Hari ini akan diadakan rapat osis, dan tentu saja semua anggota diharuskan berkumpul di ruang osis tanpa terkecuali. Begitu bel istirahat berbunyi, Jammy buru-buru keluar kelas untuk ke toilet karena setelah itu tak ada lagi waktu senggang baginya saat rapat osis dimulai.
Tiba-tiba....
'Brukk!'
Jammy menabrak seseorang. Mereka jatuh seperti tumpukan humberger. Buku-buku terlihat berserakan di lantai. Langsung jammy berdiri saat mendengar suara seorang gadis yang baru saja ditabraknya itu.
"Aduhh!", ucapnya sambil meringis."Eh, maaf ya! Gue buru-buru!" Jammy meminta maaf saat bangkit dan merapikan penampilannya. Gadis itu menatapnya dengan wajah kesal, persis seperti angrybird. Kemudian dia memungut buku-buku yang jatuh berserakan.
Karena merasa bersalah Jammy pun ikut membantu. "Maaf ya!"
Sekarang ada sebuah senyuman di wajah gadis itu, membuat Jammy terpaku sejenak, manis. Kalau saja tidak dalam keadaan darurat, maka dia pasti akan berkenalan dengannya. Sambil menyelam minum air. Hmmn, Dasar playboy cap komodo!..................
Ada sekitar dua belas siswa di dalam ruang osis, termasuk jammy dan...
Gadis itu. Siswi perempuan yang bertabrakan dengannya tadi. Dia membalas senyuman saat jammy tersenyum padanya.
"Udah pada kumpul semua ya? Oke, kita mulai dengan doa dulu!"
Selesai berdoa, jammy menjelaskan apa saja yang akan dibahas dalam rapat osis ini. Sekolah mereka akan mengadakan lomba seni budaya dalam rangka menyambut hari kebudayaan nasional. Jammy membentuk beberapa tim untuk menjadi panitia dalam lomba itu. Akan ada lomba menari, melukis dan berpuisi, serta pawai budaya.
"Tim udah dibagi, tugas-tugasnya juga udah dijelaskan. Apa ada yang mau ditanyakan?" Jammy masih berdiri, dengan spidol ditangan. Mungkin saja ada yang belum jelas.
"Emm, Kak gue pengen nanya" Denis, seksi keamanan mulai mengeluarkan uneg-unegnya, "kalau pawai budaya kan jalan keliling ya, itu nanti apa nggak ganggu lalu lintas. Jalan raya depan sekolah kita kan lumayan rame, Kak?!"
"Oke Denis, makasih udah bertanya ya!" Jammy menghela nafas sebelum kemudian menjelaskan, "jadi gini.., nanti saat pawai dimulai, para peserta akan berkumpul di lapangan sekolah. Start dari pintu gerbang berjalan menyusuri jalan raya seratus meter, abis itu baru masuk ke jalan yang bersisian dengan pinggir parit. Jadi nggak perlu jalan lagi di pinggir jalan raya yang ramai. Nanti alur pawai akan dikomando oleh tim pawai. Gimana udah paham apa belum?"
"Iya Kak, udah jelas. Tapi saya boleh ikut pawai nggak biar bisa jalan sambil cuci mata sama cewek-cewek cantik, hehee" suara gemuruh pun menyahut ucapan denis.
"Huuuuu, dasar mata saringan"
"Denis somplak, udah punya gebetan masih aja genit lo" sahut kawannya yang lain.
Denis nyengir kuda menanggapi sahutan kawan-kawannya.
Jammy berusaha menenangkan seisi ruangan.
"Oke, sudah jelas semua ya, apa saja tugas yang harus kita lakukan. Kerja tim ya semuanya. Do the best and good luck for us!" Tangan mereka semua bertumpuk.
"Iya, Kak!" sahut para pasukan hampir serentak.
Rapat osis pun selesai sepuluh menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi.
Gadis itu hendak beranjak dari duduknya namun suara jammy membuatnya menoleh. "Hei, nggak nyangka ketemu lagi" Jammy memamerkan senyumannya lalu mengulurkan tangan. "Aku Jammy Alfin Narendra. Panggil aja Jem!"
"Oh, aku, emm aku.., Safani Apsari. Panggil aja Fan!", balas safani gugup. Cowok seganteng jammy kini ada di hadapannya. Mereka bertemu lagi. Walaupun satu sekolahan tetapi pertemuan mereka adalah hal yang tak pernah diduga. Seteleh berkenalan mereka kembali ke kelas masing-masing.
Sepuluh menit itu cepat berlalu dan para siswa bersiap pulang. "Ayo Fan, kamu jadi mau ke toko buku entar sore?!", tanya seorang cowok pada safani yang sedang menyodorkan sebuah helm.
"Iya, jadi Kak", jawab safani.
"Tapi kayanya aku nggak bisa nganter. Tanteku mau dateng ke rumah, jadi aku mau bantuin mama beres-beres. Nggak apa-apa ya!" Senyum safani perlahan menghilang. Dia berharap cowok bernama Chiko itu akan menawarkan untuk mengantarnya.
"Ya, udah Kak, nggak apa-apa"
"Senyum geh! Kalau cemberut gitu, manisnya hilang loh" Chiko mencubit hidung safani gemas.
"Nanti kapan-kapan aku temenin yach. Sekarang kita pulang yuk!" Safani mengangguk dengan senyum yang sedikit dipaksakan. Sering sekali chiko tak bisa menemaninya pergi ke luar. Tetapi dia selalu menyempatkan diri untuk menjemput safani di sekolahnya. Itulah yang membuat mereka tak seperti pasangan yang sudah bertunangan.
Apa benar safani yang masih duduk di bangku SMA sudah akan menikah dengan cowok yang bernama chiko? Iya, mereka berdua sudah dijodohkan oleh kedua orang tua mereka sejak mereka masih kecil dan chiko harus menunggu safani sampai lulus sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Itu Aku
Teen FictionHati yang memiliki perasaan cinta pasti bahagia kan? Namun bagaimana jika perasaan cinta itu hanya dipendam? Apakah hati masih bisa tersenyum dalam diam saat menahan semua luka dan berpura-pura. Itulah yang dirasakan Jammy Alfin Narendra, si ketua o...