Namaku Muda. Umurku 14 tahun. Aku telah duduk di bangku SMA kelas satu. Ya... kalau dilihat dari umurku, bisa dibilang aku lompat kelas 1 tahun.
Banyak Orang menganggap aku memiliki kecerdasan yang bagus. Tapi, aku menyangkal bahwa aku menganggap diriku seperti langit ke satu dari tujuh lapis total.
Namun itu bukanlah masalah. Justru tampak seperti motivasi yang menghalangiku untuk berpuas diri. Aku juga terlalu terobsesi tentang hal pencarian jati diri sehingga ingin mencoba banyak hal yang mungkin saja bisa aku kuasai.
Cukup tentang latar belakangku.
Masalah utama yang sebenarnya terjadi adalah tahun pertama aku sekolah. Tak lain dan tak bukan adalah cewek yang duduk disebelah kursiku.
Namanya Dyana. Kami semeja, namun aku agak menjaga jarak dan mengeluarkan sebelah kakiku ke luar meja, agar kesannya seperti terpisah.
Dia 2 tahun lebih tua dariku. Sungguh aku ingin mengutuk diri duduk disampingnya. Tingkah bahkan penampilannya bak tulisan menghadap cermin. Terbalik. Sifatnya yang berisik, bikin risih, trouble maker, dan bodoh, cocok sekali untuk menggambarkan dirinya. Hebatnya, walau ia satu kali tinggal kelas, tak nampak sedikitpun penyesalan tergores di wajahnya dari awal masuk sekolah SMA.
Rambutnya setengah Pirang dan tubuh yang tampak usai mengeksploitasi makanan di kantin sekolah menambah kesan madesu dirinya.
Tapi disamping itu semua...
Kenapa dia sangat familiar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pair
Teen FictionSebelas tahun lalu. Apa yang terjadi tahun itu? Kuingat samar. Bagaimana bisa aku lupa? Yang kurasa berupa kenangan indah, apakah ini cinta sejati? Membulatkan tekad bukan perkara mudah, rasa ingin tahu menghalalkan segalanya. Bukan hanya tentang...