi, pria bertudung hitam itu ada disana, bersama dengan orang lain yang aku duga adalah teman-temannya.

"Kau telah memilih pilihan yang salah.." katanya padaku dengan telepati.

Pedang itu secara mengejutkan ada di tangannya.

"Bagaimana caranya agar kau mau menjalankan tugasmu?" lanjutnya.

"Aku.. tidak akan melakukannya!"

"Apa kau yakin?"

"Ya!" kataku dengan tegas.

Aku yakin, tak akan ada hal yang berarti terjadi. Aku sudah melindungi semuanya.

Aku melangkah keluar dari areal kantor polisi. Beberapa langkah menuju ke kanan, ku dengar suara gelak tawa adikku bersama seorang pria yang aku duga abangku dan teman-temannya.

Aku berlari, jantungku berdegup kencang.

Aku melihat mereka akan masuk ke sebuah taman bermain. Mereka tersenyum melihatku, namun aku dengan wajah yang ketakutan menjerit sambil menggerakkan tanganku isyarat menyuruh mereka pergi.

"Apa yang kalian lakukan! Kalian harus pergi dari sini! Aku sudah membawa kalian ke tempat aman!" kataku dengan keras.

Namun mereka hanya tersenyum. Disambut dengan lambaian tangan dari adikku.

Dari belakangku, aku telah merasakan kehadiran pria bertudung hitam. Dengan cepat akupun berlari mengejar adik dan abangku.

"Ada orang yang akan membunuh aku dan mungkin kita semua. Kalian harus lari! Jangan disini! Tolonglah aku!"

Mereka semua tampak terkejut. Salah seorang pria yang kuduga abangku memeluk adikku lalu mengangguk tanda akan melindunginya. Pria bertudung dan kawanan nya telah berhasil menyusul kami masuk ke dalam taman bermain.

"Aku akan membuat kau mau membunuh!" pria bertudung itu kembali menyampaikan telepatinya padaku.

"Cepat lari, cepat lari.." kataku pada mereka semua.

Pria bertudung dan kawanannya mengejar kami. Aku menuntut abangku yang mengendong adikku dengan perasaan khawatir. Aku ketakutan. Aku tak ingin membunuh, tak ingin dibunuh dan juga tak ingin kehilangan adikku.

"Bang, tolong aku aja yang megang adik.." kataku pada abangku. Namun, dia menolak.

"Aku lebih kuat dari pada dirimu. Dia pasti aman bersamaku dan aku punya teman-teman yang membantu. Larilah diluan.." katanya kepadaku.

Aku terbang cukup tinggi dan aku menyaksikan senyum licik pria bertudung melemparkan pedang tersebut pada salah satu teman abangku.

Mereka cukup syok, melihat kearah pedang itu dan merasa musuh telah menghilangkan senjatanya.

"Pedang apa itu?" Celetuk salah satu teman abangku.

"Ambil, itu bisa jadi senjata.."

"JANGAN! ITU PEDANG PEMBUNUHHH!" kataku cukup keras pada mereka.

"Ambil saja, kita bisa melawan mereka dengan itu.."

"JANGAANNN! JANGAN DIAMBIL CUKUP LARI SAJA MAKA KITA SELAMAT!" kataku pada mereka sambil menjerit.

Salah satu dari mereka mengambil pedang itu, lalu, dirasuki nafsu membunuh.

Aku kembali ke arah mereka namun, teman kakakku sudah membunuh salah satu dari mereka. Aku melihat darah berceceran dan beberapa dari mereka malah berusaha mengambil pedang itu dari tangan yang satunya, membuat mereka saling bunuh-membunuh.

"LARI BANG, LARI.." kataku sambil menangis.

Aku belum sempat memegang tangan adikku saat kulihat pria bertudung dan kawanannya mengejar kearahku.

"Tak ada yang bisa selamat kecuali kau yang melakukannya.." katanya lagi padaku dengan telepati.

"Kau tak bisa kemana-mana.."

Aku ketakutan, tanganku tak cukup panjang untuk meraih tangan adikku. Aku terbang keatas dan kudengar suara jeritan adikku yang sangat kuat.

Aku menangis. Dia sudah terbunuh.

Teman abangku menjadi beringas dan juga mengejarku namun ia tak bisa terbang. Taman bermain ini hanya ditutupi tenda dan aku terbang ke atas agar dia tak dapat membunuhku lalu aku keluar dari sini.

Kawanan bertudung juga mengejarku, mereka juga terbang.

Teman abangku yang menjadi beringas karena pedang itu lalu mengoyak bagian bawah tenda sehingga atapnya jatuh. Aku berusaha menghindar agar aku tak mati.

Aku terkejut, aku berusaha melindungi diri saat aku tergulung-gulung tenda putih.

Aku berkeringat. Aku selamat.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 04, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My DreamsWhere stories live. Discover now